.

Budhi Mulyadi Dt Bandaro Sati Akhirnya Menyandang Gelar Doktor Keperawatan

PILARBANGSANEWS. COM. BATANG KAPEH,–

Meski tidak pernah bercita-cita menjadi Perawat atau masuk pendidikan Keperawatan, Budhi Mulyadi, anak Minang resmi menyandang gelar Doktor Keperawatan dari Universitas Indonesia hari ini, Kamis (4/1/2018) mengungkapkan rasa syukur, dan menyatakan tidak salah memilih profesi sebagai Perawat.

“Jalan yang tidak mudah bagi saya. Seakan tanpa tau tujuan dan bukan cita-cita jadi Perawat. Tetapi, hanya ikut saran Ibunda. Saya jalani kuliah di Akademi Keperawatan (Akper) Depkes Padang pada tahun 1993  hingga 1996,” ungkap Budhi Mulyadi urang  Batang Kapeh, Pesisir Selatan ini memulai pembicaraan dengan Medianers.

Setelah tamat, masa itu tahun 1996, Budhi Mulyadi 3 tahun lalu diangkat oleh kaumnya menyandang Gelar Datuak Bandaro Sati,  menjadi dosen di Akper Nan Tongga, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Dan, pada tahun 1998, suami dari Harlina, S.Pd. itu kemudian melanjutkan kuliah ke jenjang Sarjana Keperawatan di Universitas Indonesia. 

Pada tahun 1998, program sarjana Ilmu Keperawatan masih tergolong baru di Indonesia, yakni baru berdiri 3 tahun  bernama Prodi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dan, beliau sukses menyelesaikan pendidikan tersebut selama 3 tahun.

Sembari menjalani pendidikan, Budhi Mulyadi yang lahir pada tanggal 27 Januari 1974 di Dumai Riau itu, juga mengajar di Akper Dharma Bakti Jakarta, untuk menambah biaya kehidupan, seraya bertujuan mengasah keilmuan dan kemampuan dalam mengajar.

“Bagi saya ketika itu, luar biasa menjadi Perawat. Bukan hanya sekedar profesi bagi saya, tetapi Perawat adalah kehidupan saya, profesi yang membuat saya 180 derajat berubah menjadi lebih baik, lebih peduli, dan lebih bermanfaat bagi orang lain,” katanya mulai bersyukur menggeluti profesi sebagai Perawat pendidik.

Tidak puas sebagai Sarjana Keperawatan, Budhi Mulyadi alumni SMA Negri 1 Painan jurusan Fisika angkatan tahun 1992 itu, melanjutkan pendidikan ke Program Magister Keperawatan, Universitas Indonesia pada tahun 2007 dan tamat tahun 2009.

Masih di kampus yang sama, ayah dari Mutmainnah (17 tahun) dan Raudatul Hamidah (14 tahun) melanjutkan pendidikan ke Program Ners Spesialis, tepatnya Spesialis Keperawatan Komunitas, dan tahun 2010 Budhi Mulyadi sukses menyelesaikannya.

Sambil menjalani pendidikan, alumni SMP Negri 2 Padang lulusan tahun  1989 itu, juga mengajar di berbagai Sekolah Tinggi Kesehatan sebagai dosen tidak tetap, seperti di STIKes Abdi Nusantara, Akper Sri Bunga Tanjung Dumai, STIKes Indonesia Maju Jaya, STIKes Kesosi Jakarta, dan FIKes Universitas Borobudur.

Beliau juga menjadi dosen ‘terbang’ di STIKes Bani Saleh, Universitas Esa Unggul, STIKes Indonesia, Padang, dan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH Thamrin, serta mengajar di kampus tempat ia menimba ilmu, yakni di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Sebagai Perawat pendidik, Budhi Mulyadi juga dikenal sebagai aktivis, ia pernah menjabat Ketua Bidang Hukum dan Humas Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Padang Pariaman priode (2003-2005), dan di priode yang sama, beliau juga sebagai ketua umum organisasi kemanusian, yaitu Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) Kota Padang.

Budhi Mulyadi juga dipercaya sebagai direktur eksekutif Pusat Kajian Indonesia Sehat (PAKIS), dan tercatat sebagai pengurus pusat, sekretaris 1, Himpunan Perawat Gawat Darurat Indonesia ( HIPGABI), dan pendiri Yayasan Peduli Kesehatan Indonesia, serta pendiri dan pembina Community Health Nursing Education and Research Center(CHNERC).

Selain sebagai Sekretaris Jendral Gerakan Masyarakat Anti AIDS & Narkoba (GEMPAR), Budhi Mulyadi juga menunjukan ketertarikannya mengupas seputar kehidupan anak jalanan dan pencegahan penularan penyakit HIV/ AIDS. 

Hal itu, ia buktikan dengan diterbitkan tiga buku karyanya berjudul, “Panduan Untuk Anak Jalanan Dalam Menghadapi Masa Puber, ” dan dua lagi buku berjudul, “Pedoman Fasilitator Pendidik Sebaya Dalam Pencegahan Penularan HIV dan Penatalaksanan AIDS Pada Anak Jalanan,” serta buku berjudul, “Buku Ajar Keperawatan Komunitas,” penerbit Stikes Kesosi. ISBN:978-602-18497-0-5.

Selain menulis buku, Budhi Mulyadi juga terlibat sebagai anggota tim peneliti bersama Yale University, tahun 2014-2015. Penelitian tentang, ‘Continunity of Care HIV/AIDS  for Prison.’ 

Kemudian, Budhi Mulyadi bersama tim, diantaranya; Sigit Mohammad Nuzul, S.Kep dan Ahmad Zaki Anshori, S.Kom sukses memperoleh Juara 1 Lomba Inovasi Universitas Indonesia tahun 2017, Finalis Lomba Inovasi Kemenristekdikti tahun 2017, dan Penghargaan Tanoto Foundation Student Research Award tahun 2017 atas karya mereka bernama ‘ATM Sehat.’ 

Kendati telah mengecap beberapa prestasi, dan melewati berbagai lika-liku perjalanan pendidikan dan penelitian, Budhi Mulyadi belum berpuas diri akan pentingnya menuntut ilmu pengetahuan, terutama di bidang Keperawatan.

Pada tahun 2011,  Budhi Mulyadi memutuskan melanjutkan pendidikan ke Program Doktoral Ilmu Keperawatan. Program tersebut terbilang baru di Indonesia, dibuka pada tahun 2008 di Universitas Indonesia dan satu-satunya di Indonesia.

Terpisah, berdasarkan informasi dari Prof.Achir Yani S.Hamid, M.N., D.N.Sc. selaku guru besar di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia (FIK-UI) saat dimintai keterangannya malam, Rabu (3/1/2018) melalui pesan elektronik menyatakan, ” sejak berdiri tahun 2008, program studi Doktor Keperawatan hingga tanggal 9 Januari 2018 mendatang, akan melahirkan 60 Doktor Keperawatan lulusan FIK-UI.”

“Tanggal 3 Januari 2018, ada 58 lulusan Doktor Keperawatan. Tapi, dalam satu minggu ini, akan ada dua doktor baru, ” tambah Prof. Yani.

Termasuk, hari ini, Kamis (4/1/2017), Budhi Mulyadi, anak ranah Minang asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat itu mengikuti sidang terbuka upacara promosi Doktor Keperawatan di Gedung Pendidikan dan Laboratorium, Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia, Kampus UI, Depok.

Beliau, Dr.Budhi Mulyadi, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom. berhak menyandang gelar tersebut, karena berhasil mempertahankan disertasinya berjudul, ” Pengembangan Model Puskesmas Sahabat Remaja (MPSR) di Keluarga dengan Remaja Berisiko Seks Bebas di DKI Jakarta,” dihadapan Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., P.hD. selaku promotor, dan Dewi Irawaty, MA.,Ph.D. serta Dr.Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M. selaku ko-promotor.

Akhirnya, anak Minang yang tidak pernah bercita-cita atau memimpikan jadi Perawat itu, menyandang gelar Doktor Keperawatan demi melanjutkan rentetan dan catatan sejarah perkembangan Ilmu Keperawatan di Indonesia.( Medianers/ Anton Wijaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *