Berita Daerah

​Dinkes Dharmasraya Bertekad Kembangkan Herbal. 

Dharmasraya, Pilar Bangsa News – Usai acara Penandatanganan MOU antara Badan POM RI dengan Pemprov Sumatera Barat dan Pemkab/Kota di Sumatera Barat dan Sosialisasi Obat dan Makanan (Obama) serta implementasi Inpres Nomor 03 Tahun 2017 Tentang Peningkatan Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan, Minggu (13/8/2017).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya dr. Rahmadian terlibat diskusi serius dengan Kepala Balai Besar POM Provinsi Sumatera dan BPOM Pusat Jakarta.
Dalam diskusinya Kadinkes menyampaikan bahwa Kabupaten Dharmasraya siap menjadi kawasan pengembangan herbal.
 Hal ini merupakan tindak lanjut dari Inpres Nomor 01 Tahun 2017 Tentang GERMAS dengan implementasi pola CERDIK yang mengedepankan Promotif Preventif, tanpa mengesampingkan curatif dan rehabilitatif.
Direncanakan Puskesmas Sitiung I akan dijadikan Puskesmas Herbal dengan mengakomodir bahan baku dari wilayah setempat.
” Dalam hal ini nantinya Wali Nagari Sitiung melalui Dana Desa bersedia mengembangkan budidaya tanaman yang mendukung program herbal dan juga penyedian peralatan pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi siap konsumsi dengan melibatkan masyarakat dan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) yang mana nantinya dapat menjadi Pendapatan Asli Nagari (PAN) guna menunjang pembangunan daerah, ” tegas dr. Rahmadian.
Dalam kesempatan tersebut Kadinkes juga berharap kepada Badan Pusat POM RI agar dapat intervensi pariwara/iklan di media elektronik dan media masa lainnya.
” Saat ini disinyalir banyak iklan komersil yang menyesatkan, celakanya banyak anak-anak di sekitar kita yang mengkonsumsi mi setiap hari, padahal itu kurang baik bagi kesehatan tubuh, disamping itu ada juga anak-anak yang menenggak minuman kebugaran yang mengandung caffein yang mana dalam komposisi / konten produksi pada label produk, caffein disamarkan dengan nama lain sehingga dapat mengecoh konsumen yang tidak mengerti atau faham tentang suatu produk pabrikan.” imbuhnya
” Selain dari itu banyak juga susu yang beredar di pasaran memiliki kadar gula yang tingi seperti susu kental manis, apabila hal ini dikonsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan gizi buruk, ” begitu papar dr. Rahmadian menutup pembicaraan. (Rjl/Dinkes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *