Pessel

Ketua FKP Pesisir Selatan; Memang Banyak Rumah Tak Layak Huni Di Pessel

PILARBANGSANEWS. COM. PAINAN,– Ketua Forum Komunikasi Perantau- Pesisir Selatan (FKP-PS), Yan Anas merasa heran dengan laporan Humas Pemda Pesisir Selatan yang menyebutkan sudah ada 1000 an lebih rumah tak layak huni telah direhabilitasi melalui program bedah rumah. Namun ternyata masih ada yang luput dari program padahal kondisi cukup memprihatinkan.

“Saya Selasa pagi tadi (10/7) mendatangi dua rumah yang akan menjadi sasaran bedah rumah sumbangan FKP, tapi heran saja kok masih ada rumah warga tak layak huni di dua lokasi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan?” kata Yan Anas menjawab Pilarbangasanews.com terkait hasil kunjungannya memantau secara langsung kondisi rumah yang tak layak huni yang akan didanai oleh sumbangan FKP Pesisir Selatan.

Kedua rumah yang dikunjungi Yan Anas itu adalah rumah Ambran, di Tebing Tinggi Balai Selasa, Kecamatan Ranah Pesisir dan Rumah Nurbaiti di Rawang Gunung Malelo Kecamatan Sutera.

Redaksi Pilarbangasanews.com mencoba menghubungi Yan Anas lewat aplikasi WhatsAppnya, meminta supaya Yan Anas menulis apa yang dia lihat dari kunjungan itu. “Uda Yan, tolong tulis apa kesan yang Uda dapat stelah melihat kondisi tadi dilapangan ? apa yang dirasakan ya!” pinta redaksi Pilarbangsanews kepada Yan Anas.

Tanpa ada didahului dengan kata iya sebagai tanda menyanggupi permintaan redaksi Pilarbangasanews.com, Yan Anas langsung membalas. Berikut pesan Yan Anas itu;

Sampai dirumah Ambran di Tebing Tinggi, Nagari Koto Salapan, jarum jam tangan saya menujukkan pukul 14.00 WIB.

Hujan2an saya kesana melewati jalan setapak kira2 1./2 km. Lumayan lelah.

Setelah ketemu rumah pak Ambran, lelahnya yang saya rasakan lenyap sekita berganti dengan rasa rasa sedih melihat nasib seorang guru mengaji.

Bayangan 50 tahun yang lalu kembali muncul dalam fikiran saya, di kecamatan ini di Balai Selasa, ayah dan ibu kami tinggal karena ayah bertugas didaerah ini.

Ambran adalah guru mengajar ngaji sambil dagang keliling kampung, begitupun istrinya…

Dia punya seorang anak laki2 Ikhsan juara 2 olimpiade kecamatan, jurusan IPA. Selain cerdas sehari2 Ikhsan menjadi muadzin di mesjid dan iuran sekolah dibayarkan oleh gurunya.

Saya melihat kendatipun Ambran tinggal digubuk yang reot, tapi air mukanya bersih tak ada kata kata umpatan atau keluhan dari mulutnya.

Saya melihat kebagian hidup baginya bukalah harus memiliki rumah yang bagus, tapi sejauh mana kita mensyukuri apa yang ada.

Ado beberapa hal nan taraso stlh malihat situasi rumah Ambran termasuk rumah Nurbaiti, di Rawang Gunung Malelo, Surantiah.

Seandainyo ado raso jo pareso terutamo keinginan bergotong royong lai berkembang didalam masyarakat ambo yakin keduo tampek tingga tu ndak ka nyo biarkan sampai sebegitu memprihatinkan.

Kemudian yang kaduo, informasi bantuan bedah rumah sbgmana yg disampaikan oleh humas sptnya begitu banyak telah dilaksanakan. Kok msh ada yg kondisinya sangat minim ttp kok nggak dibantu.

Apakah yg telah dibangun pem dan bantuan lain tsb spt yg saya lihat? Kl tdk, perlu monitoring yg tepat shg bantuan pem menjadi tepat sasaran.

Kita berharap, perantau Pasisia membayarkan zakat harta dan sedekahnya utk sekaligus membangun kampung halaman termasuk membantu generasi muda yg potensial ttp terkendala oleh keterbatasan org tua mereka.

Demikian kesan dan pesan Yan Anas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *