Berita Daerah

Tak Ada Biaya Masuk SMA, Sari Terpaksa Putus Sekolah

Laporan Okis Mardinsyah

“Sesuai amanat UUD 1945. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, serta berwawasan luas, merupakan salah satu tujuan negara. Namun, hingga usia ke 71 tahun kemerdekaan RI, segenap Bangsa Indonesia masih banyak yang belum mempunyai akses untuk mengenyam bangku pendidikan sebagaimana mestinya”

PAINAN, HALUAN – Hal tersebut dirasakan oleh keluarga Erna Yusnita (50), warga Kampung Batu Patah, Kenagarian Batu Hampar, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, (Pessel). Betapa tidak, janda delapan orang anak ini, mengaku kesulitan untuk biaya kehidupan sehari-hari. Bahkan pendidikan anak-anaknya juga ikut terlantar saat ini, padahal pendidikan adalah kebutuhan prioritas yang harus dipenuhi di zaman yang sudah canggih seperti sekarang ini.

Kepada Haluan, ia mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya menjadi buruh tani jikalau musim ke sawah datang. Sehingga untuk makan sehari-hari bisa dikatakan sekedarnya saja. Akibat kondisi itu, tiga orang anaknya yang masih menjadi tanggungan, terkendala biaya untuk masuk ke Sekolah tahun ajaran 2017. Sedangkan, kelima anaknya yang berada di perantauan, ada yang berkirim terkadang juga tidak. Sebab, hidup mereka juga pas-pasan.

“Tahun ini Novita Sari (15), tamat dari MTsN dan rencananya mau melanjutkan ke SMK. Namun, karena tidak ada biaya, terpaksa ia tidak Sekolah tahun ini. Sementara itu Adiknya Muhamad Dimas (12), dan Clarisya Oktaviani Azahra (6), beruntung tahun ini bisa masuk SMP dan SD, karena masuk kesana tidak mengeluarkan biaya, jadi mereka bisa bersekolah,” sebutnya kepada Haluan. Kamis (13/7).

Dalam hati, ia bergumam dan mengaku sedih melihat kondisi Novita Sari, sebab tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi SMA/SMK. Padahal tahun ajaran baru sudah masuk, namun ia hanya bermurung diri dirumah, dikarenakan tidak dapat melanjutkan sekolah seperti anak-anak usia sebayanya.

“Sekarang Sari (panggilan, red), lebih banyak berdiam diri dirumah. Ia hanya murung dan jarang beraktivitas seperti biasa. Ibu takut kondisi ini membuatnya stress, dikarenakan tidak bisa melanjutkan Sekolah seperti teman-teman sebayanya,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Menurutnya, sejak kepergian Almarhum suami sekitar tiga tahun lalu, biaya kehidupan sehari hari memang menjadi situasi yang sangat sulit. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, ia harus berpandai-pandai mencari nafkah, terkadang menjadi buruh tani, itupun kalau ada orang yang mengajak pada saat musim ke sawah.

“Selain memikirkan biaya masuk sekolah Sari ke SMK. Adik-adiknya yang sudah masuk SMP dan SD hingga sekarang masih belum memiliki kelengkapan sekolah. Sebab, tidak memiliki Baju, Sepatu, Tas, dan Buku. Belum lagi perlengkapan lainnya,” ungkapnya.

Seperti yang diungkapkan Sari, ia rencananya ingin masuk ke SMK 1 Tarusan, yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari rumah. Sedangkan biaya untuk masuk ke Sekolah tersebut, sebanyak Rp 980 ribu, dan itu semua sudah termasuk biaya untuk membeli baju seragam, baju praktek dan sebagainya.

“Kalau untuk membeli Sepatu, Buku, dan Tas, biarlah dipakai yang lama. Sari, tidak apa-apa jalan kaki dan tidak di kasih jajan ke Sekolah, asalkan bisa Saja,” pintanya.

Dikatakannya, ia mengaku mau bekerja sambil Sekolah untuk membantu biaya pendidikannya. Bahkan, ia ingin sekali setamat Sekolah mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat membantu ekonomi keluarga dan biaya adik-adiknya.

“Sari tidak mau putus Sekolah. Sari ingin membantu Ibu dan Adik-adik agar bisa keluar garis kemiskinan keluarga,” katanya penuh harap.

Pj Walinagari Batu Hampar, Muliadi, mengatakan bahwa Kampung Batu Patah, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pessel itu, adalah sebuah daerah terpencil yang berada di pinggir perbukitan. Pencarian penduduk sekitar adalah bertani, berternak, dan berladang. Namun, hingga saat ini daerah tersebut belum dialiri listrik.

“Kampung ini merupakan perbatasan antara dua nagari, yaitu Kenagarian Batu Hampar dan Kenagarian Duku. Warga yang menghuni lokasi ini terbagi pada dua wilayah, sekitar 12 KK masuk Nagari Batu Hampar dan selebihnya masuk pada Kenagarian Duku. Namun, perhatian untuk daerah ini masih dinilai kurang, hal itu dapat dilihat dari sangat minimnya sarana dan prasarana pendukung, seperti air bersih, penerangan listrik, sarana ibadah, sekolah, dan sejumlah fasilitas umum lainnya,” sebutnya.

Keluarga Erna Yusnita (50), adalah salah satu potret kemiskinan yang ada di Kampung Batu Patah, ia tidak punya biaya untuk melanjutkan Sekolah anaknya. Kita berharap ada kepedulian sesama, untuk bisa meringankan beban keluarga ini sehingga anak anak mereka bisa melanjutkan pendidikannyaa. Semoga….!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *