Lengan Si Bebeb Bisa Mengurangi Dinginnya AC Pesawat (Bag 3) Oleh: Yuharzi Yunus
Yang belum baca bag 1 s/d bag 2 klik disini;
Sambungan dari bag 2
Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Salah seorang anak saya, nama Facebooknya M3 singkatan dari Millenials Minang Menilai, menginginkan saya untuk menulis kisah romantis bersama Ibunya selama perjalanan Umrah ke Tanah Suci.
“Ayah…, jangan lupa ayah tulis kisah romantis bersama ibu selama dalam perjalanan umrah. Kami anak anak ayah ingin tahu kisahnya seperti apa?” begitu M3 menulis disalah satu pesannya.
Sungguh sulit bagi saya menuliskan kisah kisah romantis bersama si bebeb, sebab sejak muda saya tak terbiasa dan tak pernah mengatakan “I Love You” kepada mama anak anak. Jadi kalau sekarang disuruh tulis kisah kisah romantis, pasti hanya sebuah kisah fiksi.
Walaupun demikian untuk memenuhi keinginan anak saya M3, saya akan coba merangkaikan kata kata, dengan harapan kata kata itu akan menjadi kalimat yang menceritakan sebuah kisah romantis sepasang suami istri yang telah memasuki usia sepuh dalam perjalanan napak tilas ibadah Umrah ke Madinah dan Makkah Al Mukaramah.
Dalam sebuah artikel, Utiah Kapeh membaca bahwa pasangan usia senja justru memiliki waktu yang lebih panjang menikmati kehidupan romantis dengan pasangannya di banding dengan pasangan muda.
Betulkah?
Jangan percaya dulu.
Sebab artikel di media online banyak hoaxnya, apalagi postingan di Facebook, jangan di telan mentah- mentah Info yang disajikan. Tidak semua bahan bacaan itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Tapi walupun demikian tidak semua bacaan itu salah.
Itu artinya jika ada yang
yang mengatakan pasangan usia senja itu memiliki waktu yang cukup panjang untuk bermesraan dengan pasangannya, bisa dianggap pernyataan tersebut adalah benar.
Tentu apabila si kakek dan si nenek tidak tinggal bersama cucu cucunya. Seperti ayah YY ini,” kata Utiah Kapeh.
Ayah YY dia tidak tinggal bersama anak anaknya. Anak anaknya telah merantau semua. 3 orang putranya tinggal di kota lain. Kini kehidupan ayah YY ibarat menggalas, pulang pokok kata orang Padang yang artinya pulang modal.
Kesempatan berlama-lama “pacaran” bagi ayah YY di rumahnya terbuka lebar. Tapi itu jarang dilakukan, hari hari ayah YY sibuk dengan media on-linenya (pilarbangsanews.com), Sehingga si ibu sering mengalah dan ngomel didalam hati.
Makanya ketika pergi Umrah ini, ibu punya cara lain yaitu membawa si Papi Doli ikut dalam Umrah. Gunanya sebagai antisipasi, jika dicuekin ada si Papi Doli yang bisa menemani kemana-mana.
Siapa si Papi Doli?
Dia adalah si bungsu mama, tinggal dan bekerjadi Pekanbaru. Dia dipanggil Papi oleh anak anak abangnya.
Diatas pesawat awalnya tempat duduk kami berpisah-pisah. Tam Arang jauh di belakang, Utiah Kapeh di bagian depan. Ayah YY berada di tengah se jajaran dengan sayap pesawat. Sedang si ibu tak jauh dari si papi Doli.
Senior awak kabin pesawat mengingatkan, setelah pesawat nanti tinggal landas dan tali pengaman boleh dilepaskan. Dipersilahkan para penumpang untuk saling menukar tempat duduknya.
Beberapa menit setelah pesawat lepas landas, para penumpang mulai mencari pasangan tempat duduknya. Tapi ayah YY kok diam saja? Tak nampak sibuk mencari dimana si ibu duduk.
Mungkin karena ada si Papi Doli yang akan berusaha mengurus dan melakukan nego dengan penumpang lain agar si mama dan si papa bisa duduk bareng.
Ternyata dugaan itu benar, lebih kurang 15 menit pesawat mencapai batas ketinggian maksimumnya, Papi Doli datang.
“Pa…, papa pindah kesana. Dekat mama, ” kata Doli membangun saya yang waktu itu sedang menikmati “lalok lalok ayam“.
Tanpa memberikan jawaban, saya langsung bangun dan berdiri. Tas jinjing yang ada di leci pesawat saya keluarkan untuk dipindah didekat leci saya duduk bersama si bebeb.
” Iiih…, Uda dapat kursi panas ya, sehingga lupa sama aku,” kata si Bebeb sembari mencubit lengan saya.
Inilah kelebihan si ibu, dia termasuk wanita yang suka cemburu. Tapi apabila sudah diberikan penjelasan yang logis pertanyaan tak berlanjut lagi. Dia percaya dan cemburupun tamat sampai disitu. Dan inilah keunggulan dia dibandingkan ibu ibu rumah tangga lainnya yang saya ketahui.
Air Condition (AC) pesawat terasa dingin, nafas saya sedikit sesak, mungkin itu diakibat pesawat terbang cukup tinggi. Saya tidak tahu berapa feet ketinggian pesawat Lion Air itu diterbangkan pilotnya.
“Sesak nafas uda, hajjah,” kata saya pada si bebeb.
“Coba minta masker pada Hj Ida, ” katanya. Hj IDa adalah istri dari Fahridal Achir teman sekampung yang kini tergadai di Kota Solok.
Setelah masker pemberian Hj Ida saya pasangkan, baru terasa nafas agak lapang.
Tangan ku mulai meraih lengan si bebeb. Aku elus elus sejenak lengan yang telah menggelambir itu. “Dingin AC nya, ” kata ku.
“Iya dingin” katanya.
Kami saling menggam jemari, saling beradu lengan dan siku untuk mengurangi rasa dinginya AC pesawat yang menerbangkan kami dari BIM ke Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah dengan lama penerbangan lebih kurang 9 jam.
Klik sambungannya dibawah ini;