Integritas Ilmiah dan Karakter Ilmuan: Analisis Kasus gelar “Doktor’ BL
Kita telah membaca berita, beredar di berbagai media sosial, diantaranya detik.com bahwa “UI tangguhkan kelulusan Doktor BL”. Menarik jika mencermati informasi tersebut, dan cukup penting juga kita memahami dengan melakukan analisis tentang fenomena sosial “ganjil”, bahkan dapat dikatakan “diluar kewajaran” (anomali) yang terjadi baru-baru ini di negeri ini, kita bisa melihat dari perspektif sikap dan integritas ilmiah dan karakter seorang ilmuan yang berjibaku di perguruan tinggi (PT), apalagi bagi Universitas Indonesia (UI) yang telah menjadi kebanggaan nasional dengan karya inovasi yg dilahirkannya.
Integritas akademik harga mati bagi taruhan sebuah nama “exellence university”
Bersyukurlah mereka sadar. Jangan sampai peradaban ilmiah yg bersemai di Perguruan Tinggi pudar dan sirna.
Alhamdulillah, masih ada civitas akademika yg waras, mengerti akan makna kesarjanaan yg berkompetensi ipteks, terbebas dari intrest ekonomi apalagi masuk kepentingan politik, aib dan celaka itu !
Izinkan saya bernarasi sekilas, mengapa kita melanjutkan studi ke perguruan tinggi sebagai mahasiswa, yang tadinya status kita siswa SLTA, bukan pelajar SLTP sebagaimana dipersyaratkan UU No.20 thn 2003 ttg Sisdiknas. Saya teringat tulisan ilmiah Prof.Dr.H Andi Hakim Nasution (AHN), Rektor IPB thn 1980an semasa saya menjadi mahasiswanya. Sebagaimana mahasiswa baru IPB pada tahun pertama, kami diajarkan atau diberikan mata kuliah “Pengantar Ilmu-ilmu Pertanian”, penerbit Litera AntarNusa Bogor, cetakan pertama 1991. Dalam kata pengantar bpk AHN (1990), tulisan-tulisan beliau dalam buku tersebut ditujukan bagi mahasiswa baru kelompok ilmu-ilmu pertanian.
Maksudnya ialah untuk menerangkan apa tugas mahasiswa yang menuntut ilmu di bidang permasalahan pertanian secara luas serta ilmu-ilmu pendukungnya. Ada beberapa topik bahasan dalam buku itu tentang sikap dan karakter mahasiswa dan ilmuan. Beberapa topik pelajaran yang menarik dibahas, yang kemudian bisa merubah cara pandang atau pola berpikir (mindset) kita sebagai mahasiswa, adalah (1) Mengapa menjadi mahasiswa, (2) Petualang di Alam Nalar, (3) Dari pengalaman menjadi pengetahuan, dan (4) Sains dan pertanian.
Mengingat terbatasnya ruang dan sedikitnya alokasi waktu saya tak berpretensi mengungkapkan isi dan pesan moral dalam 5 topik tersebut. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa menjadi mahasiswa di PT pada tahap awal ia harus memahami apa beda pendidikan dikdasmen dengan dikti di Universitas. Salah satu diantara perbedaannya kata bpk AHN bahwa di dikdasmen, siswa diberikan pelajaran tentang pengetahuan yang telah ditemukan, sedang di PT mahasiswa dilatih untuk menemukan pengetahuan baru, berupa ilmu pengetahuan dan teknologi (sainstek).
Pengetahuan baru hanya dapat ditemukan oleh orang yang menemukan keganjilan pada berbagai kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu untuk mencari pengetahuan baru seorang mahasiswa harus melatih diri untuk mempertanyakan segala sesuatu (kritis dan analitik). Sikap mempertanyakan segala sesuatunya disusul dengan upaya mendapat jawaban. Mempertanyakan sesuatu itu, diantaranya dilakukan percobaan ilmiah untuk menguji berbagai pendapatnya mengenai permasalahan yang dihadapi, itu dinamakan kegiatan penelitian ilmiah.
Sikap mempertanyakan segala sesuatunya tentang gejala alam dan gejala sosial, disusul dengan upaya mendapatkan jawaban atau penyelesaian dari permasalahan (problem solving) yang dipertanyakan tersebut. Sikap ingin tahu (curioscity) inilah yang harus dimiliki seorang mahasiswa yang studi di PT, dia benar-benar, bersungguh-sungguh (berjibaku) mengerahkan kemampuan kreatifitas yang mandiri (tidak plagiat, perjokian, dan timses karya ilmiah abal-abal) atau daya cipta (inovasi) yang bernilai tinggi sebagai lulusan PT: Sarjana, Magister apalagi mereka yang meraih gelar akademik tertinggi Doktor, wajib menemukan sesuatu kebaharuan (novelty).
Berkenaan dengan pemikiran tersebut diatas, bpk.AHN (1990) mengajarkan kepada mahasiswa baru IPB, diantaranya saya bahwa belajar di Universitas kita akan mengalami pendidikan, pengajaran dan pelatihan untuk menemukan pengetahuan baru, melalui penelitian, sehingga akhirnya bisa menjadi sosok ilmuwan sejati, bukan ilmuan “merpati”. Bpk AHN berpesan secara etik dan moralitas lewat sejumlah tulisannya bahwa sekali ilmuwan tetaplah ilmuwan, ilmuwan tidak pernah putus asa, ilmuwan adalah penegak kebenaran, dan ilmuwan harus berani menyatakan pendapat secara jujur. Demikian itulah karakter yang baik yang ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan kampus Rakyat IPB yang merupakan exellence university, yang telah banyak menghasil sarjana, magister sains dan doktor dengan berbagai karya inovasi dalam pengembangan iptek di tanah air Indonesia. Alhamdulillah, setahu saya tetap bertahan hingga sekarang, dengan budaya dan atmosfer akademik yang sangat kondusif dan berintegritas.
Saya membaca berita yang viral di media sosial (13/11-2024) bahwa Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu PT ternama, termasuk exellence university, Majelis Wali Amanah (MWA)nya telah memutuskan menangguhkan kelulusan “Doktor” om BL, bapak Menteri Investasi, yang ujian disertasinya diselenggarakan beberapa bulan lalu, yang mengundang polemik di publik. Dan selanjutnya akan dilakulan sidang Komisi Etik UI, untuk keputusan finalnya apakah om.BL layak dan telah memenuhi segala persyaratan mendapatkan gelar akademik tertinggi Doktor (Dr) di Sekolah Kajian Strategis Global UI sesuai SoP dan kode etik ilmiah?, dan atau sebaliknya, kita menunggu berita baik atau buruknya (good or bad news).
Saya berpendapat bahwa keputusan MWA UI tentang penundaan gelar “Doktor” BL adalah merupakan sikap dan karakter ilmuwan yang memang wadahnya ada di exellence university seperti UI ini.
Sehubungan dengan munculnya kasus raihan gelar “Doktor”, menteri BL yang menjadi polemik di media massa (publik). Saya juga berpesan secara moral dan etik melalui medsos bahwa jangan sampai runtuh peradaban ilmiah di PT Indonesia, hilangnya marwah Universitas, akibat dan dampak konflik interest non ilmiah (jabatan dan materi: money) karena PT adalah pusat membangun kebudayaan dan peradaban madani, yang sangat dibutuhkan secara mutlak dalam membangun NKRI yang berkemajuan dan berperadaban, bukan kultur biadab, akal bulus.
Beberapa artikel saya mengenai pesan moral tsb sudah viral di beberapa medsos. Tulisan terakhir saya AA, berjudul “Runtuhnya Peradaban Ilmiah di Perguruan Tinggi Kami”, semoga kehadiran artikel bisa menyadarkan publik, agar tidak berkhianat dengan melanggar integritas ilmiahf seorang ilmuan, seperti yang diajarkan guru besar panutan kami, Prof.AHN, Rektor IPB University legendaris yang berintegritas tinggi, tempo doeloe thn 1980an di Bogor Jawa Barat.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya, semoga kasus memberi gelar “Doktor” BL, menteri negara di era Presiden RI Jokowi dan Prabowo Subianto, hendaknya bisa menjadi pembelajaran (lesson learned) bagi para akademisi dan ilmuan yang berjibaku menegakan integritas ilmiah di PT, terutama Exellence University yang tertua seperti UI sebagai PT rujukan (role model university) di negeri ini. Semoga diambil hikmahnya, demi keberkelanjutan PT yang berkemajuan dan beradab. Syukron barakallah. ###
Gallery and Ecofunworkshop, Wangun Atas RT 06 RW 01 No 16 Kel.Sindangsari Botim City, 13 November 2024
Wassalam
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor thn 1986-2024, Pendiri dan Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor merangkap Wasek Wankar MPP ICMI, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)