Antara AHY dan Gibran Rakabuming
BATANG KAPEH, PILARBANGSANEWS. COM,– Beda dan memang tidak bisa disamakan antara AHY dengan Gibran. Meski kedua ayah mereka adalah sama sama Presiden.
Agus Harimurti Yudhoyono memiliki latar belakang Militer dengan pangkat terakhir Mayor Inf TNI AD, sedangkan Gibran Rakabuming Raka seorang pengusaha muda yang memulai debut sebagai penjual martabak.
AHY berhenti dari karir militernya, setelah mencoba capability/capacity test pada pilgub DKI Jakarta pada tahun 2017 lalu. Sedangkan Gibran tak pernah mengikuti uji coba, karena dia belum dipersiapkan oleh ayahnya untuk terjun ke dunia politik. Termasuk ketika membuka usahanya kulinernya. Dia lebih mandiri.
Kini AHY sebagai ketua Kosgama Partai Demokrat, dia tentunya sangat diharapkan oleh SBY agar mampu memimpin Partai Demokrat dimasa mendatang dengan target terakhir sudah pasti RI1 seperti yang pernah diraih oleh SBY dua periode.
Ketika AHY memilih mundur jadi Tentara, banyak yang mengatakan AHY rugi, soalnya dia mungkin bisa berpangkat jendral. Tapi tak sedikit pula yang mengatakan beruntung ayahnya sebagai “pemilik” Partai Demokrat. Dia bisa jadi Ketua.
Berpangkat jendral belum tentu bisa nyalon presiden atau nyalon Gubenur, tapi untuk masa kini, jika ada partai anak kita bisa dicalonkan jadi presiden atau dititipkan jadi menteri.
Gibran, sampai sekarang belum menentukan pilihan apakah akan ikut berpacu dalam pilkada walikota Solo, meski Gibran dalam survey dia lebih populer dibandingkan dengan nama nama yang mengapung sebagai calon walikota Solo.
Yang manarik dari anak sulung Jokowi ini, PKS yang tak mendukung ayahnya dalam Pilpres, untuk Gibran, PKS Solo telah menyatakan dukungannya pada Gibran,
Menanggapi respon warga Solo terhadap Gibran untuk jadi walikota cukup dominan dan signifikan, Jokowi dengan santai menyatakan, untuk maju atau tidak di serahkan pada Gibran.
Swbagai ayah Jokowi tak pernah memaksa kehendaknya kepada Gibran harus begini atau harus begitu. Dan Gibran mengakui bahwa ayah dan ibunya sangat demokratis terhadap anak anak mereka. Mau jadi apa?, Kebebasan dibuka seluas luasnya untuk memilih dan menentukan sendiri. Dan Gibran memilih jalan hidupnya sebagai pengusaha yang mandiri tanpa adanya campur tangan apalagi fasilitas dari bapaknya sebagai presiden RI1.
Gibran, katanya, jika nanti dia memilih untuk terjun dibidang politik dia ingin menjadi politisi yang mandiri seperti kemandiriannya sebagai pengusaha. Artinya dia tak akan memanfaatkan sebagai anak presiden.
Lalu AHY apakah memanfaatkan ayahnya saat menjabat presiden? Juga tidak, AHY terjun ke dunia politik setelah ayahnya tidak menjabat presiden lagi.
Karena itu seorang Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon menilai kedua putra Jokowi, GIbran dan Kaesang, memang miliki hak untuk memilih maupun dipilih di pemilu. Namun secara etis, dia meminta keduanya mengurungkan niat terlebih dahulu.
Alasannya, karena Joko Widodo masih menjabat sebagai presiden dan terpilih kembali untuk lima tahun mendatang.
“Kalau bapaknya masih berkuasa, bagusnya anak jangan maju dululah. Kalau sekarang maju, nanti birokrasi di bawahnya takut overacting,” ujarnya seperti yang diberitakan Rmol Jum’at (2/8).
Akankah Gibran bisa terima dan mengindahkan saran Jansen Sitindaon itu? Menahan diri tidak ikut dalam pilkada Solo? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Namun demikian kita tak bisa yakin dengan pernyatan Presiden yakni menyerahkan sepenuhnya kepada Gibran untuk terjun ke poltik atau tidak. Sebagai orang Solo, Presiden Jokowi bisa jadi akan bertindak ” Angguak Anggak Geliang Amuah“, ungkapan Minang ini bisa juga dimaknai sebagai “ogah tapi mau” , Tentu dipertimbangkan seluruh aspek baik situasi dan kondisinya.
Jadi kalau bicara persamaan ataupun perbedaan antara AHY dengan Gibran, banyak sekali, karena yang satu ayahnya SBY dan satu lagi Jokowi.
Anak kembar pun masih banyak perbedaan. Apalagi tidak satu gen dengan orang tua yang beda… (****)