.

Catatan Ketika Pertama Kali Jadi Seorang Wartawan Peliput Acara Hari Pers Nasional

Ini hasil jepretan Kamera HP Saya

Catatan ; M Brayuma Shadeli Harzi

PILARBANGSANEWS.COM.

Beruntung jadi anak dari seorang ayah yang kini setelah pensiun dari PNS mulai menggeluti dunia jurnalistik, sekaligus pemilik portal berita media Online, jika tidak, manalah mungkin saya bisa meliput berita puncak peringatan Hari Pers Nasional yang tahun ini diselenggarakan di Padang.

Saya sebutkan beruntung, karena tidak semua wartawan mendapatkan kesempatan meliput acara HPN ke 70, apalagi wartawan daerah ditambah seperti saya yang masih belum tahu seluk beluk dunia jurnalistik, tidak mungkin akan saya peroleh kesempatan, Pasti pimpinan redaksi mengirimkan wartawannya yang senior dalam Iven besar seperti ini.

Untuk bisa meliput puncak peringatan HPN tersebut, wartawan yang ditunjuk oleh media masing masing, lewat pimpinan redaksi mengajukan permohonan. Pengajuan permohonan tidak ke PWI atau panitia HPN, namun tahun ini pendaftaran ke Markas Korem.

Saya mendaftar pada hari H -4. Jadwal pendaftarannya telah dibuka seminggu menjelang hari H. Jika saya mendaftar pada hari -2 bermungkinan tertutup bagi saya mendapatkan kokarde sebagai tanda pengenal untuk dapat meliput.

Awalnya saya tidak berkeinginan untuk ikut dalam peliputan acara HPN, alasannya disamping belum pernah mencoba tugas peliputan acara resmi seperti ini juga pertimbangan kemampuan jurnalistik yang masih sangat minim dan saya kebetulan hari itu ada tugas di kampus yang harus dituntaskan. Tapi karena diajak oleh seorang teman wartawan, akhirnya saya minta surat dari Pemimpin Redaksi Pilarbangasanews.com, untuk mendaftarkan.

Sekitar pukul 15:30 WIB saya mendatangi Makorem, saat saya datang ada beberapa orang rekan wartawan disana dengan tujuan yang sama, tetapi kehadiran mereka menjemput kokarde karena mereka sudah mendaftar sehari sebelumnya, sementara saya baru akan mengajukan surat permohonan.

Surat dari Pemimpin Redaksi saya serahkan, oleh petugas, surat tersebut dibaca, selesai membaca petugas mencoba menatap mata saya, tak lama berselang, kata petugas tersebut, nanti kami hubungi no telp Pimpinan Redaksi saudara, sambil menjanjikan besok kokardenya dijemput. Dengan alasan pada hari itu persediaan kokarde sudah habis, saking banyaknya wartawan yang ingin meliput kunjungan presiden sehingga pihak KOREM harus menambah cetak ulang.

Bertemu Om Rijal AFF Kepala Biro Pilarbangasanews di Dharmasraya dan Bang Nofsan wartawan Pilarbangsanews.com

Kenapa untuk mendapatkan kokarde ini mendafta di Korem, kenapa tidak di Panitia HPN atau di PWI? Pertanyaan itu pernah muncul, tapi saya tidak bertanya. Pertanyaan itu saya tebak saja sendiri, bahwa untuk meliput sebuah acara yang dihadiri presiden disesuaikan dengan standar operasional pengaman yang diberlakukan terhadap orang nomor satu ini yang sangat ketat. Ini tentunya selain menjaga ketertiban, pengamanan terhadap keselamatan Presiden menjadi bahan pertimbangan.

Dua hari sebelum hari H, kokarde sudah saya peroleh, artinya saya diizinkan untuk mengambil posisi bersama rekan rekan wartawan senior yang ditugaskan masing masing redaksi untuk meliput berita.

Pada hari Jum’at (9/2) sekitar pukul 8 pagi saya sudah rapi dan siap berangkat menuju Pantai Cimpago Padang tempat Acara Puncak Peringatan HPN dilaksanakan. Lebih kurang 15 menit dengan mengendarai sepeda motor saya sampai di lokasi. Sepeda motor saya parkir di tempat yang disediakan. Kemudian seorang diri saya berjalan menuju state, ada perasaan bangga disana waktu itu, bangga karena bebas tidak distop petugas ketika memasuki areal tempat acara peringatan dan sedikit perasaan ragu ragu karana belum pernah mencoba. Para awak media sudah banyak hadir disana, itu saya ketahui dari kokarde yang talinya dikalungkan di leher. Kemudian tanda lain adalah mereka memegang kamare tustul. Namun tak satupun saya kenali mereka.

Tak berapa lama berselang, dari kejauhan terdengar meraung-raung bunyi serine mobil pemandu mobil yang membawa rombongan Presiden. Hanya beberapa saat kemudian mobil rombongan Presiden telah tiba di lokasi. Presiden Jokowi didampingi Gubernur Irwan Prayitno, Ibu negara didampingi istri Gubernur H. Nevi Irwan Prayitno, memasuki lokasi tempat acara juga diikuti para mentri.

Presiden dan Ibu Negara Iriana beserta rombongan disambut dengan tari gelombang. Para awak media berebutan mencari posisi bidik merekam peristiwa itu.
Tak ketinggalan saya juga ikut berebutan, posisi saya tidak berapa jauh dari tempat berdirinya presiden, tapi karena tidak memiliki tustel kamera, yang ada cuman kamera HP momen itu tidak dapat saya rekam. Momen ini tidak dapat saya ambil dengan kamera HP saya, apalagi paspampres mendatagi para awak media, meminta agar pada titik kami berdiri dikosongkan untuk keamanan Kepala Negara.

Prosesi puncak peringatan HPN berlangsung dengan pidato sambutan dari Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, Ketua PWI Margiono dan Presiden Jokowi. Saat presiden menyampaikan sambutan, presiden meminta seorang wartawan untuk tampil, presiden mengajak sang Wartawan bertukar peran. Wartwan jadi presiden dan presiden jadi wartawan. Peristiwa langka ini membuat suasana Peringatan HPN semakin semarak. Selain itu juga diserahkan pemberian penghargaan kepada Gubernur Jawa Timur Sukarwo yang akrab disapa dengan pak de Karwo.

Saya akhir saja tulisan ini dengan kesimpulan ternyata jadi wartawan itu tidak mudah, ada tantangan belum lagi tantangan pembaca yang meragukan profesionalitas kita. Disini UKW memang diperlukan. Ah…Hadapi saja dengan ganteng…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *