Rahmi Lisdeni, S. Gz Seorang Pengajar Poltekkes Kemenkes Padang Menulis Tentang Rumah Baca Andragogy
Siapa yang tak kenal dengan Rumah Baca Andragogy di Teluak Kasai, Batang Kapas Pesisir Selatan. Uniknya rumah baca ini adalah satu-satunya rumah baca yang berada di Batang Kapas Pesisir Selatan. Sebuah kecamatan yang berada di tengah-tengah Kabupaten Pesisir Selatan. Kecamatan yang penuh pesona dengan pemandangan alam yang menawan. Laut yang menghampar di sepanjang Samudera Hindia. Membuat Kecamatan Batang Kapas layak dijuluki Paradise Island, menggantikan Bali.
Keadaan yang membuat kita miris bahwa minat baca di Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Posisi itu persis di bawah Thailand dan di atas Bostwana. UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) juga pernah mengungkapkan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, yang artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya satu yang rajin membaca.
Rendahnya minat baca atau literasi di Indonesia disebabkan oleh keterbatasan akses pada buku, banyak daerah tak memiliki perpustakaan dan toko buku. Tidak adanya toko buku besar seperti Gramedia dan pustaka daerah di kawasan ini memicu sulitnya memperoleh buku.
Terbesitlah sebuah keinginan untuk memiliki rumah baca hingga semua orang/masyarakat yang tinggal di kampung mampu memiliki beragam koleksi buku apa yang mereka mau tanpa memikirkan ongkos beli buku. Selain itu, Secara geografis daerah kampung Teluk Kasai berjarak enam kilometer dari jalan raya. Ada daerah tertentu yang tidak terjangkau dengan kendaraan melalui jalur darat. Sehingga menyulitkan untuk akses menuju Perpustakaan Daerah yang hanya ada di Kota Painan.
Tepat sekali jika Andra Usmanedi, S.PdI, M.Pd yang merupakan Alumni Pendidikan Sejarah sejak awal tahun 2016 ini merancang rumah baca sebagai sarana pengabdian untuk kampung halamannya. Beranjak dari hobinya membaca dan menulis menggunggah hatinya untuk mendirikan rumah baca. Berawal dari kurangnya koleksi buku-buku pada masa sekolah menggugah hati Andra untuk mendirikan sebuah taman bacaan di kampungnya agar anak-anak di sekelilingnya bisa ikut membaca. Mengingat di Kampung ini belum ada perpustakaan yang dikelola oleh masyarakat.
Tentu ini fiktif, tapi keinginan untuk membuat perpustakaan kecil di kampung sesungguhnya bisa diimplementasikan sebagai sebuah karya nyata. Andra merasakan kebahagiaan tersendiri setelah kegiatannya berhasil. Melihat usahanya berhasil jika ditilik dari jumlah buku yang bertambah tiap tahun dan banyaknya kunjungan dari pemerintah dan LSM. Bahkan pada Bulan September 2017, Stasiun TVRI Sumbar pernah mengadakan kunjungan ke rumah baca yang di kelola Andra Usmanedi. Sebagai bentuk tingginya apresiasi publik terhadap rumah baca di sebuah daerah yang jauh dari pusat kota.
Tujuan dari Rumah Baca ini didirikan, Andra ingin menggembirakan masyarakat dengan memasyarakatkan tempat baca yang menyenangkan, kedua, ikut berkontribusi mendukung kegiatan belajar mandiri masyarakat dengan memberikan bahan bacaan yang bermutu dan aktual.
Rumah baca Andragogy diharapkan akan memberikan warna bagi peningkatan kualitas bacaan warga masyarakat sekitar, dan terakhir adalah dalam rangka menarik minat bagi pemula, dll. Karena kebanyakan pengunjung dari taman bacaan ini adalah dari kalangan anak-anak. Andra pun berharap ada perpustakaan yang dikelola oleh masyarakat itu sendiri di kampung kecil itu.
Dampak jangka panjang dari kehadiran rumah baca ini akan bisa melahirkan generasi-generasi yang akan membangun peradaban bangsa dan mengubah peradaban dunia. Karena mereka yang membaca ini kebanyakan adalah anak-anak dan remaja yang akan menjadi bibit unggul dan akan membawa perubahan bangsa dan negara ke depannya.
Ditulis oleh Rahmi Lisdeni, S. Gz
Selain sebagai Tim Pengajar Poltekkes Kemenkes Padang, Rahmi juga Staff Kementerian Kesehatan Republik Indonesia