EMANGNYA SALAH PKI ITU APA SIH?
Oleh : Anton Permana
(Tanhana Dharma Mangrva Institute)
Ada pertanyaan menarik dari seorang sahabat kepada saya tadi malam via HP. “Emangnya salah PKI itu apa sih? Emangnya kepentingan anak PKI itu apa sih mau ganti Pancasila? Dan kenapa juga ummat Islam marah dan ribut gitu?”
Sebuah pertanyaan awam yang sepertinya polos, tapi kalau salah menjawabnya bisa bablas dan gagal paham.
Spontan saya menjawab, sebuah ideologi itu ibarat habitat bagi suatu ekosistem makhluk hidup. Ikan laut akan hidup di air asin, ikan darat atau sungai bisa hidup akan hidup di air payau biasa.
Begitu juga ideologi, akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi para pengikutnya. Ummat Islam yang kaffah pasti akan merindukan kehidupan dalam ajaran Islam. Begitu ummat juga agama lainnya.
Yang membedakannya, ada yang taat kepada ajaran agama langit (konservatif) percaya dengan adanya Tuhan Allah SWT. Ada yang tidak percaya dan membuat sebuah tatanan kehidupan yang berdasarkan akal pikiran manusia. Disinilah benturan itu mulai terjadi. Antara taat kepada ajaran agama dengan yang ikut ajaran pikiran manusia. Konservatif Vs Sekulerisme-Liberalisme-Komunisme-Atheisme (barat-komunis).
PKI adalah salah satu partai politik yang pernah hidup di Indonesia dan beraliran komunis. Apa salah mereka? Pertama, PKI dilarang karena telah melakukan pemberontakan, ingin merubah negara Indonesia yang berPancasila menjadi komunis. Prosesi pemberontakan ini PKI lakukan dengan cara yang sangat biadab tanpa perikemanusiaan dan terjadi berulang kali dalam sejarah Indonesia. Makanya lahir TAP/MPRS/XXV/1966 dan UU nomor 27 tahun 1999 tentang pelarangan ajaran komunisme.
Dan ajaran PKI ini, sangat bertentangan dengan Islam yang mayoritas di Indonesia. Ibarat memaksa hiu hidup di air tawar.
Lalu apa kepentingan PKI (selanjutnya kita sebut Neo-PKI) mau ganti Pancasila? Yang paling tidak disukai Neo PKI dari Pancasila itu adalah sila pertamanya yaitu, KeTuhanan Yang Maha Esa. Dimana di sila pertama ini tegas dijelaskan tentang posisi agama dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Makanya, dalam RUU HIP atau PIP, titik tekan utama dari keinginan kelompok Neo-PKI itu adalah mengganti sila pertama itu menjadi KeTuhanan yang berkebudayaan. Disini jelas kita tafsirkan sebuah upaya nyata ingin membuang kedudukan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Kalau ini dibiarkan, maka yang akan terjadi adalah, ajaran agama wajib tunduk dengan budaya. Seperti contoh; cadar, jilbab, celana cingkrang akan dilarang dengan alasan cukup pakai kebaya pakaian nusantara. Padahal tujuannya menghilangkan simbol ajaran Islam.
Atas nama budaya dan toleransi, suara azan tidak boleh pakai pengeras suara, LGBT dilegalkan karena HAM, poligami justru dilarang namun pelacuran diperbolehkan demi syahwat dan nafsu mereka yang tidak bertanggung jawab. Perdukunan dicover budaya, tapi pengobatan bekam, memanah dan pelajaran agama Islam dilarang. Itu baru contoh kecilnya. Sekarang saja sudah terjadi apalagi kalau nanti RUU HIP disahkan.
Para kelompok Neo-PKI ini meniru apa yang dilakukan Mao Tse Tung dalam revolusi di China menggulingkan pemerintahan China demokratik menjadi Republik Rakyat Tiongkok beraliran komunis melalui gerakan “revolusi kebudayaan”.
Puluhan juta rakyatnya sendiri dibantai. Sampai hari ini, seperti tragedi Uyghur dan Rogingya.
Dimana atas nama kebudayaan, partai komunis Tiongkok membumihanguskan apa saja yang berbau agama, serta ajaran lainnya yang bertentangan dengan agenda komunisme mereka. Ketahuan bawa kitab suci agama saja pidana penjara. Ngeri bukan?
Selanjutnya kenapa ummat Islam yang paling marah Pancasila diganti? Nah ini dia jawaban yang paling menarik.
Kenapa ummat Islam paling marah ini membuktikan bahwa kalau kita berbicara Pancasila, ummat Islamlah yang paling Pancasilais di negeri ini. Karena Pancasila itu lahir dari rahim ajaran Islam yang sudah dikristalisasi kedalam bentuk ijitihad rumusan bernegara dalam konteks Indonesia yang majemuk.
Pancasila adalah hadiah ummat Islam kepada bangsa Indonesia. Kenapa hadiah? Karena, ummat Islam yang di masa awal kemerdekaan, 96 persen mayoritas “mengalah” menghapus 7 kata dalam piagam Jakarta “KeTuhanan yang mewajibkan menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” pada sila pertama Pancasila menjadi “KeTuhanan Yang Maha Esa”.
Lalu hari ini, enak saja ada satu kelompok yang mau mengganti Pancasila yang sejatinya sudah final dan mengikat. Jadi sangat wajar ummat Islam marah, kalau ada yang mau ganti Pancasila.
Sebenarnya tidak cukup di situ saja penjelasannya. Ada beberapa hal yang krusial perlu kita luruskan kembali dari pemahaman berPancasila, pemahaman pentingnya falsafah kehidupan yang akhirnya atas insiden makar terhadap Pancasila ini membuka mata dan pikiran kita semua. Yaitu;
1. Ummat Islam Indonesia terbukti sudah sangat baik terhadap bangsa ini. Dicaci maki, dituduh radikal, distigmakan anti Pancasila, difitnah para ulama dan ajarannya, tapi masih tetap menahan diri karena cinta terhadap Indonesia. Agar Indonesia ini tetap ada.
2. Ummat Islam adalah bukti nyata sebagai entitas inti pemersatu Indonesia. Kalau Islam tidak mayoritas di negeri ini, Indonesia sudah terpecah belah dan bubar. Dan ummat Islam jugalah, pengawal sejati Pancasila itu sebenarnya. Hari ini buktinya, ummat Islam terdepan membela Pancasila.
Mereka yang selama ini teriak “saya Pancasila” atau para aparatur negara yang disumpah setia atas nama Pancasila pada kemana saat ini.
3. Baru kita semua sadar hari ini bahwa sebenarnya paham liberalisme, kapitalisme, sekulerisme, komunisme, atheisme, dan syiah adalah satu paham yang berasal dari satu induk semangnya yaitu Yahudi.
Jadi wajar, bagi mereka yang menganut paham-paham di atas begitu membenci Islam, anti terhadap Islam, dan begitu ingin Islam ini selalu jauh dari pusat kekuasaan, kehidupan bernegara agar mereka leluasa menguasai dunia.
4. Hari ini kita baru sadar bahwa, sesuai tulisan di atas sebelumnya sebuah paham dan ideologi itu ibarat habitat kehidupan, sangat wajar para penganut paham komunisme-atheisme-liberalisme-kapitalisme-syiah itu takut dan tidak ingin ada Islam di muka bumi ini.
Karena ajaran Islam menjadi tembok besar penghalang misi dan agenda mereka untuk mengusai, mengendalikan dunia seperti; sistem riba, gaya hidup hedonisne, matrealisme, free sex, kolonialisme, dugem, narkoba, dst.
Karena, Islam mempunyai tatanan ajaran kehidupan sendiri. Yang bertentangan dengan ajaran barat-komunisme.
Dan di dalam Islam jugalah satu-satunya agama di dunia yang ada kewajiban amar ma’ruf (melawan kemungkaran), melawan penjajah, melawan ketidak adilan, dan membenci kemaksiatan.
Untuk itulah, mereka ini berjibaku membangun stigma buruk terhadap Islam. Seperti stigma kata radikalisme, khilafah, jihad, syariah, jamaah, fundamental, dimana kata-kata ini sangat mereka takuti.
Dan sayangnya, ummat Islam sendiri pun banyak yang termakan propaganda ini sehingga ikut-ikutan membenci terminologi ajaran Islam tersebut yang dipelintir pemahamannya menjadi seakan menakutkan.
Padahal kalau ummat Islam itu jernih berpikir, justru terminologi kata : khilafah, jihad, radikal, syariah, jamaah, itu semua adalah kata kunci kebangkitan Islam itu sendiri.
Seperti contoh : Islam pernah menguasai dunia ini selama 1333 tahun lamanya berjaya dan gemilang. Itu dapat terjadi karena konsep khilafah. Caranya bagaimana? Yaitu melakukan jihad fisabilillah melawan kemungkaran, radikal dalam melawan penjajahan, istiqomah dalam menjalankan syariah, serta memperkuat ukuwah berjamaah.
Kalau tidak ada resolusi jihad, kalau tidak ada perjuangan yang radikal dari pejuang Islam? Belum tentu Indonesia bisa merdeka dari penjajahan Belanda.
Tapi mereka (barat-komunis) membalik arti pemahaman itu menjadi sangat buruk dan menakutkan, agar ummat Islam menjauhinya. Dan kalau kita hubungkan dalam konteks Indonesia yang berPancasila, tidak ada satupun yang bertentangan dengan Pancasila. Malah akan memperkuat Pancasila itu sendiri seperti Piagam Madinah di zaman Rasulullah. Tetapi ruang untuk mendialogkan ini secara ilmiah dan akademis mereka tutup agar stigma buruk ini terus terjadi.
Dan juga wajar dong, ummat Islam sebagai mayoritas juga menawarkan konsep kepemimpinan dalam ajaran Islam bernama khilafah.
Coba kalau rezim hari ini berhasil membuat nyaman ummat Islam. Ulamanya dihormati, ibadahnya tidak diganggu, ajarannya tidak dilecehkan, ummat Islam bebas menjalankan ibadahnya, memakai symbol agamanya, tentu ummat Islam akan tenang dan nyaman.
Namanya kelompok komunis-barat tersebut lagi berkuasa, mereka leluasa mendikte, melalui tangan oknum kekuasaan yang dikendalikannya.
Kalau bangsa Indonesia ini arif dan bijaksana, seharusnya berterima kasih kepada Ummat Islam yang telah mendirikan negara yang bernama Indonesia. Bukan malah memusuhinya.
Suka tidak suka, ummat Islam lah yang terdepan mendirikan negara ini. Dimana semua agama lain, dapat hidup tenang dan nyaman di sini selagi tidak “lompat pagar” merecoki agama orang lain.
Kelompok Neo-PKI yang didukung para globalis naga ini, berjibaku, bermimpi ingin merubah Indonesia menjadi negara komunis, anti agama, anti Tuhan, agar mereka bebas menguasai Indonesia.
Apakah rakyat Indonesia mau berubah menjadi komunis? Biar waktu yang menjawabnya.
Cilegon, 12 Juli 2020.
*) Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Baca juga;
Bupati Pasbar H.Yulianto Tinjau Hari Pertama Pelaksanaan PBM
Peduli Covid-19, Polres Banjar Polda Jabar Bagikan 150 Paket Bantuan Kemanusiaan
Bupati Pasbar H.Yulianto Berikan Arahan Dan Motivasi Kepada Kepala Puskesmas
Bupati Pasbar H.Yulianto Hadiri Pengukuhan Pengurus DPC AGPAII
Bupati Pasbar H.Yulianto Dapat Penghargaan Pembina Dana Desa Terbaik
KPP Pratama Bukittinggi Sosialisasi E-Filling Terhadap Bendahara Dan Pengeluaran OPD Pasbar
Bupati Pasbar H.Yulianto Resmikan Kantor Walinagari Muara Kiawai
Satgas Yonif 125 Penyemprotan Disinfektan dan Bagi Masker di Gereja