Kriminal

Perampok Nekad Itu Cita Cita Waktu Kecilnya Jadi Pendeta


TS (44),otak dibalik berbagai macam aksi pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank mengaku nekat mencuri dengan kekerasan (curas) karena desakan ekonomi. “Cita-cita saya sedari kecil ingin menjadi pendeta. Tapi orangtua saya tak punya duit. Makanya saya tak sekolah,” katanya saat memberi testimoni kalau dia jera dan akan tobat berbuat jahat, apalagi mencuri.
Testimoni itu diucapkannya di hadapan para wartawan dan personil Subdit III/Jatanras Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (4/9). Mendengar pengakuan dan testimoni itu, para jurnalis dan polisi pun tertawa.
“Saya imbau kepada siapa pun, janganlah mencuri di mana pun. Saya jera. Tobat,” katanya dengan wajah tertunduk.

TS mengaku pernah membobol koperasi dan berhasil menggondol uang senilai Rp2 miliar. Ia juga sebagai otak pembobolan ATM di dekat SMA Al Azhar Medan dengan menggasak uang ratusan juta.
TS memimpin komplotannya membobol koperasi CU Mandiri, Jalan Dame, Kecamatan Medan Amplas, tahun 2014 melibatkan 7 pelaku, di antaranya TS, Regar Botak, RA dan BS serta seorang pengemudi mobil Avanza hitam. Mereka mencuri uang Rp1,6 miliar.

Berikutnya mencuri di showroom Honda tahun 2015 melibatkan 6 pelaku, di antaranya TS, S, Az, Za, Z dan sopir mobil Avanza putih. Hasil curian yang mereka peroleh Rp80 juta. Teranyar membongkar mesin ATM di Tebingtinggi dan membawa pulang uang sebanyak Rp100 juta.
Selain TS, 7 tersangka anggota komplotan pelaku curas itu juga masing-masing memberikan testimoni serta pengakuan di mana-mana saja mereka mencuri dan berapa hasil curiannya.
Direktur Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Nurfallah mengatakan TS dkk merupakan jaringan pencuri nasional. Mereka pernah beberapa kali beraksi di Medan, Batam, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Kepulauan Riau dan Bandung.
“Regar Botak kami tangkap di Sulsel sebagai pengembangan dari tersangka TS yang lebih dulu kami ringkus. Malam penangkapan itu, mereka sedang bersiap untuk beraksi namun kami gagalkan. Mereka kumpul di hotel. Empat orang tersangka kami tangkap. Tiga kami serahkan ke Polda Sulawesi Selatan, sedang satu orang kami bawa ke Sumut, karena dia DPO Polda Sumut,” beber Nurfallah.
Setelah penangkapan terhadap Regar Botak dan 3 rekannya di Makassar, Tim Subdit III/Jatanras Polda Sumut kemudian menangkap 2 orang tersangka lainnya di Sumatera Selatan dan 2 lagi di Kepulauan Riau.
Menurut Nurfallah, modus komplotan ini adalah dengan merental mobil. Mereka lalu membawa mobil rental itu untuk menginap di hotel. Di hotel mereka merencanakan aksi pencurian. Mereka sekali beraksi mengerahkan 6 sampai 8 orang satu tim.
Ada yang jadi pengemudi, ada yang mengawasi situasi, dan ada yang membongkar ATM. Kalau mereka dipergoki korban, mereka tak segan-segan melakukan tindak kekerasan. “Mereka sudah beraksi 19 kali. Sejak tahun 2008 hingga 2017,” timpal Kasubdit III/Jatanras AKBP Faisal Napitupulu.
Kepada polisi dan di hadapan awak media, para tersangka mengaku telah menghabiskan uang hasil curian itu untuk foya-foya. Kalau habis mereka mencuri lagi. Lainnya digunakan untuk membeli tanah, kendaraan roda dua dan alat-alat tambang.
“Kami sudah anjurkan ke pihak bank agar mesin ATM dibikin lebih susah untuk dibongkar maling, semisal dilas dengan baja. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Polda-Polda terkait untuk mengusut keterangan para tersangka guna memburu dua tersangka lainnya,” pungkas polisi berpangkat melati tiga itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *