.Tam Arang dan Utiah Kapeh

Calon Bupati/Walikota/Gubernur? Pasti Tahu Ini; “Angguak Anggak Geliang Amuah”

Batang Kapeh Pilarbangsanews.com, — Sudah lama ota lamak Tam Arang dan Utiah Kapeh tak hadir ditengah-tengah pembacanya. Kalau dihitung hitung telah lebih dari sebulan. Tepatnya sejak penulis ota lamak di Lepau Mak Gambang ini menunaikan ibadah Umrah ke Tanah Suci Mekkah al Mukarramah awal bulan Desember tahun 2019.

Sejak pulang dari Tanah Suci kenapa ya, kita jadi ogah maota di Lepau Mak Gambuang, ” kata Tam Arang, pagi tadi Minggu 11 Januari 2020.

“Kita sudah ke tanah suci memohon kepada Allah SWT, agar dosa dosa yang kita perbuat selama ini mendapat ampunanNya. Kini kalau kita kembali banyak bicara, membicarakan masalah politik, pasti akan ada kata kata setuju atau tak setuju, mendukung atau tak mendukung, ” kata Pakie Telieng.

“Menyatakan dukungan atau tidak mendukung seorang bakal calon bupati atau gubernur apakah itu termasuk dosa angku Pakie?, ” tanya Ujang Saga.

“Kalau sekedar menyatakan dukungan atau tidak mendukung ambo rasa tak masalah,” jawab Pakie Teliang.

“Lantas kapan bermasalah?, ” tanya Tam Arang.

“Masalah akan muncul jika ada calon yang berusaha melakukan kampanye hitam. Yakni dengan menciptakan isu lalu mencoba menviralkannya melalui media sosial,” ucap Pakie Teliang.

“Apa sudah muncul fenomena seperti yang angku Pakie sebutkan itu? ” tanya Tam Arang lagi.

“Sudah, ”

“Caranya?”

“Dengan membuat akun abal abal di Facebook,”

“Maksud abal abal itu apa? ”

“Akunnya punya nama tapi bukan nama dia yang ditulis,”

Tapi itu tak bakal banyak pengaruhnya, tidak akan merubah keadaan. Orangnya itu ke itu saja. Justru yang rugi itu adalah dia yang mencoba melakukan kampanye hitam.

Kampanye hitam tak laku di Sumatera Barat. Pengalaman nasional di bawah dikampung akan sulit bisa diterima oleh masyarakat kita yang homogen,” kata Pakie Teliang.

“Ho-ho-mo-mogen tu sasa-bun cucu-ci uuuu-untuak aaa-apo tu Ngku?” tanya Udin Gagok.

“Ndak sabun cuci doh pak Udin, tapi homogen itu adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu hal tersebut adalah sama baik sifat, tingkah lakunya dan karakteristiknya, ” kata Mas Tartok menjelaskan.

“Ow… De-deyen sa-sangko na-naaa-mo sa-bun tadii, ” kata Udin Gagok yang sebenarnya dia mengerti dengan istilah itu, tapi dia ingin membuat suasana menjadi lebih santai.

“Jadi kalau ingin jadi gedang di kampung, janganlah membuat isu yang belum ada pembuktian kebenarannya. Sabab bisa jadi katika kita menjelekkan si A, ada saudara sepesukuannya yang mendengar. Tentu bila kita menyebut saudaranya dia akan tersinggung. Betulkah begitu Angku Pakie? ” tanya Tam Arang

“Betul sekali. Sebab jangan dikira orang kampung kita itu setuju dan percaya saja dengan narasi dan diksi yang kita sampaikan kepada mereka.

Orang kampung kita orang yang suka menerima tamu. Untuk menghormati tamunya orang baru, mereka dengan rela mengangguk-angguk kepala tanda setuju dengan apa yang kita sampaikan.

Tapi ingat ada pepatah yang menyebutkan Angguak Anggak, Geliang Amua.

Simbol simbol/gestur tubuh itu baru bisa dipahami apabila kita sudah lama bergaul dan berada dalam lingkungan mereka.

Kalau tidak … Kita akan diomelin dalam hati
” Kamu kira kami tak tak tahu apa yang ada dibalik batok kepala mu itu. Kamu tak beda dengan yang lainnya, semangat menggebu-gebu, air liur berbuih buih menyampaikan visi dan misi. Tapi nanti juga tak ada istimewanya. Beginilah yang akan kita terima kalau kita belum arif memaknai apa itu angguak anggak geliang amuah,” kata Utiah Kapeh mengakhiri ota lamak mereka…..

Catatan Redaksi; foto diatas tidak ada hubungan dengan artikel ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *