Wartawan Itu Humas Untuk Semua Yang Bernyawa
PILARBANGSANEWS. COM. BATANG KAPEH,–
Ketika saya memposting berita di media Pilarbangsanews.com yang tengah anda baca ini. Seorang teman saya membagikan link salah satu judul tulisan saya di Facebooknya.
Diatas link tulisan itu dia tulis coptian dengan kalimat “Pertanyaan bagus dari Publik, tapi di jawab sendiri oleh yang nulis kayaknya cocok jadi jubir he he..”
Tapi sebelum anda membaca tulisan sambungan ini sebaiknya baca dulu tulis saya itu klik disini;
Apa Saja Baru Hasil Pembangunan Selama Hendrajoni Jadi Bupati Pessel??
Okey.. Sudah anda baca tulisan saya yang berjudul “Apa Saja Baru Hasil Pembangunan Selama Hendrajoni Jadi Bupati Pessel?”
Sebagaimana saya sebutkan dalam tulisan yang barusan Anda klik, saya terpacu menulisnya setelah mendapat order dari seorang teman saya yang lain, untuk mengkritisi hasil pembangunan yang telah dicapai oleh Hendrajoni 2,5 tahun menjabat Bupati Pesisir Selatan.
Rupanya teman saya yang mengaku yunior dalam dunia jurnalistik dan katanya memiliki idealisme yang tak bisa ditawar masih belum memahami fungsi dan cara kerja seorang wartawan.
Mungkin ampu (jempol)-nya baru akan diberikan kepada saya apabila tulisan atau berita yang saya tulis itu memberitakan tentang kegagalan Bupati Pesisir Selatan. Atau berita hoax yang mengandung ujaran kebencian.
Saya tantang teman saya itu, kalau memiliki data dan fakta terkait kegagalan Bupati Hendrajoni, silahkan kasih infonya, biar saya tulis. Ujar saya kepadanya.
“Banyak ini infonya, jalan yang rusak belum diperbaiki, kalau anda minta pada saya, akan saya kasih,” kata teman saya itu.
Duh… Orang ini belum paham bagaimana proses penentuan proyek proyek yang akan dibangun oleh seorang pimpinan kepala daerah. Dia mungkin tidak tahu bahwa kegiatan pembangunan itu diawali dari Musrenbang Nagari, sudah Nagari dilanjutkan di Kecamatan, setelah itu Musrenbang kabupaten dan kota. Kemudian untuk proyek pembangunan yang gawenya gubernur juga dilaksanakan Musrenbang di tingkat provinsi.
Rupanya teman saya itu tidak mengerti bahwa Bupati/walikota dan Gubenur itu tidak boleh seenak e dewe menggunakan dana APBD, ada pihak yang melegalkan kegiatannya yang disusun dalam RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) yakni DPRD masing masing daerah. Nampaknya rekan saya menyuruh saya untuk menjelaskan mekanisme penggunaan dana APBD?
Okeylah kalau gono, soale diberi kata malariang (kata kata halus), dia minta ditumbuk tapek istilah orang dikampung saya bila ada teman tak paham dengan ucapan yang kita sampaikan.
Maaf keterangan ini bagi mereka yang tidak mengerti saja terutama ditujukan kepada teman yang meminta saya mengkritisi kinerja Bupati Pessel, bahwa membangun itu tak semudah membalik telapak tangan, perlu biaya yang besar, sementara dana PAD (Pendapatan Asli Daerah) Pesisir Selatan tahukan anda berapa besarnya? Kemudian selain dengan dana PAD, daerah kabupaten/kota maupun provinsi masih sangat tergantung pada DAK dari Kementrian. Tugas bupati/walikota/gubernur membagi bagi kue pembangunan tentu sesuai dengan skala prioritas yang tertuang dalam hasil Musrenbang tadi. Namun Nan paralu diparalukan juo, dan kadang karena ada keterikatan emosional atau janji janji politik dimasa kampanye sehingga lebih memperhatikan pemenuhan janji itu.
Janji politik disaat kampanye oleh kepala daerah bisa buyar dan tak dapat dipenuhi oleh sang kepala daerah jika DPRDnya menolak RAPBD yang diajukan oleh eksekutif (kepala daerah/Bupati/walikota/gubernur)
Bagi kepala daerah yang merasa harus menepati janji janjinya, dia akan berusaha mati matian dengan segala cara, kapan perlu menyogok legislatif (DPRD) agar RAPBD disyahkan. Kasus ini terjadi di sebuah provinsi antah berantah, yang anda disana sama sama nonton berita tivi bersama saya.
Tapi berdosakah jika seorang kepala daerah menepati janjinya?? Ah kamu seperti orang tak tahu saja disana.
Barulah tahu saya, maksud rekan saya itu, seorang wartawan boleh seenak e dewe menulis berita? Ya enggak lah, wartawan, dia bukan penyalur untuk menyampaikan sakit hati anda kepada pejabat yang Anda tuju, akan tetapi tugasnya adalah melakukan sosial kontrol pada siapa saja. Aspirasi anda diapungkan dan ekspose pejabat juga ditayangkan dimedia kami.
Jadi…, kalau anda bilang saya bagusnya jadi jubir (juru bicara) atau Humas Bupati, kurang lengkap itu mah. Saya dan kami yang menekuni dunia jurnalistik adalah Humas bagi semua orang, bahkan binatang dan tumbuhan tumbuhan pun menjadi bahan berita bagi wartawan. Terserah anda kalau kagak percaya.
Banyak maaf yo sanak. untuk sekedar tahu saelah… Heheheh
(YY)