Catatan Perjalanan Umroh

Sore dari Jedah, Pagi Besoknya Sampai di Bandara Internasional Minang (Bag; 45)

Sebaiknya baca bagian sebelumnya, klik link dibawah ini;

Danau Di tengah Kota Jedah, Pusat Perbelanjaan Al-Balad dan Bakso Mang Oedin (Bag;44)

Pembaca ingat dengan Tam Arang dan Utiah Kapeh? Tokoh imajinatif yang selalu menemani penulis saat mengawali penulisan artikel ini dulunya, Tam Arang dan Utiah Kapeh dulu ikut sebagai jemaah dalam penerbangan dengan pesawat air bus Lion ini.

Namun sampai di Madinah kedua tokoh imajinatif ini tak disebut lagi, entah dimana tercecer mereka. Sekarang saat kami sudah berada di Bandara King  Abdul Aziz Jedah mereka muncul lagi.

Tam Arang dan Utiah Kapeh kini tampil mengenakan baju gamis dan kupiah dibalut sorban.

Sementara itu mutawif ustadz Syamsudin yang telah membimbing kami dalam  pelaksanaan ibadah umrah tidak lagi bersama jemaah. Ustadz dan istrinya tadi telah pamit dan mengucapakan kata perpisahan dengan kami sewaktu di terminal Al-Balad tadi.

Sampai di bandara King Abdul Aziz kami telah ditunggu oleh seseorang yang mengurus segala sesuatu terkait dengan kepulangan kami. Dia yang mengurus pemeriksa  pasport dan check in dan mengurus barang bawaan.

Betapa banyak personal yang terlibat dalam perjalanan Umrah ini. Jika salah satu macet maka yang akan kecewa adalah jemaah nya.

Saya perhatikan lelaki yang mengurus kami di bandara itu adalah orang Indonesia, mungkin dia khusus bekerja di Arab Saudi untuk mengurus perjalanan Umrah. Saya tidak sempat mewawancarai dia, karena dia terlalu sibuk mengurus kami.

Usai pemeriksaan pasport dan check in kami menuju boarding room. Beberapa menit kemudian pintu
Garbarata dibuka kami diperbolehkan memasuki pesawat lewat  tangga belalai itu.

Paling kanan kelihatan ustad Yopi

Pesawat tinggal landas dari Bandara King Abdul Aziz Jedah sekitar pukul 17:15 Waktu Arab Saudi.

Masing masing kami duduk di nomor kursi sesuai dengan yang tertera pada boarding pass.

Kembali seperti waktu keberangkatan dulu, duduk kami terpisah-pisah.

Saya dan papi Doli duduk di kursi paling depan dakat awak kabin. Sementara mamanya Doli ada 10 kursi kebelakangnya.

Setelah pesawat berada pada ketinggian normal, baru papi Doli pindah dan tukar tempat duduk  dangan mamanya. Sehingga kami duduk bersebalahan tapi masih terpisah oleh jalan dalam kabin pesawat.

Tak ada yang perlu diceritakan salama penerbangan pulang ini. Diantara sesama jemaah nampak semakin erat jalinan silaturahmi.

Papi Doli dan Mamanya turun dari pesawat di BIM

Kami turun dari pesawat di bandara internasional Minang (BIM) sekitar pukul 6:13 WIB pada hari Kamis tanggal 12/12/2019…

Selesai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *