Cerpen : Orang Gila     By: Azizatul Mu’alifah

Lagi-lagi pria itu datang ke rumah. Lagaknya seperti orang waras, padahal aslinya dia gila. Gimana tidak gila, setiap hari memberi makan si Melo, kucing gemuk peliharaanku sambil ngomong sendiri. Kadang dia juga teriak-teriak tidak jelas. 
Sebenarnya aku malas meladeninya, tapi aku selalu ingat kata-kata Papa. Aku harus bersikap baik kepada siapa pun, termasuk dengan orang gila.

“Sayang!” suara paraunya membuat telingaku keder. Entah kenapa dia selalu memanggilku seperti itu. Mungkin dia mengira aku adalah istrinya.

“Tolong ya, Pak. Jangan memanggilku sayang. Oke! Masih beruntung aku bolehin main sama Melo,” hardikku. Setiap kali kumarahi dia selalu menangis.

Menurut cerita para tetangga, pria itu dulunya adalah anggota dewan yang terlibat kasus korupsi. Entah kasusnya seperti apa, hingga berita miringnya sampai viral di media, bahkan dia mendadak jadi seleb di dunia maya. Menurut rumor yang beredar, pria yang tidak terlalu tinggi itu pandai sekali mengelak dari bidikan KPK. 
Mulai dari pura-pura sakit, sampai pura-pura kecelakaan. Hingga akhirnya dia kehabisan ide dan berlanjut menjadi gila. Istrinya meninggal gantung diri karena depresi, dan anak-anaknya satu per satu meninggalkan dia. Benar-benar miris hidup pria berkulit putih itu.

Sekarang dia lagi nyanyi. Suaranya yang sumbang membuat telingaku berdering.
“Tolong jangan nyanyi ya, Pak!” teriakku.

“Oke, Sayang!”

Huh, lagi-lagi dia memanggilku seperti itu. Bikin perut mual. Aku berjalan menghampiri pria sinting itu.

“Pak, silakan Bapak angkat kaki dari rumah saya. Dan tolong jangan kembali lagi ke rumah ini.”

Pria itu menunduk. Lalu berjalan gontai meninggalkanku. Entah kenapa melihat pria itu pergi hatiku trenyuh. Aku jadi teringat Papa yang sekarang entah ada di mana. Dia pergi dari rumah setelah bertengkar dengan Mama.

“Pak!” Aku berlari mengejar. Pria itu berhenti lalu menoleh. Tanpa risih, tubuh gembul itu kupeluk erat. Air mata ini langsung meleleh. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang mencemoohku. Begitu juga dengan pria yang memelukku ini. Dia menangis histeris.

“Hihihi, kerja di rumah sakit jiwa itu memang bikin awet muda. Setiap hari dibuat tertawa oleh kelakuan-kelakuan mereka,” kata seorang perawat yang menyaksikan tingkah kami.

Tamat

SMD, 21-11-2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *