.Catatan Perjalanan Umroh

Pak Rasyidin Gaek Yang Tangguh Diantara Lelaki Jemaah Umrah Kami (Bag; 7)

Yang belum baca bag 1 s.d bag 6 klik dibawah ini;

Air Mata Menetes Saat Kening Menyentuh Sajadah Masjid Nabawi (Bag 6)

Sambungan dari bag 6..

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Payung payung raksasa yang jumlahnya 250 unit itu, setiap unit payung dilengkapi dengan pita biru yang mengelilinginya. Pita itu terbuat dari material khusus. Si pita bisa membuat suhu di bawahnya turun 8 derajat Celcius secara otomatis. Di tengah suhu sekitar yang bisa mencapai 45 derajat, tak heran banyak jamaah yang senang berlindung di bawah payung-payung itu jika suhu tinggi di Madinah

Sebanyak 12 Payung raksasa itu juga di pasang di dua tempat berbeda di dalam masjid. Gunanya agar ada sirkulasi udara didalam masjid Nabawi dan Masjid Kubah Hijau.

Bersamaan dengan Jadwal kami Umrah, kota Madinah dan Makkah sudah mulai memasuki musim dingin. Payung di Masjid Nabawi saat itu tidak dibuka semuanya, hanya dibeberapa pelataran gerbang saja yang dibuka, yakni di pelataran yang banyak dikunjungi jemaah.

Pada musim panas, payung raksasa di Masjid Nabawi terbuka setiap subuh dan tutup menjelang azan magrib. Sementara, payung di dalam masjid dibuka mulai pukul 11.00 siang waktu Madinah dan ditutup kembali pukul 06.30 pagi setelah shalat Subuh.

Payung di Masjid Nabawi dikendalikan secara otomatis, terbuka, dan menutup sesuai waktu yang ditentukan. Misalnya, pada musim panas, maka saat shalat Subuh kita melihat payung mulai terbuka dan ini menjadi pemandangan menarik yang dilihat rata-rata setiap jamaah dari luar Madinah.

Proses terbukanya payung hingga sempurna memakan waktu kurang lebih tiga menit. Payung di Masjid Nabawi diimpor dari Jerman oleh Perusahaan Bin Laden Group yg merupakan pemegang proyek payung Masjid Nabawi. Pada awal pembangunannya, proyek ini dinamai Medina Haram. Melibatkan berbagai pihak, termasuk Menteri Perekonomian Arab Saudi, arsitek SL-Rasch, pabrik payung di Jerman, yakni Liebherr dan perusahaan Jepang, Taiyo Kogyo. Payung-payung itu ditempatkan sejak thn 2010.

Kain payung di Masjid Nabawi sangat kuat, melebihi kain terpal biasa. Kain ini mampu menahan berat badan dua pekerja yang rutin membersihkan debu dari payung.

oooOooo

Kembali pada cerita semula, yakni sepulang saya, Papi Doli dan Pak Bandas menunaikan sholat tahiyatul Masjid di Masjid Nabawi. Kami langsung rehat dikamar hotel. Ada sekitar 30 menit lamanya saya mengalai-ngalai (mengalai-ngalai artinya rehat santai sambil tiduran) di kamar no 340 Hotel Saraya Taba Madinah itu. Kemudian saya lihat jam Handphone, waktu menunjukkan pukul 17:15 WIB waktu setempat. Saya langsung bangun dan mandi sore pertama di Madinah.

Selesai saya mandi, sembari mengenakan pakaian, saya bngunkan teman teman sekamar.

“Ayo apak double D, Doli. Ayo bangun, mandi cepat kita ke Masjid Sholat Maghrib,” kata saya mengajak apak double D dan Papi Doli.

Pembaca ingin tahu siapa bapak double D yang saya maksud? Beliau adalah 2 pria tangguh berumur keduanya diatas 75 tahun, satu rombongan jemaah umroh dengan saya. Kami satu kamar hotel berempat. Saya, pak Rasyidin, Amiruddin Dt Rajo Intan ( pak Bandes yang diceritakan pada tulisan ini bagian terdahulu) dan si Bungsu Mama si papi Doli.

Jadi yang saya maksud dangan pak double D itu, yakni pak Rasyidin dan pak Amiruddin. Kedua kakek ini ujung nama mereka sama sama “Din” dengan inisial huruf D.

Dalam perjalanan ini, saya lihat, yang paling repot itu dan tangguh itu adalah pak Rasyidin, beliau melakukan perjalanan ibadah Umrah bersama si bebeb, sama sama berusia diatas 75 tahun. Pak Rasyidin tidak hanya harus mampu mengurus diri beliau sendiri tapi juga membantu si bebebnya yang sepuh.

Jalan beliau terbongkok-bongkok tidak menjadi halangan bagi pak gaek yang berasal dari Duku Tarusan ini sangat rajin mengambilkan ransum makanan untuk si amak (istri beliau)

Kalau dia tak diambilkan makan e, nanti dia tak makan, sakit dia, wakden juo nan kapusiang, ” kata Pak Rasyidin dengan bahasa daerah yang artinya kalau dia tidak diambilkan makannya, nanti dia tak makan dan sakit, saya juga yang akan pusing jadinya.

Kami sekarang sudah siap siap berangkat sholat Magrib ke Masjid Nabawi.

Dari hotel kami menginap jemaah laki laki lebih dekat tempat sholatnya dibanding jemaah perempuan. Jemaah laki laki bisa menggunakan semua pintu, kecuali pintu yang dikhususkan bagi jemaah perempuan. Saya tidak mengetahui persis pintu nomor berapa shaf jemaah wanita ditempat kan. Kata my Bebeb, pintu masuk khusus untuk jemaah wanita di Masjid Nabawi ini adalah pintu nomor 25.

Baik jemaah pria maupun wanita tidak ada pemeriksaan camera HP di Masjid Nabawi. Para jemaah bebas menggunakan HPnya.

Kebebasan mengambil foto dan berselfie ini berbeda dengan saat musim haji, pemeriksaan tas dan barang bawaan kedalam Masjid sangat ketat. Di musim haji tidak dibenarkan jemaah selfie-serfie-an atau mengambil video dengan kamera atau handycam. Sebab jika dibiarkan akan dapat mengganggumu prosesi ibadah yang sakral itu. Yakni saat jemaah harus menunaikan solat Arbain di Masjid Nabawi, Madinah.

Sholat Arbain itu adalah sholat berjemaah 5 waktu sehari semalam di Masjid Nabawi dilaksanakan selama 40 waktu. Untuk bisa mengikuti prosesi sholat Arbain ini makanya jamaah haji berada di Madinah selama 8 hari.

Sementara pada ibadah Umrah tidak disunahkan untuk melaksanakan sholat Arbain. Dan itu merupakan bagian dari perbedaan ibadah Umrah dan ibadah Haji.

Makna “arba’in” atau “arba’un” itu sendiri adalah melaksanakan shalat 40 waktu (Isya, Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib) tanpa terputus berjamaah di Masjid Nabawi. Sesungguhnya, arbain itu sama sekali tidak termasuk “wajib haji” apalagi menjadi “rukun haji” karena semua kegiatan haji itu adanya di Makkah bukan di Madinah. Selama jamaah berada di Madinah, memperbanyak sholat di Masjid Nabawi itulah inti dari ibadah Arbain ini sesuai dengan sabda Nabi “Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Satu kali shalat di Masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di Masjid selainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR Bukhori Muslim).

Hadis dari Anas Bin Malik Ra yang justru disepakati keshahihannya, yakni hadis “Arbain” lain, yaitu shalat berjamaah selama 40 hari yang membebaskan dari neraka dan bebas dari kemunafikan. Sabda Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa shalat 40 hari dengan berjamaah dan mendapati takbiratul ihramnya imam maka ia akan dicatat terbebas dari dua perkara, yaitu bebas dari api neraka dan bebas dari kemunafikan” (HR Turmudzi).

Sholat Magrib di Masjid Nabawi ;

MAK NURILAS HILANG SATU MALAM

Pada malam pertama bukan hanya Pak Rasyidin yang cemas, kami juga ikut cemas, sebab sepulang dari sholat Isya, amak Nurilas tidak kelihatan lagi batang hidungnya.

Eva seorng perawat gigi Puskesmas Pasar Kuok Barang Kapas, sekitar pukul 23:00 waktu Madinah menginformasikan Mak Nurilas belum juga sampai ke kamarnya. Eva satu kamar dengan Mak Nurilas ini.

Kemana Mak Nurilas?

Ustadz Syafriko Yopi Indra, agen travel kami malam itu terpaksa sibuk mencari amak Nurilas. Meskipun sudah dicari ke tingkat atas, amak Nurilas tak ketemu jua. Pak Rasyidin yang telah mengatahui tentang tidak adanya Mak Nurilas, nampak cemas.

Kama painyo padusi den tu. Kok macam iko yo bisa lakeh mati den deknyo,” kata Pak Rasyidin mengeluh dan kelihatan sangat cemas karena si bebebnya entah kemana. Dalam bahasa Indonesia artinya : kemana perginya istri saya itu. Kalau macam ini bisa cepat mati saya dibuatnya, ”

Klik disini sambunganya;

Ibadah Umrah dan Haji Sebaiknya Ketika Fisik Masih Kuat…. ( Bag 8)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *