Cerita Bersambung

GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh: Makmur Hendrik) Bag 78

Makmur Hendrik (Foto:dok Pribadi)

Baca bag 77 klik link dibawah ini;

GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 77

Kami tidak meminta pendapatmu Renceh…
Baik, tapi apa salah anakku makanya dia kau tahan?
Yang memotong pembicaraan ini adalah Rajo Tuo. Harimau Kumbang tertawa menggerendeng.

Heehe. Bukankah sudah kukatakan padamu gaek. Anakmu tersohor cantiknya. Sudah banyak lamaran yang dia tolak. Tapi sebentar ini, ketika aku sendiri yang datang melamar, dia justru menyembah lututku sebagai tanda suka cita. Apakah kau tak bangga punya mantu seperti aku?

Bedebah. Kau benar benar bedebah! Kubunuh kau kalau anakku sampai ternoda… dan sehabis berkata begini mamak Puti Nuri, Datuk Nan Hitam segera menghambur ke depan dengan keris di tangannya.

Tapi dia dihadang oleh salah seorang murid Harimau Kumbang yang bertubuh jangkung. Perkelahian di antara mereka segera terjadi. Sebaliknya Datuk Sipasan dan kedua temannya yang datang dari Balingka juga menghambur ke depan.

Datuk ini benar benar hilang sabarnya mendengar penyamun penyamun itu menangkap isterinya dan Siti Nilam. Kalu sudah di tangan penyamun ini, maka bagi perempuan artinya hanya satu, ternoda!

Datuk ini dihadang pula oleh dua murid Harimau Kumbang yang lainnya. Sementara ketiga murid Harimau Tambuntulang itu, Gampo Bumi, Pandeka Sangek dan Harimau Kumbang, masih tetap tegak dengan tenang di tempat mereka.

Lawan yang maju bagi mereka nampaknya tak begitu perlu diperhatikan. Hingga cukup dilawan oleh murid murid mereka saja. Datuk Nago, Guru Gadang Silek Buayo Lalok dari Painan, yang sejak tadi masih tegak diam, kini buka suara.
Hmm…. ada perguruan maling yang suka nyolong ilmu silat dari perguruan lain, kini berani pula unjuk muka. Sungguh tak bermalu….

Muka Harimau Kumbang dan adik adik seperguruannya jadi merah padam. Karena yang dimaksud oleh tetua perguruan Buayo Lalok itu, yaitu yang mencuri ilmu silat itu, tak lain dari mereka. Perguruan mereka memang banyak mengambil ilmu ilmu silat dari berbagai aliran di Minangkabau.

Aliran aliran ini mereka kawinkan. Akibatnya silat Tambuntulang menjadi silat yang tangguh, yang bisa melayani silat aliran manapun juga. Namun cara mereka mendapatkan ilmu silat dari perguruan perguruan itu sangat tidak terhormat. Itulah sebabnya kenapa banyak perguruan silat yang memusuhi mereka.
Hei buncit, kau jangan banyak bicara. ilmu Silat Buayo Lalokmu tak ada artinya untuk dipelajari. Kalian memang lebih banyak lalok daripada bersilat…. maki Harimau Kumbang.

Datuk Nago yang memang sudah lama merasa dendam kepada para penyamun ini kini jadi berang karena perguruannya dihina. Dia lalu melambung ke depan menerjang Harimau Kumbang.

Tapi Gampo Bumi yang merupakan murid termuda dari perguruan Tambuntulang, yang pernah keok ketika berhadapan dengan si Giring giring Perak tatkala mereka menyamun rombongan Datuk Sipasan, melompat menghadang.

Datuk Nago yang bertubuh tambun itu tak mau memberi hati. Masih dalam loncatannya itu, ketika Gampo Bumi yang berdegap itu menghadangnya, dia menghantamkan ujung ujung kakinya ke jantung Gampo Bumi.

Gampo Bumi bukannya tak tahu, bahwa datuk ini adalah Guru Gadang dari Silek Buayo Lalok. Makanya terjangan sambil melompat itu dia hindarkan saja. Tapi sambil menunduk untuk menghindarkan serangan, tangannya bergerak melempar empat buah pisau kecil.

Datuk Nago tahu bahwa dia sedang diserang dengan pisau kecil. Masih dalam keadaan melayang, tubuhnya tiba tiba menelungkup di udara. Tangannya bergerak.
Sungguh tangguh, hantaman tangannya tidak hanya bisa menangkis serangan pisau terbang yang dilemparkan oleh Gampo Bumi, tapi guru silat dari Painan ini sekaligus ganti menyerang dengan melemparkan sejenis senjata rahasia berupa saga ijuk.

Saga atau tulang ijuk itu dia pungut ketika akan turun dari Balairung tadi. Ijuk itu jatuh ke balairung karena hantaman tenaga dalam orang berbaju merah yang dia tangkap dan dia bunuh sebelum munculnya ketiga murid Harimau Tambuntulang itu.

Semula saga ijuk itu dia ambil hanya untuk mengorek telinganya. Ketika mengorek-ngorek telinga itulah munculnya ketiga murid Harimau Tambuntulang.

Mereka berlompatan turun. Sementara dia masih saja tetap memegang saga ijuk itu. Dalam pertempuran yang terjadi, dia masih tetap dengan tak acuh mengorek telinganya. Dan sampai sampai pada saat dia menerjang, saga itu masih saja dia pegang.

Kini saga itu dia manfaatkan untuk menyerang Gampo Bumi. Gampo Bumi terkejut juga melihat kehebatan si gepuk ini. Dia menangkis dengan tangannya. Tapi ternyata guru silat dari Painan ini bukan sembarangan orang.
Saga ijuk yang dia lontarkan tak tertangkis sedikit pun oleh Gampo Bumi. Menancap di lengannya. Terdengar dia memekik, bukan karena sakit, tapi karena kaget. Dia tak menduga bahwa datuk gepuk itu akan mempunyai tenaga yang demikian hebat.

Sementara itu Datuk Nago sudah menjejak tanah. Ketika Gampo Bumi masih terkejut atas luka di tangannya, dan masih melihat saga yang menancap di lengannya yang panjangnya lebih dari sejengkal menembus dari muka ke belakang lengannya, saat itu serangan Datuk Nago datang dalam bentuk tendangan berputar menyapu kaki.

Tendangan dari Painan ini luar biasa ligatnya. Dia tak menendang bahagian lain dari tubuh. Tidak kerampang atau perut ataupun dagu seperti dalam silat lain. Kakinya lebih berbentuk seperti roda yang berputar mendatar di atas permukaan tanah. Berfungsi menyapu kedua kaki lawan.

Kalau kena, tak bisa tidak, lawannya pastilah…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *