Harimau Yang Terkam 2 Warga Inhil Tewas Seprtinya Enggan Kehabitatnya
PILARBANGSANEWS.COM. PEKANBARU,– Harimau berdasarkan genetiknya adalah binatang buas, manusia salah satu mangsanya. Tapi jika ada Harimau telah dekat jaraknya dengan manusia, tapi tidak ada keinginan binatang buas ini menerkam mangsanya, gejala ini disebut sebagai inhabituasi alias perilaku menyimpang dari kebiasaannya.
Gejala Inhabituasi itu kini telah menghinggapi Bonita, begitu nama Harimau ini disebut oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Si Bonita sejak menerkam tewas Juamiati sekitar awal bulan Januari lalu di kabupaten Inhil, pada Sabtu 10 Maret 2018 sekitar pukul 19;00 WIB kembali menyerang dan menewaskan Yusri Efendi (34 tahun) seorang tukang bangunan sarang burung walet di Desa Simpang Kanan, Pelangiran, Inhil.
Kebiasaan Inyiak Belang, jika berhasil menerkam manusia hingga tewas, yang disantap bisanya organ tubuh bagian dalam seperti jantung, hati, limpa dan paru paru. Kemudian baru organ luar, seperti daging paha dan betis.
Bonita telah berhasil melakukan perburuannya, dua orang mangsanya tewas, tapi si Datuk belum berhasil menyantap organ dalam tubuh ke dua korbannya itu.
Sampai kini Harimau tersebut masih berkeliaran disekitar areal perkebunan PT THIP. Apakah yang menjadi alasan bagi si Inyiak Belang tetap bertahan dua bulan di Dusun Muaro itu? Apakah si Datuk muda ini tidak kelaparan sebab belum satupun hasil buruannya yang dia nikamti. Baik almarhumah Jumiati maupun almarhum Yusri organ tubuh bagian dalam mereka masih utuh karena belum disentuh oleh si Datuak muda ini.
Kini Datuak muda masih berkeliaran di areal perkebunan, apakah dia masih mengintai manusia sebagai mangsanya?
Jika ditanya apakah masih mengintai dan ingin mematikan manusia lagi, disinilah ada penyimpangan perilaku sang Datuak.
Setelah memangsa dua orang korban, predator ini semakin terbiasa berada di sekitar rumah penduduk. Tak hanya itu, juga menjadi terbiasa mendekati manusia.
“Perilaku menyimpang itu kita duga sejak Bonita memangsa Jumiati beberapa waktu lalu. Dia menjadi terbiasa berdekatan dengan manusia,” kata Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Hutomo, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (6/3/2018).
Hutomo menyebutkan beberapa keanehan sikap hewan buas itu di antaranya sering ditemui duduk dengan santai di tepi jalan poros di Desa Simpang Kanan, Pelangiran, Inhil.
“Beberapa kali tim kita atau warga menemukan Bonita duduk di tepi jalan poros. Malah sempat direkam tim kita Bonita dengan santai mendatangi ke arah truk yang akan melintas,” kata Hutomo.
Padahal, jika saja Bonita tidak mengalami inhabituasi, satwa liar ini akan menghindar. Tapi anehnya, Bonita tampak santai berjalan di siang hari mendekati truk.
Keanehan sikap Bonita ini ditunjukkan saat tim BBKSDA bersama anggota Polres bertemu di dalam kawasan hutan. Selaku satwa liar yang masih normal, semestinya ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, bila bertemu, harimau akan melakukan penyerangan langsung. Atau yang kedua, hewan tersebut akan menghindari manusia.
“Tapi anehnya, justru saat bertemu itu Bonita tidak menghindar dan tidak melakukan penyerangan,” kata Hutomo.
Malah satwa ganas yang dijuluki panggilan ‘Datuk’ itu duduk dengan santai hanya berjarak 3 meter dari tim. Harimau itu menatap tajam ke arah tim BBKSDA dan Polres Inhil yang tak berkutik.
Bonita malah mengelilingi tim di dalam kawasan hutan itu. Lebih dari dua jam Bonita menongkrongi tim yang serba salah akan situasi itu. Bonita baru beranjak pergi di lokasi itu setelah datangnya tim bantuan mendekati lokasi dengan suara tembakan.
“Mendengar suara tembakan dari kejauhan, Bonita baru pergi setelah menongkrongi tim selama dua jam. Dan dia meninggalkan lokasi juga berjalan dengan santai, malah sempat kembali melihat ke belakang,” kata Hutomo.
Kondisi Bonita yang duduk santai di dekat tim, hanya berjarak 3 meter, itu dinilai bukan perilaku normal seekor harimau liar. Bonita malah terkesan ingin beradaptasi dengan lingkungan manusia sebagaimana kucing.
“Jadi sepertinya harimau itu ingin berperilaku seperti kucing yang bisa beradaptasi dengan lingkungan manusia. Bonita sepertinya ingin bermanja-manja dengan manusia. Itu kesan yang kita prediksi dari sikap Bonita itu,” kata Hutomo.
Perilaku Bonita yang tidak normal lainnya adalah tidak memangsa umpan kambing yang diletakkan di box trap yang telah dipasang BKSDA di lokasi. Dalam rekaman kamera yang tertangkap, Bonita ini justru sudah berada di mulut perangkap itu. Tapi Bonita hanya melihatnya dan lantas meninggalkan box perangkap itu.
“Ini sangat tidak lazim untuk harimau liar. Tapi Bonita malah tampak santai dan tidak menerkam kambing yang ada di dalamnya. Inilah perilaku Bonita yang telah menyimpang pasca-memangsa Jumiati,” tutup Hutomo. (HP/YY)
Sumber PasengNews dan Detikcom
Foto dokukentasi BKSDA Riau