Cerita RSUD Painan Tercecer Lantaran Membahas Ado Demo di Pessel (Bag 13)
Yang belum baca Bag 1 s.d bag 12 klik link di bawah ini;
Ternyata Ada Lokasi Yang Lebih Bagus Untuk RSUD Painan Itu? (Bag 12)
Sambungan dari Bag 12
Batang Kapeh, pilarbangsanews.com, — Subuh tadi, Alex sopir mobil dinas BA 1 G tamatan STH dan bergelar Sarjana Hukum itu, agak terlambat bangun. Biasanya ia selalu bangun pukul 4:00 WIB. Pagi tadi dia bangun sekitar 4:20. Alex lupa menghidupkan kembali lonceng pengingat HPnya. Dia malam tadi agak terlambat tidur. Ada tetanggannya mengadakan acara Minum Kopi.
Acara Minum Kopi bagi masyarakat di Kecamatan IV Jurai, adalah sebuah acara tradisi dalam prosesi kenduri beralek kawin. Seorang warga kecamtan IV Jurai, sebelum melaksanakan prosesi pernikahan anaknya, terlebih dahulu mereka mengadakan acara minum kopi. Pada acara ini para mamak, ninik.mamak, urang samenda, ipar besan, bako berkumpul bermusyawarah mengambil kato sepakat, kok bulek bisa digolongkan, pipih dapek dilayangkan terkait dengan kenduri yang akan dilaksanakan. Alex menghadiri acara itu sampai acaranya usai pukul 12 malam.
Beruntung istri Alex tersentak dari tidurnya karena mendengar suara suara batuk Angku Tongga, tetangga mereka.
“Uda.., da.., jago lei da, lah pukua 4:25 WIB,” kata istri Alex membangunkan suaminya.
“Astagfirullah…, ” Alex langsung duduk dan berdiri. Bergegas dia ke kamar mandi, gosok gigi dan cuci muka sekalian ambil air wudhu.
Hanya 10 menit dia sudah sampai di rumah dinas Pak Bupati. Mobil dinas plat merah BA 1 G itu langsung di hidupkannya untuk pemanasan mesin. Tak lama kemudian pak Bupati keluar dan diikuti oleh ibuk Lisda. Hari ini ibuk Ketua TP-PKK Pessel ikut bersama suaminya menunaikan sholat subuh berjemaah di kampung Tam Arang.
Mobil pak Bupati telah keluar dari grase, satpam jaga yang bertugas, telah membuka pintu keluar masuk halaman rumah dinas Bupati. Setelah mobil dinas itu keluar, satpam menutup pintu itu kembali.
Di luar telah menunggu mobil dinas kabag humas Pemkab Pesisir Selatan yang siap mengiringi mobil BA 1 G.
“Ayo Lex…, kacang sakatek, beko talambek awak sampai,” kata Bupati menyuruh Alex ngebut. Mobil dinas itu melaju kencang.
Sampai di Batang Kapas terdengar suara adzan telah melafalkan kalimat “Laillahailllah” tanda adzan sudah selasai.
“Stop Lex, kita sholat Subuh di Masjid Baitul Makmur Batang Kapeh saja,” kata Bupati. Alex langusng membelok arah mobil masuk ke pekarangan masjid Baitul Makmur yang terletak persis berhadapan dengan pasar Batang Kapeh yang baru siap di bangun itu.
Usai menunaikan sholat subuh berjemaah di Masjid Baitul Makmur, pak Bupati yang mengambil posisi dibelakang iman, menggeser duduknya kedepan dia bersalaman dengan Imam Sholat Buya Erman guru Tsanawiyah Batang Kapeh.
‘E.., pak Bupati, kiro e. Ka pai kamano, pak? ” tanya Buya Erman.
“Ka pai ka kampuang Tam Arang, ambo Buya, ” Jawab Bupati seraya mengatakan bahwa dia tak bisa lama lama bersama jemaah di Baitul Makmur. Jemaah yang lain semuanya menyempatkan diri menyalami orang nomor 1 di Pesisir Selatan tersebut.
Sementara itu dibagian shaf ibu ibu. Kelihatan Ketua TP-PKK dikerubuti ibu yang ingin foto selfie bersamanya. Ketua TP-PKK yang juga Ketua Majelis Taklim Pessel ini, nampak gembira saat diajak selfie oleh jemaah ibu ibu. Mamang kalau pergi ke suatu daerah, Lisda yang juga anggota DPR RI ini selalu dikerubuti kaum ibu muda maupun remaja. Mereka berebutan berselfie ria untuk kemudian diposting di Facebook masing masing.
Sekitar seperempat jam kemudian, Bupati telah berada di Lepau Mak Gambuang.
“Kami kiro tadi pak Bupati tak datang, mano tahu ado paralu karajo nan mendadak di Painan, ” kata Tam Arang membuka ota lamak mereka bersama Bupati pagi ini Kamis tanggal (3/10/2019).
“Kalau dikatokan sibuk, yo sibuk, tapi kan bisa waktu itu di manege, ” jawab Bupati.
Sementara itu disudut Lepau Mak Gambuang ibuk Lisda keliatan sedang berbincang serius dengan Mak Gambuang. Tak dapat didengar apa yang mereka bicarakan. Bisa jadi yang mereka bicarakan soal majelis taklim. Di kampuang Mak Gambuang, yang menjadi ketua Majelis Taklim kebetulan Mak Gambuang sendiri.
“Pak Bupati, Iyo ka demo mahasiswa Pesisir Selatan beko pak?” Tam Arang bertanya.
“Kabanyo Iyo Tam,” Jawab Bupati.
“Apo nan ka nyo tuntuik di mahasiswa itu, pak?”
“Rencananyo, mereka akan menolak Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Revisi Undang-Undang KUHP (RUU KUHP) dan banyaknya warga Pessel nan jadi korban di Wamena,” kata Mas Tartok menyebutkan materi yang akan diorasikan oleh mahasiswa Pesisir Selatan saat demo.
“Lai ndak ka anarkis pulo demo beko itu, Tiah? tanya Tam Arang.
“Dan raso ndak, sabab jam terbang demo mahasiswa di Pasisie tu alun banyak, bahkan mungkin iko mancubo baru, ” jawab Utiah Kapeh.
Sabananyo supayo jan anarkis demo, aparat keamanan jan terlalu ketat bana. Maksudnya kalau si pendemo minta batamu jo Ketua DPRD misalnya, Ketua DPRD yo harus tamui massa itu. Jan diambek ambek. Nan ka dijagai kalau ado nan anarkis,” Utiah Kapeh menyarankan.
“Kalau den inok menuangkan, baa mangko demo itu tajadi karano pemerintah lah salah jalan. Dan katika nan salah jalan itu disuarokan oleh sekelompok kecil urang tak lakeh direspon. Akibatnya kekesalan itu terakumulasi. Dek lah manumpuak-numpuak nyo manyanak dan meledak kasudahannyo, ‘ kato Lebai Litak.
Carito awak ka patang soal bali lahan RSUD Painan, dima tacicienyo tadi tu, Tam?” tanya Pake Teliang.
“Yo sudah iko, kito bahas, bisuak sambung nyo ditulis dek pak YY, Tam,” kata Utiah Kapeh..
Bersambung ke Bag 14…
Catatan: foto yang ditampilkan tidak ada kaitannya dengan cerita bersambung ini.
.