Radikal dan Radikalisme (Oleh; D Manurung)
D Manurung
PILARBANGSANEWS. COM. JAKARTA,– Radikal dan radikalisme istilah yg akhir akhir ini sering kali dikaitkan dgn kekerasan berbasis agama trmsk terorisme.
Upaya pencegahan dan pemberantasan terorisme muncul wrna strategi deradikalisasi yaitu upaya utk memutus rantai radikalisme yg berangkat dari asumsi pemicu terorisme adlh radikalisme.
Ketika isu ISIS mencuat disinyalir bnyk melakukan tindakan kekerasan brutal, wacana deradikalisasi menguat kembali.. Dari adanya muncul isu situas islam radikal yg berujung pada pembredelan oleh komunitas atau organisasi islam.
MUI telah mengeluarkan fatwa tentang terorisme.. Dimana hukumnya haram dilakukan oleh siapapun dgn tujuan apapun. Dijelaskan secara nyata antara terorisme dgn jihad. Jihad sifatnya utk melakukan perbaikan (ishlah) sekalipun dgn cata peperangan dgn tujuan menegakkan agama Allah/dan atau membela hak-hak pihak terzalimi serta dilakukan dgn mengikuti aturan yg ditentukan oleh syariat dgn sasaran musuh yg sdh jelas.
Terorisme sifatnya (ifsad) dan anarkhis/chaos (faudla) bertujuan utk menciptakan rasa takut dan atau menghancurkan pihak lain srta dilakukan tanpa aturan yg jelas dan sasarannya tanpa batas.
Lalu, bagaima dgn radikal dan radikalisme sendiri yg sering dikaitkan dgn terorisme?
Jadi kupelajari disini istilah radikal dan radikalisme berasal dr bahasa latin “radix”, radicis. Menurut The concise Oxford Dictionary (1987) berarti akar, sumber, atau asal muasal. Kamus ilmiah populer karya M. Dahlam Al Barry terbitan arkola Surabaya menuliskan bahwa Radikap sama dgn menyeluruh, besar-besaran, keras, kokoh dan tajam.
Dalam pengertian luas, Radikal mengacu pada hal-hal mendasar, pokok dan esensial. Berdasarkan konotasinya yg luas, kata itu mendapatkan makna dalam BERBAGAI RANAH ILMU, POLITIK, ILMU SOSIAL, BAHKAN DALAM ILMU KIMIA YG DIKENAL ISTILAH RADIKAL BEBAS”.
Radikalisme diartikan sbgai faham atau aliran yg menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Istilah Radikal sbenarnya bisa Positif bisa negatif. Mitsuo Nakamura misalnya dalam sebuah tulisannya yg dipublikasikan di Asian Southeast Asian Studies Vo. 19,No.2 th 1981 menyebut bhwa Nahdatul Ulama adlh organisasi yg berwatak tradisionalisme radikal. Istilah radikal dipilih Mitsui Nakamura utk menggambarkan bahwa NU adalah organisasi yg otonom dan independen, bukan derivasi dari organisasi yg lain.
NU juga mempunyai sikap politik yang kritis, terbuka dan mendasar menghadapi status Quo penguasa ketika itu Presiden Soeharto. NU juga memperlihatkan dengan karakteristik keagamaan yg tetap konsit. Dengan karakteristiknya yg bersifat mendasar inilah disebut Radikal.
Beda dengam tulisan tmn kita yg berjudul Radikal 98, terkait tulisan tersebut saya mengira bahwa dia mengklaim otoritarianisme 98 krn msh blm ada sinkronisasi antara pola pikir dia dan yg lainnya. Saya rasa dia memiliki sistem politik totalitarinisme yg tdk dibawah kendali pemerintah. Sistem ini biasanya menentang demokrasi.
Apapun itu, sebaiknya radikal artinya satu tindakan penentangan secara keras trhdp kebijakan pemerintah serta tdk mau bekerja sama dgn pemerintah. Kaum radikal berpendapat bhwa utk mencapai Indonesia merdeka haruslah dgn jerih payah anak bangsa sendiri dan bukan atas adanya campur tangan dari bangsa asing. Sebaliknya moderat sebagai salah satu sikap lunak terhadap kebijakan pemerintah di Indonesia.
Kaum moderat berpandangan bhwa utk mencapai Indonesia merdeka tdk dpt lepas dari kerjasama dgn berbagai bangsa, tdk terkecuali dgn pemerintah. Adanya dua strategi ini dua-duanya sama-sama mempunyai tukuan akhir yg sama, yaitu utk mewujudkan Indonesia merdeka.
Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, dikenal dua strategi politik organisasi kebangsaan dlm kaitannya utk mewujudkan Indonesia merdeka yaitu strategi non-kooperatif (radikal) dan kooperatif (moderat).
Salam Perdamaian
*D. Manurung adalah wartawan/ Pimred Media Online Bhayangkara.com dan Pengamat Politik Muda