Erman Tolantang

UMAR Galie Bongkar Rahasia Kotak Suara Dari Kardus (Bag: 24)

HIKAYAT
DODON TEA dan UMAR GALIE

Oleh: Ermanto Tolantang (Komunitas Sansai Film, Padang, Indonesia

Baca disini episode 1 s.d episode 23

Prof Mahmud…! Ini Hikayat DODON Tea dan UMAR Galie

Episode (24)

Rahasia Kotak Suara

Setelah tadi malam menyaksikan berita kecurangan input data dan berita pembongkaran kotak suara kardus pada tv tentang pemilihan kepala kampung yang baru saja usai, pagi ini Umar Galie mengantarkan rupa wajah yang gelisah ke lepau Emak Iyai. Buya Bahar yang sudah tiba sejak tadi dan duduk di pojok lepau memperhatikan Umar Galie dengan amat bijaksana. Beberapa waktu berselang, datang pula Dodon Tea dan Udin Kardus alis Udin Kaleru secara bersamaan ke lepau Emak Iyai. Tidak begitu lama Emak Iyai segera saja menghidangkan dua gelas teh talua dan dua gelas kopi panas untuk mereka berenam.

“Buya dan Emak, pantaslah kotak suara itu sengaja dibuat dari kardus. Kalau warga teliti, hal itu ternyata memiliki rahasia yang kini sudah terpapar nyata di tv kampung dan media sosial,” ujar Umar Galie dengan geram sembari geraham berderak-derak dan kepalan tangannya membuat tinju di atas meja. Pastinya, suhu kepala Umar Galie tentulah menaik.

Buya Bahar masih diam dalam bijaksana. Dodon Tea tidak menerima tudingan itu. Udin Kardus merasa tersinggung oleh tudingan Umar Galie tersebut. Emak Iyai terpana sembari berpikir panjang akan rahasia kotak suara kardus tersebut.

“Tudinganmu itu mulai ‘mengelantur’ entah ke mana, Umar!” tuding Dodon Tea pula.

“Dodon dan Udin, bukankah kita dulu sama-sama jurusan IPA di SMA. Apakah sobat percaya ketahanan material kardus lebih baik dari material aluminium atau seng? Bagaimana mungkin otak kita bisa meyakininya?” sanggah Umar Galie dengan suasana panas.

“Umar, tak usahlah bicara material kardus dan material aluminium pula. Langsung saja jelaskan rahasia kotak suara kardus itu. Jika kau tidak bisa menjelaskan berarti kau sudah menyampaikan informasi palsu. Akibatnya kau bisa berhadapan kembali dengan hukum kampung ini,” jelas Udin Kardus dengan suara yang mulai emosi karena tersinggung oleh tudingan Umar Gali tersebut. Seisi lepau termasuk Buya Bahar masih mendengarkan dengan saksama.

“Ya dalam pandanganku, kotak kardus tentu punya kelebihan,” ujar Umar Galie.

“Begitu kan? Kotak kardus ada kelebihan kan?” puji Dodon Tea. “Begitu baru benar pemikiranmu Umar,” puji Dodon Tea lagi.

“Iya kelebihannya adalah kalau dipindahkan tidak berisik. Kalau dibuka paksa juga tidak berisik. Kalau mau dihilangkan mudah sekali yakni dibakar saja. Kalau menggunakan aluminium, kelebihan itu mungkin tidak didapatkan pada pada alumunium,” jelas Umar Galie. Muka Dodon Tea dan Udin Kardus langsung memerah bak udang bakar yang baru diambil dari atas bara api karena tersindir.

“Anggapan kau berasal dari pikiran yang negatif Umar,” tuding Udin Kardus dengan suara meninggi. “Tentang rahasia penggunaan kotak suara dari kardus, kau tidak mengerti Umar! Karena dalam undang-undang pemilihan, satu sisi kotak suara harus bening maka kotak aluminium yang lalu tidak bisa digunakan lagi. Dari segi pertanggungjawaban barang, kotak kardus merupakan barang habis pakai. Jadi panitia pemilihan tidak sulit mempertanggungjawabkannya. Umar jangan Kau berpandangan negatif terus pada kotak kardus,” tuding Udin Kardus lagi.

“Baik Udin. Akan tetapi perlu diingat, saya berpandangan demikian tentulah sah dan tidak boleh dilarang bukan?” jelas Umar Galie.

“Begini…. Begini….,” ujar Buya Bahar mulai menyela. “Sejak awal rencana penggunaan kotak suara dari kardus sudah membawa kecurigaan. Karena itu, dulu mesti dipikir benar mudarat yang akan terjadi. Oleh karena itu, jika kecurigaan dan kritik banyak muncul dari warga tentu harus pula diterima dengan lapang dada. Umar, Dodon, Udin, dan Emak, harus disadari bahwa kampung kita adalah kampung demokrasi. Marilah kita berdemokrasi dengan jujur. Haruslah kita ingat kecurangan yang diperbuat akhirnya pasti akan menunjukkan dirinya di kemudian hari. Itu saja untuk kita maklumi semua,” tutup Buya Bahar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *