Gebyar Vaksinasi Pelajar Teknik Jitu Melawan Hoax Covid-19
Oleh Gian Giodani Gusvero, Wartawan PilarbangsaNews
Pandemi Covid-19 yang melanda negeri kita, termasuk Sumbar, telah menyebabkan rusaknya sendi-sendi ekonomi masyarakat. Banyak keterbatasan selama masa pandemi, mulai dari pembatasan waktu buka usaha, kegiatan perkantoran yang mesti work from home (WFH), proses sekolah dan kuliah yang mesti sistem daring.
Dampak nyata dari Covid-19 yang menyedihkan adalah adalah berpulangnya para panderita yang terpapar Covid-19. Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal per 28 September 2021 sudah mencapai 141.585 orang, untuk Sumatera Barat pasien Covid-19 yang meninggal berjumlah 2.117 orang. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Sebagaimana yang kita ketahui, obat Covid-19 ini belum ada. Seperti yang disosialisasikan oleh pemerintah, bahwa langkah ampuh untuk memutus mata rantai virus Covid-19 adalah dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan sering-sering mencuci tangan dengan sabun.
Selain itu, ikhtiar untuk bertahan dari serangan virus Covid-19 adalah dengan meningkatkan imun tubuh. Caranya tentu dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung vitamin. Ikhtiar lain yang sangat penting adalah dengan menjalani vaksinasi Covid-19 yang kini sedang digencarkan oleh pemerintah. Makin banyak yang mengikuti vaksinasi maka diharapkan terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Hingga akhir September 2021 ini, jumlah orang divaksin makin terus bertambah di seluruh Indonesia. Begitu juga di Sumatera Barat. Namun disayangkan, dibanding dengan provinsi lain di Indonesia, maka jumlah orang yang divaksin di Ranah Minang ini masih masih rendah. Data terakhir per 25 September 2021 jumlah persentase vaksinasi di Sumbar 19,77 persen (untuk dosis pertama) dan 10,52 persen (untuk dosis kedua). Padahal jumlah sasaran vaksin di Sumbar ini totalnya 4.408.509 orang.
Memang memprihatinkan melihat rendahnya persentase yang baru dicapai oleh Sumatera Barat dalam vaksinasi ini. Dilihat dari grafik se Indonesia, posisi Sumatera Barat dalam capaian vaksinasi berada pada papan bawah bersama-sama dengan Lampung, Papua, Maluku Utara, Sulawesi Barat dan Aceh.
Pertanyaannya, mengapa persentase vaksinasi di Sumatera Barat ini begitu rendah dan berada pada papan bawah? Padahal sosialisasi telah gencar dilakukan oleh pemerintah, sosialisasi melibatkan semua unsur, mulai dari unsur ninik mamak, alim ulama, tokoh masyarakat perguruan tinggi, LSM bahkan hingga kepada aparat keamanan. Namun laju dari persentase vaksinanasi itu tidak juga kencang larinya. Apa sebabnya?
Dalam pantauan di masyarakat, memang harus diakui ternyata masih ada yang tidak meyakini adanya Covid-19. Menganggap Covid-19 sebagai bagian dari rekayasa. Ini ada surveynya beberapa waktu yang lalu dan dirilis di media massa, yang menyatakan bahwa sekitar 35 persen masyarakat Sumatera Barat tidak percaya adanya Covid-19. Mereka menganggap ini adalah sebuah rekayasa dan ini ada kaitannya dengan bisnis obat, bisnis virus dan lain-lain. Luar biasa sekali, begitu kelirunya pemahaman masyarakat yang 35 persen itu terhadap Covid-19. Padahal sudah nyata di depan mata bahwa ada yang terpapar Covid-19, ada yang gejalanya ringan, gejala sedang hingga gejala berat. Bahkan faktanya, dua ribu orang lebih diantaranya meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
Apa yang menyebabkan 35 persen masyarakat Sumbar itu tidak percaya Covid-19, sebagaimana juga ada masyarakat di daerah lain di Indonesia, yang tidak mempercayai adanya Covid-19? Memang banyak faktor penyebabnya. Salah satu yang paling dominan menurut hemat kami adalah karena pengaruh informasi hoax yang bersileweran di dunia maya. Tepatnya hoax yang banyak disebarkan melalui media sosial.
Kita dengan mudah menyaksikan bahwa banyak informasi hoax tentang Covid-19 berupa narasi, foto dan meme yang tersebar di media sosial. Bentuknya macam-macam, mulai dari tuduhan, hasutan hingga gambar editan yang direkayasa sedemikian rupa, yang intinya menyatakan bahwa Covid-19 ini merupakan penyakit yang mengada-ada, merupakan rekayasa dari petugas medis hingga percobaan dari virus yang dikirimkan oleh negara lain. Hingga akhirnya semua informasi hoax itu telah menggiring masyarakat untuk tidak percaya dengan Covid-19.
Saat dilakukan upaya vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan masyarakat, serangan hoax juga begitu gencarnya. Kita dapat menyaksikan di media sosial banyaknya tulisan, foto atau pun video yang menyatakan vaksinasi itu menyebabkan pusing, pingsan, bahkan ada yang menyebutkan meninggal dunia akibat vaksin. Belum lagi kandungan vaksin yang disebutkan terdiri dari kandungan babi, hanya permainan bisnis semata dan lain-lain. Itu tidaklah benar, semua itu hanyalah informasi hoax yang sengaja disebarkan di media sosial.
Luar biasa informasi hoax ini dibuat dan disebarkan tentang Covid-19 dan vaksinasi oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Meskipun ada yang diproses hukum dan ditangkap dan dihukum, namun informasi hoaxnya sudah terlanjur dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Maka masyarakat yang mengkonsumsi hoax inilah yang terpapar oleh hoax. Mereka inilah yang masuk dalam kelompok yang tidak percaya dengan Covid-19, dan mereka tidak percaya dan tidak mau divaksin. Maka agaknya persentase 35 persen hasil survey yang tidak percaya Covid-19 ini sebagian besar adalah korban dari informasi hoax ini.
Nah, sejak pertengahan September 2021 ada Gebyar Vaksinasi Pelajar yang dilakukan di seluruh Indonesia. Di Sumatera Barat Gebyar Vaksinasi Pelajar ini digerakkan langsung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur, yang turun ke sekolah-sekolah melakukan pemantauan langsung dan memberikan motivasi kepada pelajar terutama ke SMA dan SMK. Hal yang sama diikuti pula oleh Bupati dan Walikota, yang mengawal pelaksanaan Gebyar Vaksinasi Pelajar di SMA, SMK dan SMP yang ada di wilayahnya. Target dari Gebyar Vaksinasi Pelajar ini adalah melakukan vaksinasi terhadap siswa SMA, SMK dan SLB sebanyak 250 ribu orang. Ditambah pula ratusan ribu siswa SMP di seluruh kabupaten/kota.
Menurut Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldi dalam peninjauan Gebyar Vaksinasi Pelajar ke Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam belum lama ini, ternyata sambutan para siswa luar biasa. Antusias pelajar untuk divaksin sangat tinggi. Karena tujuannya adalah untuk menciptakan kekebalan kelompok dan memutus mata rantai virus Covid-19. Tujuan akhirnya dari semua ini adalah agar siswa dapat kembali melakukan proses belajar tatap muka, yang sudah sangat dirindukan oleh mereka.
Namun kita melihat Gebyar Vaksinasi Pelajar ini memiliki nilai strategis dalam memberantas informasi hoax yang banyak tersebar. Kelompok siswa SMP, SMA, SMK dan SLB adalah masyarakat yang terdidik dan nyaris dapat memahami ilmu kesehatan tentang virus Covid-19. Mereka tentu tahu dampak dan cara pencegahan Covid-19 yang telah gencar disosialisasikan oleh pemerintah. Dan Alhamdulillah pula, mereka ini telah ikut dalam program Gebyar Vaksinasi Pelajar yang sedang gencar-gencarnya.
Kepada kelompok siswa SMP, SMA, SMK dan SLB inilah kita sandarkan harapan yang besar dalam memerangi informasi hoax tentang Covid-19 dan vaksinasi ini. Mereka kita harapkan dapat memberi kesadaran kesehatan kepada orangtua, mamak dan tetangga serta lingkungan mereka bahwa apa yang disebarkan informasi hoax tentang Covid-19 dan vaksinasi, tidaklah benar. Informasi hoax itu telah keliru dan menyesatkan. Kita yakin, kelompok siswa ini akan dapat merubah peta kepercayaan masyarakat terhadap Covid-19 dan vaksinasi ini. Mereka yang masuk dalam kelompok 35 persen yang tidak percaya Covid-19 itu mudah-mudahan makin berkurang dan mengikuti anjuran pemerintah untuk memutus mata rantai virus Covid-19.
Kini telah pula dicanangkan Gebyar Vaksinasi Remaja oleh Presiden Jokowi, dan kemudian diikuti oleh seluruh daerah di Indonesia. Untuk Sumbar, Gebyar Vaksinasi Remaja ini telah mencapai 160 ribu orang dan akan terus bertambah lagi.
Langkah jitu Gebyar Vaksinasi Pelajar dan sekarang ditambah pula dengan Gebyar Vaksinasi Remaja, layak dipuji dan diteruskan ke seluruh sekolah dan pelosok negeri. Untuk Sumatera Barat hendaknya jangan dikasi kendor gerakan vaksinasi pelajar ini, sebab diharapkan sangat efektif dalam memberantas hoax yang masih ada. Akan lebih maksimal jika Gebyar Vaksinasi Pelajar dan Gebyar Vaksinasi Remaja ini diikuti dengan kedatangan sosok Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota dalam ikut memberikan motivasi kepada siswa dan remaja yang divaksin. Motivasinya adalah bahwa Covid-19 adalah nyata adanya dan telah merenggut korban jiwa ribuan orang, serta vaksinasi adalah salah satu ikhtiar untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar kuat melawan virus Covid-19. Dengan begitu, siswa dan remaja menjadi garda terdepan untuk melawan hoax Covid-19 dan hoax vaksinasi. (*)