Jabal Magnet Atau Wadi al-Jinn (Bag 17)

Yang belum baca Bag 1 s.d Bag 16 klik disini;

Om Ice dan Fatimah Kuadrat Laksanakan Ibadah Umrah (Bag 16)

Sambungan dari bag 16

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Kini kami sudah berada di kawasan bukit magnet atau Jabal Magnet.

Jabal Magnet (Magnetic Hill) terletak kira-kira 60 kilometer dari Kota Madinah. Perjalanan menuju kawasan Jabal Magnet dari Madinah dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit berbatuan. 10 kilometer menjelang Jabal Magnet, ada sebuah danau buatan yang besar. Gunung Magnet didominasi warna hitam dan merah bata.

Pak sopir Bis orang Arab yang membawa rombongan kami telah memakirkan Bisnya ke pinggir jalan. Para jemaah turun dari Bis. Masing masing mulai beraksi mengambil foto dengan berbagai pose dan sisi latar belakang bukit.

Sebelum kami sampai tadi, Mutawif kami Ustadz Syamsudin menceritakan awal Jabal Magnet ini ditemukan pertama kali oleh seorang suku Badui Arab.

Saat itu, kata Ustadz Syamsudin, seorang suku Badui itu dengan mobilnya melintas ke jalan daerah sini. Dalam perjalanan, yang bersangkutan kebelet buang air kecil. Mobil diparkir ditepi jalan tanpa memasang rem tangan dan memasukkan handel mobil.

Saat pemilik mobil membuang hajatnya, tanpa ia ketahui mobil itu mulai bergerak pelan. Beberapa meter setelah mobil itu bergerak, pemilik baru tahu dan berusaha mengejar.

Tapi apa hendak dikata, mobil itu makin lama makin kencang, pemilik berusaha mengejar tapi jauh tertinggal dibelakang, nafasnya terengah entah, mobil yang telah melanju dengan kecepatan mencapai 120Km/jam tak kelihatan lagi dari pandangannya. Pemilik mobil yang telah habis nafasnya berusaha duduk terhenyak. Rasa takut mulai menghinggapinya. Mobil itu dibiarkan melaju sesuka yang “mengendarainya”

Mobil yang telah dikendarai oleh “Mr Jin” itu baru berhenti ketika berada di luar jalur jalan dan melindas pasir. Sehingga ban mobil tak bisa lagi bergerak akibat terpuruk didalam pasir.

Sejak kejadian itu wilayah tersebut disebut oleh warga Arab Suku Badui sebagai Wadi al-Jinn (lembah para jin).

Silahkan diklik vidionya

Namun orang Arab juga ada yang menyebut kawasan itu sebagai Wadi al-Baidha atau Mantiqa al-Baidha (lembah putih). Sebab, di kawasan ini, terhampar bukit memanjang yang tampak berwarna putih.

Betulkah kawasan lembah dan bukit disana banyak tersimpan magnet alam yang mampu menarik dan menggerakkan jalan mobil dengan kecepatan 120Km/jam?

Dari beberapa media yang saya baca, ada dua pendapat terkait fenomena alam di Jabal magnet ini. Pendapat pertama menyebutkan di kawasan memang gudangnya magnit.

Media Republika.co.id menulis; Secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun.

Kawasan itu berupa endapan lava “alkali basaltik” (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai “Makkah-Madinah-Nufud volcanic line”.

Selain itu, otoritas Saudi Geological Survey (SGS) pada 1999 sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil terus-menerus) di Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar magma. Bahkan, di sekitar Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah Rahat, yang sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di antaranya diduga menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul “medan magnet” (daya tarik bumi) di kawasan itu.

Memang banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid dan Harrah Khaybar. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau harrah dalam bahasa Arab

Tapi media faktailmiah.com, melansir pendapat seorang fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan. “

Pengukuran GPS yang dilakukan oleh Weiss dan ilmuan lainnya, menunjukkan jika elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun.

Namun ternyata, dengan penelitian yang lebih canggih dan obyektif, dalam kasus Jabal Magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia ini bukan kesalahan dari Hukum Gravitasi Newton tetapi atas pemikiran manusia itu sendiri yang mudah tertipu.

Pengujian yang dilakukan sederhana sekali, hanya melakukan pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan. Kita pun bisa mencoba sendiri jika memiliki GPS. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa SGS (Saudi Geological Survey) tidak pernah heboh mengenai fenomena Jabal Uhud ini.

Ada sebagian orang yang mengambil penjelasan ilmiah dalam bentuk pengaruh lava berusia ratusan juta tahun. Tetapi penjelasan tersebut salah, karena fenomena jabal magnet ini juga terjadi di tempat lain yang bukan gunung berapi.

Kebanyakan dari kita, tidak menyadari jika otak manusia juga mudah dibohongi. Sehingga berfikir jika hukum fisika dapat berubah, namun pada kenyatannya tidak. Ini hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil.

Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini, adalah cakrawala yang sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah permukaan.

Tidak adanya titik referensi yang handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan tubuh. Khususnya apabila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) yang dikira tegak lurus, padahal sebenarnya dia berbaring. Ilusi ini serupa dengan ilusi kamar Ames. Dimana bola dapat terlihat bergulir melawan gravitasi..

Dengan bahasa sederhana bisa disimpulkan bahwa pendapat yang ke dua ini, kenapa mobil bisa jalannya kencang? Karena mobil sesungguhnya sedang berjalan dijalan yang menurun. Tapi pandangan saya jalan itu datar saja. Pandangan kita bisa juga tak jujur.

Saya pribadi percaya pendapat yang ke dua ini. Sebab kalau pendapat pertama, medan magnet yang sekuat itu bila ditaruh lempengan besi agak ringan, mestinya lempengen itu bisa melayang layang dengan kecepatan 120km/jam, bahkan mungkin bisa melebihi dari kecepatan mobil. Sayangnya saya tidak melakukan eksperimen tersebut. Begitu juga sayangnya saya tidak minta pada sopir untuk ngerem mobil saat kecepatan 120Km/jam itu. Kemudian setelah berhenti, apakah mobil kembali bergerak sendiri? Bagaimana kecepatannya? Apabila mula mula pelan kemudian kencang, ini bisa memperkuat dugaan pendapat yang ke dua itu benar.

Tapi ya… Sudahlah , tak usah itu kita pikirkan, biarlah para ilmuwan yang akan mencari tahu apakah benar di bukit itu banyak magnit atau jin yang banyak, sengaja akan mencoba menggoda untuk merubah aqidah kita. Allahu’alam…

Sekarang kita nikmati saja dulu pemandangan di Bukit Berbatu sambil naik diatas mobil yang mesinnya dimatikan tapi laju kendaran mencapai 120Km/jam.

Bersambung………

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *