Memakai Pakaian Ihram…, Tubeless..! (Bag 19)

Yang belum baca bag 1 s.d bag 18 klik dibawah ini;

Mengamati Seorang Pemuda Arab Sholat Sunnah ( Bag 18)

Sambungan dari bag 18

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Sehabis sholat Ashar pada hari Rabu tanggal 4 Desember 2019, rombongan mendapat pengumuman dari mutawif kami Ustadz Syamsudin, bahwa besoknya hari Kamis (5/12/2019) para jemaah sudah harus siap menganakan pakaian ihram, sebab, pada pukul 9:00 WAS (Waktu Arab Saudi) jemaah telah meluncur ke Makkah Al Mukarramah. Satu jam sebelum berangkat (pukul 9 ) semua koper sudah siap ditaruh didepan pintu kamar hotel masing masing. Hal itu dilakukan supaya memudahkan petugas mengangkat koper untuk dimasukkan kedalam bagase bis yang akan membawa rombongan ke Mekkah

Dengan pemberitahuan tersebut, rombongan harus siap sebelum pukul 9. Dan itu artinya setelah kami kembali dari masjid menunaikan sholat Subuh langsung kemudian sarapan. Habis sarapan biasanya digunakan untuk mengalai-ngalai ( istirahat sambil tiduran) tidak bisa lagi dilakukan. Semua rombongan harus berkemas menyiapkan diri berangkat ke Mekkah.

Ditanah air kami telah diajarkan disaat manasik bagaimana mengenakan pakaian umrah. Pakaian umrah bagi laki laki adalah dua lembar kain berwarna putih tak berjahit yang dikenakan untuk menutup tubuh. Satu lembar diselendangkan di bahu dan satu lagi disarungkan menutupi pusar sampai dengan lutut.

Tidak boleh memakai baju, celana maupun celana dalam atau kain biasa. Tapi diperbolehkan memakai ikat pinggang, jam tangan dan alas kaki yang tidak menutup mata kaki ketika salat.

Saat jemaah laki laki melakukan tawaf, disunnahkan memakai kain ihram dikenakan dengan cara idtiba, yaitu dengan membuka bahu sebelah kanan dengan membiarkan bahu sebelah kiri tertutup kain ihram.

Saya bersama Papi Doli dan mamanya.

Sementara bagi jemaah wanita memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Sebaiknya memakai pakaian biasa seperti mukena yang dapat menutupi semua aurat.

Sebelum ihram, disunahkan untuk melakukan beberapa hal, yakni mandi, memakai wangi-wangian, menyisir rambut dan memotong kuku.

Sedangkan hal-hal yang dilarang selama ihram adalah berkaos tangan atau menutup telapak tangan dan menutup muka atau bercadar bagi jemaah perempuan.

Larangan lainnnya saat ihram yaitu memakai wangi-wangian kecuali yang dipakai sebelum berihram, memotong kuku dan mencukur atau mencabut bulu badan, berburu atau menggangu atau membunuh binatang dengan cara apapun. Nikah, menikahkan atau meminang wanita untuk dinikahi, bercumbu atau bersetubuh, mencaci atau bertengkar mengucap kata-kata kotor dan memotong pepohonan di Masjidil Haram.

Mulai dari cara mengenakan sampai kepada sunah ihram diterangkan oleh Ustadz Defri kepada kami saat menasik.

Papi Doli, sejak kecilnya berumur 2,5 tahun, anak bungsu saya ini
sudah dilatih memakai dalaman. Ketika dia diinformasikan bahwa ketika memakai pakaian ihram tidak dibenarkan memakai dalaman, wow dia ketawa, mungkin karena menganggap lucu dan tak biasa. Bisa jadi yang dipikirkannya saat mendengar info itu, yang terbayang olehnya kalau pakaian ihramnya terlepas? Karena itu merupakan rukun dari ihram, harus dikuti jika tidak maka ibadah yang dilakukan tidak lengkap rukun dan syaratnya.

Kini kami sudah siap memakai baju ihram. Papi doli menyebut tubeles (tubeles adalah istilah ban zaman sekarang tanpa benen). Rombongan kami berada di lantai 4 Hotel Suraya Taba. Pak Rasyidin dan istri beliau amak Nurilas masing masing telah siap dengan pakaian ihram mereka.

Tadinya papi Doli sempat membantu mengenakan pakaian ihram bagi pak Rasyidin, karena beliau merasa kurang sempurna mengenakan sendiri pakaian ihramnya.

Begitu juga pak Amiruddin Dr Rajo Intan siap dengan pakaian ihramnya.

Kami keluar dari kamar hotel, di depan pintu lift kami berfoto ria.

Dibawah ini foto Pak Rasyidin bersama dan amak Nurilas.

“Amak samo ayah anak amak ko, kami induk bako anak pisang. Ayah balau tu mamak dek Amak. Waktu itu amak tak buliah dipinang urang, kato mamak amak, kau jadi manintu den sajolah,” kata Amak Nurilas bercerita tentang bagaimana beliau pada akhrinya berjodoh dengan suami beliau. Dalam bahasa Indonesia artinya beliau dengan suami beliau adalah sepupu. Suaminya anak dari paman kandung mak Nurilas.

Ketika hal itu dikonfirmasikan kepada pak Rasyidin beliau menjawab “iya bantuak itu mah, ” ( iya begitu ceritanya) sembal tertawa memperlihatkan gigi beliau yang hanya tinggal 2 lagi.

Semua kami sudah berada di lobby hotel menungu keberangkatan yang dijanjikan pada pukul 9: 00 Waktu Arab Saudi. Setelah beberapa lama kami menunggu, datang ustadz Syamsudin kembali mengumumkan bahwa keberangkatan ditunda sampai ba’da Dzuhur dan makan siang kembali di sediakan oleh pihak manajemen hotel Suraya Taba…..

Bersambung……..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *