GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh: Makmur Hendrik) Bag 72
Makmur Hendrik (dok: kel)
Bagi yang belum membaca bag 1 s.d bag 71 klik link dibawah ini;
Sambungan dari bag 71
Bukan main pandainya Tuanku Nan Renceh ini memilih kalimat. Orang yang berada di atas atap itu merasa serba salah. Akan turun, awak sudah terlongsong memanjat ke atas atap rumah orang. Untuk terus saja berada disana, malu rasanya disebut sebagai tak beradab.
Tiba tiba ada yang tertawa bergumam. Dan semua orang segera tahu, bahwa yang tertawa bergumam itu adalah Datuk Nago. Guru Silat dari Batang Kapeh, Pesisir Selatan. Matanya masih terpejam tapi perutnya yang buncit terguncang guncang karena tertawa.
Makin lama tawanya makin keras. Tiba tiba Datuk Berbaju Kain Kafan menyikutnya. Dengan gerakkan seenaknya, siku Datuk itu berhasil dia elakkan. Dia membuka matanya. Lalu di antara tawanya yang masih bergema, dia bicara.
He… he… Tuanku Nan Renceh saya anggap lawak. Bayangkan, dia menyilahkan maling naik ke Balai ini. Sementara si maling sudah tersesat ke atas atap. He… hee… he… Hei maling yang malang turunlah kemari. Di sini ada lepat atau apam untuk waang curi. Atau kalau waang mau di sini juga bisa waang curi daster dan baju orang. Di sini banyak orang sedang tidur. He… he … he …
Suasana tegang itu jadi pecah dengan tawa bergumam yang hadir. Tuanku Nan Renceh sendiri ikut tersenyum. Namun setiap mereka pastilah mengetahui bahwa siapa pun orangnya yang berada di atas atap itu, mereka pastilah punya kepandaian yang amat tinggi.
Sebab mustahil takkan diketahui oleh mereka ada orang yang nongkrong di atas atap, yang justru terletak di atas tengkorak mereka. Dari sana dapat dibayangkan betapa tingginya ilmu orang itu. Karenanya mereka tetap waspada. Tiba tiba orang yang di atas atap itu bersuara dengan berang.
Hai beruk berbaju hitam dan berperut buncit. Jangan banyak bicara. sebentar lagi perutmu yang buncit itu akan kukeluarkan isinya….
Si buncit Datuk Nago kontan menjawab dengan masih terpicing picing.
Bagus … bagus saya memang lagi sakit perut. Waang turunlah dan tolong keluarkan isi perut saya. Saya tak keberatan kalau waang mencobanya agak sesuap dua. Sebagai obat dan jimat. Untung untung ilmu silat waang tambah tinggi. Tak usah naik atap lagi kalau akan maling. He … he … he …
Ucapan itu benar benar lawak. Semua yang hadir, meski dalam keadaan tegang, jadi tertawa. Si Giring Giring Perak sendiri coba mengenali suara orang itu. Dia seperti pernah mengenalinya. Tapi dimana?
Dia tetap menganggap orang ini berkepandaian tinggi. Bayangkan, siapa pula akan berani demikian semberononya mendatangi rapat ini untuk membuat kacau, padahal di sini sekarang tengah berkumpul pendekar pendekar yang tak boleh dipandang ringan?
Orang yang di atas atap itu pastilah telah mendengarkan pembicaraan dan perkenalan yang disampaikan oleh Rajo Tuo. Bahwa di tempat ini tengah berada Tuanku Nan Renceh, Datuk Nago, Datuk Berbaju Kain Kafan dan Datuk Sipasan serta beberapa orang berkepandaian tinggi lainnya.
Meski telah mendengar nama nama itu, orang tersebut masih mau membuat onar. Alangkah menakjubkannya. Mungkin hanya ada dua kemungkinan. Pertama orang ini benar benar tangguh hingga dia tak merasa takut sedikit pun. Atau orang ini gila. Hingga dia memang tak pernah merasa takut tersebab gilanya.
Baca disini sambungannya dengan cara klik link dibawah ini ;