Cerita Bersambung

GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh: Makmur Hendrik) Bag 76

Makmur Hendrik (Dok Pribadi)

Kenapa dia harus dibunuh?
Dengan sikap agak kemalas malasan, Datuk Nago menjawab.

Pertama karena dia telah membunuh empat orang di antara kita. Kedua karena dia datang tidak sendiri….

Tuanku Nan Renceh hanya mengangguk. Si Giring giring Perak tak mengerti kemana arah ucapan Datuk Nago. Apa arti bahwa dia datang tak sendiri itu. Apakah lelaki berbaju merah ini datang dengan teman temannya yang lain? Kalau benar, dimana mereka sekarang?
Dia tak melihat bayangannya. Dan tak mendengar sedikit pun suara yang mencurigakan di sekelilingnya. Telinganya yang amat tajam itu hanya mendengar suara yang disebabkan injakkan kaki para lelaki yang di depan balairung. Yaitu teman teman mereka sendiri.

Darimana Datuk Nago tahu bahwa masih ada temanlelaki ini yang lain? Sebelum si Giring giring Perak menemukan jawaban dari pertanyaan itu, tiba tiba dari bahagian samping dan belakang balairung berlompatan enam orang lelaki. Hampir semua orang di Balairung itu jadi tertegun kaget.

Penyamun Bukit Tambuntulang! hampir serentak pula mereka berbisik.

Semua mereka yang ada di Balairung itu, kecuali si Giring giring Perak pada tertegak. Termasuk Tuanku Nan Renceh. Tak salah lagi, keenam lelaki itu adalah para penyamun dari Bukit Tambuntulang.

Yang memakai baju serba merah dengan sungut melintang tubuh berdegap dan gelang akar bahar di tangan itu tak lain daripada Gampo Bumi. Penguasa Bukit Tambuntulang yang kesohor itu.

Di sampingnya tegak seorang lelaki agak kurus. Dengan memakai baju gunting cina dan celana batik serta kopiah sebo. Siapa lagi dia kalau bukan Pandeka Sangek kakak seperguruan Gampo Bumi yang bertahta di Gunung Rajo.

Seorang lagi, adalah seorang lelaki bertubuh hitam legam dengan mata merah dan berbaju hitam pula. Bayangkan seorang lelaki bertubuh dengan otot otot kenyal dan berkulit hitam legam, mata merah dengan pakaian serba hitam.

Yang satu ini memang tak dikenal si Giring giring Perak. tapi dia sudah bisa menduga. Pastilah lelaki ini, kakak tertua dalam seperguruan di Bukit Tambuntulang. Sebab dia pernah mendengar bahwa murid Harimau Tambuntulang ada tiga orang, yang paling muda Gampo Bumi, yang berkuasa di Bukit Tambuntulang.

Yang kedua Pandeka Sangek, berkuasa di sekitar Gunung Rajo. Dan yang ketiga bergelar Harimau Kumbang. Dia tak mempunyai daerah kekuasaan. Tapi kabarnya dialah tangan kanan guru mereka, si Harimau Tambuntulang.

Dia mengontrol kedua adik seperguruannya dengan ketat. Sama seperti guru mereka yang bergelar Harimau Tambuntulang, Harimau Kumbang ini jarang sekali muncul kalau tidak ada sesuatu yang amat penting.
Kini dia muncul, tentulah ada sesuatu yang maha penting yang akan mereka kerjakan.

Si Giring giring Perak seperti bisa meraba apa kira kira yang diinginkan oleh ketiga adik – beradik murid Harimau Tambuntulang ini.
Hmmm. Murid murid Harimau Tambuntulang. Tak hujan tak angin, tiba tiba kalian muncul di kampung ini. Ada urusan besar apakah yang menyebabkan kalian datang berkunjung?
Yang bersuara adalah Rajo Tuo dari Limakaum.

Hm.. Bukankah yang bicara barusan adalah Rajo Limokaum yang tak bermahkota? Sudah lama tak berjumpa. Setelah melarikan diri dari Limokaum rupanya kau telah menipu orang kampung ini….

Rajo Tuo hanya tersenyum mendengar ucapan Harimau Kumbang, murid tertua dari Harimau Tambuntulang ini. Dia memang kenal pada Harimau kumbang. Ketika timbul huru hara di Limakaum belasan tahun yang lalu, pihak adat yang bermusuhan dengan Rajo Tuo meminta bantuan pada penyamun penyamun Tambuntulang.

Sebagai bayarannya mereka mendapatkan harta rampasan dan perempuan. Para penyamun itu dipimpin oleh Harimau Kumbang ini. Rajo Tuo memang sudah mengetahui betapa tangguhnya murid tertua Harimau Tambuntulang ini. Tapi dia tak mau memperlihatkan rasa gentarnya.

Dia lalu menjawab kata kata Harimau Kumbang itu dengan nada menyindir pula.
Di sini tak ada orang yang bermusuhan yang akan kau bantu. Tak ada harta atau perempuan yang bisa kalian ambil. Atau barangkali Kompeni telah membayar kalian untuk mengacau di sini?

Baca sambungannya dengan cara klik link di bawah ini;

GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 77

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *