Tam Arang dan Utiah Kapeh

​SERBA SERBI BERITA DETIK DETIK PERINGATAN HUT RI VERSI TAM ARANG



PILARBANGSANEWS
. COM
PAGI ini Jum’at (18/8) Tam Arang dan Utiah Kapeh tidak banyak bicara, keduanya asyik membuka WhatsApp grup,  membuka web/portal berita di internet, mencari berita yang ditulis wartawan media Online yang mereka anggap memiliki “news” untuk dicatat sebagai   serba-serbi pada kolom khusus Tam Arang dan Utiah Kapeh ini.

Diantaranya:

Tam Arang mencatat: Ada kejadian kemaren di Painan, wartawan dilarang “berkencak kencak” mengabadikan momen momen yang dianggap perlu mereka dokumentasikan lewat kameranya. Menurut berita itu ada salah satu dinas/Instasi yang melarang.

Akibat larangan itu para wartawan merasa “tasingguang” lalu  mengumpulkan beberapa kokarde (plat nama) yang digantung di leher dan menaruhnya diatas rumput. Itu bentuk protes. 

Maunya mereka apa? 
Berikan keleluasaan kepada rekan rekan wartawan itu untuk mengabadikan momen momen yang dianggap penting. Apalagi mereka datang pakai kokarde yang artinya sudah diizinkan secara resmi untuk meliput upacara detik-detik proklamasi di Stadion H Ilyas Yakub Painan.

 
Mungkin petugas yang melarang itu adalah pegawai baru, dia hanya tahu bahwa disaat upacara bendera tidak ada yang “bakencak kencak” seenaknya dewe “bagaduru bak Lebah buncah diterpa kepak sayap Elang.

Kondisi bak lebah buncah ini diperparah lagi dengan banyaknya muncul WTB (wartawan Tanpa Berita) dan WTM ( Wartawan Tanpa Media). 

Utiah Kapeh membaca : Dikecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimatan Timur, paskibra tetap semangat menaikkan atau mengibarkan duplikat bendera merah putih meski dibawah guyuran hujan lebat.

Tanah lapang tempat upacara peringatan detik-detik proklamasi di Kecamatan Sebulu ini becek dan berlumpur, namun mereka tetap semangat. Seragam bergelimang lumpur, sepatu yang dipakai copot akibat dilumuri lumpur tanah lapang,  mereka tak peduli itu, mereka tetap melaksanakan tugas dengan penuh semangat  sesuai dengan latihan yang mereka peroleh.

SALUT dengan semangat para anggota paskibra di Sebulu ini. Namun apa yang mereka lakukan belum lah seberat para pejuang merebut kemerdekaan, rela mati tubuhnya ditembus peluru penjajah Belanda maupun Jepang.

Tam Arang membaca: bahwa  di Dharmasraya ada sebuah mini market para pegawainya memakai seragam merah putih. Itu adalah salah satu bentuk ikut berpartisipasi memeriahkan HUT RI ke 72.

Baju gratis atau dibeli oleh pegawai dengan cara mencicil?
Tidak ditulis dalam berita itu, yang jelas beritanya dapat dilihat pada portal berita Pilarbangsanews.com.

Utiah Kapeh membaca:  Di Surantih dikabarkan saat bendera digerek, ada sejumlah guru yang memberi hormat bendera tidak menghadap ke arah dimana tiang bendera berdiri.

Begitu juga para pelajar yang ikut dalam barisan peserta upacara ada yang kelihatan memberikan hormat sambil duduk mencangkung. Mungkin karena kecapaian atau kepalanya merasa pusing kelamaan berdiri dalam barisan.

Guru dan murid bikin ulah tapi si wartawan mempertanyakan kinerja kepala dinas pendidikan. Guru kencing berdiri murid kencing berlari, lha kok  kepala Dinas Pendidikan dituntut bertanggung jawab?

Ngomongnya seenak elu aja….

“Alah mah Tam, Jan panjang panjang bana, beko lupo urang mangana apo nan awak catat di serba serbi Iko.”

“Ow.. Begitu yo Tiah, okey lah kalau baitu. Kito akhiri sajo catatan awak ko,” ujar Tam Arang sambil meneguk kopi yang sudah mulai terasa dingin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *