Kirab Nusantara Ditolak Warga Minang. Kata Ketua MUI Sumbar Ini Alasannya
BUKITINGGI, PILARBANGSANEWS. COM,-– Ketua Umum MUI Sumbar, Buya H Gusrizal Gazahar Dt Palimo Basa mengatakan, sebenarnya warga Sumbar khususnya masyarakat Minang, adalah warga yang suka dan senang bersilaturahmi dan terkenal sangat ramah serta pandai menghormati tamunya.
Diminang ada istilah saling jingau manjingau (datang mendatangi). Istilah ini mengindikasikan bahwa warga Minang adalah warga yang ingin hidup secara bersama-sama berdampingan dengan saudara-saudaranya.
Bahkan saat merantaupun dianjurkan oleh orang Minang “Ibu cari dusanak cari,” ini membuktikan bahwa warga Minang adalah masyarakat yang tak membedakan suku, ras dan agama.
“Tapi tamu yang mana dihargai? yaitu tamu yang beradab, tibo yang datang nampak muko, pai tampak pungguang dan menghargai tuan rumah”, kata Gusrizal menjawab wartawan Pilarbangasanews di Bukittinggi, Senin (24/9), terkait adanya upaya penolakan dari sejumlah ormas Islam di ranah Minang.
Coba kalau Banser itu pandai menghargai kearifan di Minangkabau dan kedatangannya tampak muko, mungkin mereka tidak ditolak, apalagi kita satu bangsa.
“Jangan mentang mentang merasa dilindungi penguasa dan dilindungi aparat keamanan, lalu bersilantas angan (mau-maunya sendiri), maka itu puncak tumbuhnya masalah,” tambah Buya.
Dalam pernyataannya, mereka, “ingin agar Islam tetap ramah” tapi bukankah banser yang hobby membuat tindakan tak ramah terhadap umat Islam lain yang tak menerima konsep mereka ?!
Bahkan mereka mengakomodir aliran yang tak ramah seperti syi’ah. Syi’ah juga telah ditolak oleh ulama Sumbar dalam Deklarasi Serambi Makkah !
Mereka juga tak mempedulikan perasaan bangsa Palestina yang ditindas dengan kekerasan penjajahan oleh Israel.
Kemudian ditambah lagi, dengan pernyataan akan menyebarkan Islam Nusantara tanpa peduli orang lain setuju atau tidak. Ini sudah seperti penjajahan.
Tampaknya, “Mereka hanya bertanam tebu di bibir !!!”
Tampaknya mereka harus tahu pantangan di Minangkabau ! Orang Minang berpantang bagi mereka “tapian dialieh dek Rang lalu, cupak dipapek dek rang panggaleh,” kata Buya kepada wartawan kami di Bukittinggi. (Ystr)