MENUJU SUMBAR I MEMILIH PEMIMPIN YANG “DITINGGIKAN SARANTIANG DIDAHULUKAN SELANGKAH”

Oleh; Nurhayati MA

Sumatera Barat, provinsi yang terletak di Pulau Sumatera sepanjang pesisir barat sumatera bagian tengah. Dataran tinggi bukit barisan disebelah timur dan sejumlah pulau dilepas pantainya. Sumatera Barat adalah “rumah” bagi etnis minangkabau, mayoritas beragama Islam kental dengan adat dan budaya minangkabau yang mengacu atau berpedoman kepada falsafah “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.

Pada tanggal 23 September 2020 yang akan datang, provinsi yang berjulukan Ranah Minang ini kembali akan melaksanakan “Alek Gadang” lima (5) tahunan, PILKADA, memilih dan menentukan siapa yang akan memimpin Provinsi ini lima tahun kedepan (2021 – 2025). Pilkada Serentak 2020 yang akan datang itu memilih Gubernur/ Wakil Gubernur, Bupati/ Wakil Bupati di 10 (Sepuluh) Kabupaten dan Walikota/ Wakil Walikota di 2 (dua) Kota (Solok dan Bukittinggi).

Di penghujung Tahun 2019, atmosfer pilkada mulai menggeliat dan menggelora secara jelas dan nyata. Ini dapat dilihat dari hampir disetiap tempat telah dipenuhi atau bertebaran baliho atau spanduk figur/ Tokoh yang ingin maju meramaikan kompetisi lima tahunan itu. Dari yang secara terang-terangan maju sebagai Calon Gubernur hingga yang memungkinkan hanya mampu dan bisa menduduki posisi Wakil Gubernur saja. Tidak hanya foto, akan tetapi baliho/ spanduk bertebaran itu juga telah dilengkapi dengan Tagline yang diprediksikan mampu menarik simpati publik luas.

Upaya figur/ tokoh pun tidak hanya berhenti di baliho/ spanduk saja. Namun, mereka pun mulai rajin dan sering turun ke tengah-tengah masyarakat mempromosikan diri dengan menyampaikan visi dan misi serta program jika nanti diberikan kepercayaan memimpin di Ranah Bundo Kanduang ini.

Berdasarkan colon yang telah mulai mengapung hingga Januari 2020, tercatat lebih kurang ada 12 (dua belas) nama figur/ tokoh beredar di masyarakat. Diantaranya: Mulyadi (Anggota DPR RI/ Demokrat), Mahyeldi (Walikota Padang/ PKS), Edriana (Gerindra), Ali Mukhni (Bupati Padang Pariaman/ PAN), Nasrul Abit (Petahana), Riza Falepi (Walikota Payakumbuh/ PKS), Indra Catri (Bupati Agam), Suherman (PKB), Asril Das (Pengusaha), Sadiq Pasadique (Mantan Bupati Tanah Datar), Fakhrizal (Mantan Kapolda Sumatera Barat), Genius Umar (Walikota Pariaman), dan Syamsu Rahim (Mantan Bupati Solok).

Nama-nama tokoh yang menyatakan keinginan untuk maju memperebutkan SUMBAR 1/ BA 1 pun tak perlu diragukan lagi akan kualitas dan kapabilitasnya. Mereka semua sudah mempunyai segudang pengalaman dalam bidangnya masing-masing baik legislatif, eksekutif maupun pengusaha dan independen. Selain tokoh, partai politik pun tak mau ketinggalan dalam meramaikan Pilkada serentak 2020. hampir semua partai politik di Sumatera Barat melakukan penjaringan bakal calon yang akan diusung nantinya. Dan semua partai politik pun berkomitmen untuk mengusung dan mendukung tokoh terbaik untuk berkompetisi dalam kontestasi pemilihan Gubernur/ Wakil Gubernur Sumatera Barat.

Lalu bagaimana dengan pilihan masyarakat Sumatera Barat?. Melihat dinamika sejarah, konsep orang minangkabau dalam mencari atau memilih pemimpin berangkat dari falsafah minang yaitu “Ditinggikan Sarantiang, Didahulukan Salangkah”. Masyarakat minangkabau telah sejak lama adalah masyarakat yang demokratis, egaliter dan terbuka karena kehidupan mereka dalam nagari yang memilih pemimpin secara demokratis.

Pemimpin akan ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah manakala mereka mempunyai kualifikasi sebagai pemimpin, punya visi dan misi yang jelas dan terukur, punya kompetensi sebagai pemimpin, bisa dimintai akuntabilitasnya, berpengalaman dan mampu bergaul dengan masyarakat dari berbagai kalangan tanpa membeda-bedakan.

Falsafah tersebutlah yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat minangkabau. Hal tersebut juga mengingatkan kita bahwa pemimpin jangan terlalu cepat dikarbit, loncat-loncat dalam waktu singkat. Alih-alih mengukir dan menorehkan prestasi yang jelas dan terukur, justru malah meninggalkan pekerjaan yang terbengkalai dan segudang masalah lainnya yang hanya akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik serta non fisik di Sumatera Barat.

Sumatera Barat memerlukan pemimpin yang paham dan mengerti akan adat dan budaya minangkabau. Menjunjung tinggi falsafah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah. Pemimpin yang arif dan bijaksana seperti yang pepatah minang katakan “Ingek dirantiang ka mancucuak, Tahu di dahan ka maampok”. Pemimpin yang jujur dan amanah serta pemimpin yang mengerti dan paham akan kehendak rakyat.

Sekarang, pilihan itu dikembalikan kepada masyarakat Sumatera Barat. Memilih dan menentukan siapa yang pantas serta mampu membawa perubahan dan kemajuan untuk Sumatera Barat. Melanjutkan roda pemerintahan dan pembangunan Sumatera Barat agar Provinsi ini mampu serta bisa sejajar dengan Provinsi lainnya di Indonesia yang telah berkembang dan maju.

Selamat dan Sukses untuk Alek Gadang Rang Minang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *