Di Gubuk Bambu Reot Itu Pilot Tinggal Bersama Istri dan 5 Anaknya
PILARBANGSANEWS.COM. MANDEH, TARUSAN,— Sungai Tawar salah satu desa terletak di Kawasan objek wisata Mandeh, di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Meski desa ini terletak dikawasan destinasi wisata yang memiliki prospek cerah setara dengan Raja Ampat Papua dan mungkin lebih akan mendunia nantinya, namun bagi warga yang tinggal disana mereka masih merasa hidup terpencil jauh dari pusat kecamatan apalagi pusat ibu kota kabupaten. Aksesibilitas ke desa masih menggunakan motor boat.
Jalan raya pernah dibangun dengan dana APBD Kabupaten Pesisir Selatan beberapa tahun lalu, kini jalan itu kembali sulit ditempuh dengan kendaraan roda dua apalagi roda 4.
Entah nanti jika proyek pembangunan jalan lingkar dari Sungai Pisang Padang bisa tembus ke Sungai Tawar.
Berdasarkan informasi yang layak diterima, kementerian PU telah mengalokasikan dana ratusan Milyar untuk pembangunan jalan lingkar dari Sungai Pisang tembus ke Sungai Pinang wilayah kabupaten Pesisir Selatan, namun karena Pemda Padang kurang fokus dan tak memiliki niat mambantu membuat jalan tembus ke Pessel, menyebabkan proyek ini tidak bisa berjalan sebagai mana keinginan Presiden Jokowi yang ingin menjadikan kawasan Mandeh sebagai Kawasan destinasi wisata terpadu di Sumbar.
Mudah-mudahan saja walikota Padang berubah pikiran sehingga sepenuhnya dan sungguh-sungguh memiliki niat bagaimana proyek jalan lingkar ini nanti bisa terwujud.
Kini persoalan terkendalanya proyek jalan lingkar yang nantinya dapat digunakan sebagai jalan alternatif bagi warga Pesisir Selatan itu, berada ditangan Pemda Kota Madya Padang membebaskan lahan warganya yang terpakai untuk pelabaran jalan tembus ini.
“Jika Pemda Padang nanti bermurah hati mengurus dan mengupayakan pembebasan lahan warga nya, proyek ini akan segara terlaksana sebagaimana diharapkan,” kata sumber yang layak dipercaya.
Kalau aksesibilitas ke kawasan Mandeh telah terbuka lewat darat, secara ekonomis tentu akan banyak dampaknya bagi warga di kawasan itu termasuk warga yang tinggal di Sungai Tawa.
Warga di Sungai Tawa memang masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan, salah satu diantaranya adalah keluarga Nasrul yang paling terparah.
Beberapa hari yang lalu, Yan Anas tokoh masyarakat Pesisir Selatan di Jakarta, sempat singgah di rumah Nasrul alias Pilot.
Pembaca bisa melihat kondisi rumah didalam foto foto yang kami tampilkan, dinding papa, salah satu sisi bidang dindingnya kini dilapisi dengan plastik agar tak masuk tempias bila hujan turun diterpa angin. Lantai terdiri dari bahan papan, lihat kondisi dapur, disanalah Pilot bersama istrinya Elva Susianti tinggal dengan 5 orang anaknya.
Anak Pilot yang paling besar bernama Irwan Putra Tama kini berumur 17 tahun, tak tamat sekolah dasar, anak nomor dua berumur 15 tahun Selgia Yolanda masih duduk di SD. Nomor 3, Nadia Herawati (12 th) meski masih usia sekolah, namun dia tidak sekolah. Kemudian masih ada 2 orang lagi anak Pilot masing masing Zulfa Saputra Chandra laki laki berumur (4 th) dan Marwah Putri Lestari (2 th).
Berlima mereka menghuni rumah yang kalau saya tulis lebih tepatnya disebut gubuk bambu yang reot.
Sebagai kebanyakan warga lainnya di Sungai Tawar Mandeh, Pilot profesinya tidak menetap, kadang dia pergi melaut, bila hasil tangkapan berkurang, dia coba jadi buruh tani upahan, kerja bagi nya tidak ada patangan yang penting dapat pitih untuk membiayai kebutuhan anak anaknya.
“Bagi Pilot terpenuhi belanja harian anak-anaknya dan bisa berasap dapur, itu sesuatu reski yang sangat pantas disyukuri, persoalan beli pakaian, kenderaan apalagi membangun rumah sederhana layak huni itu soal belakangan,” begitu mungkin yang ada dipikiran Pilot dalam kesehariannya.
FKP (Farum Komunaksi Perantau) Pesisir Selatan awal adalah sebuah Grup WhatsApp, diantara pengurus sering mengadakan copy darat, mengadakan rapat membahas bagaimana FKP dapat memberikan kontribusi membantu meringankan beban kehidupan keluarga dusanak dikampung.
Banyak program yang sudah disusun diatas kertas, tinggal lagi aksen dan ekseskusi dilapangan. Beberapa program yang bisa diimplementasikan telah diluncurkan juga.
Kini pengurus FKP bersama anggotanya sedang mengalang dana untuk membangun rumah sederhana yang layak huni, setidaknya dalam waktu dekat untuk 2 unit rumah salah satunya Insya Allah diperuntukkan bagi keluarga Nasrul alias Pilot…( Yuharzi Yunus).–