Artikel

Pengaruh Korean Wave Terhadap Penurunan Nasionalisme Pada Mahasiswa

Oleh: Nakhilla Aqsha*)

Korean Wave (hallyu) ialah fenomena merebaknya budaya korea hingga ke seluruh dunia. Berawal dari krisis ekonomi Asia pada tahun 1990-an, pemerintah Korea memutuskan untuk menjadikan budaya Korea sebagai penopang ekonomi utama di Korea Selatan.

Budaya Korea kini telah banyak ditemukan di Indonesia. Seiring berkembangnya media sosial, masyarakat bisa mengakses informasi-informasi yang dibutuhkan baik itu sejarah dunia maupun sekedar kejadian viral yang terjadi di negara tersebut. Kpop menjadi salah satu alasan mengapa banyak generasi muda yang terpengaruh hallyu. Sejak beberapa tahun yang lalu, budaya Korea semakin terkenal di kalangan anak muda, tidak hanya kpop bahkan makanan hingga cara berpakaian masyarakat korea banyak ditiru oleh generasi muda zaman sekarang.

Banyak pedagang baik makanan atau baju yang kini menambahkan kata-kata “Korea” pada dagangannya, dikarenakan generasi muda zaman sekarang banyak yang tertarik dengan barang bertajuk “Korea”, hal ini menyebabkan penurunan rasa nasionalisme pada generasi muda, banyak generasi muda yang lupa budaya indonesia.

Korean Wave, atau Hallyu, merujuk pada fenomena global di mana budaya Korea, terutama musik K-Pop dan drama, telah menjadi sangat populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun fenomena ini membawa banyak dampak positif, seperti peningkatan minat terhadap budaya asing dan pertukaran budaya, ada juga kekhawatiran mengenai pengaruh negatifnya terhadap nasionalisme generasi muda Indonesia.

Tetapi tidak semua bersifat buruk, ada beberapa hal-hal positif yang dapat diambil dari Korean Wave ini. Salah satunya kita bisa memainkan peran dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia, akhir-akhir ini banyak perusahaan Korea yang berinvestasi di Indonesia, sehingga mau-tak mau beberapa perusahaan tersebut mencari warga Korea yang pandai berbahasa Indonesia agar transaksi bisnisnya lebih lancar dan terarah.

Dengan ini Bahasa Indonesia dapat dikenal oleh bangsa luar, dan dapat memberikan dampak positif kepada pertumbuhan globalisasi di Indonesia.

Kemajuan teknologi informasi dan internet telah memudahkan akses masyarakat Indonesia terhadap budaya asing, khususnya budaya Korea. Generasi muda kini dapat dengan mudah mengakses musik, film, dan program televisi Korea, yang menyebabkan mereka terpapar secara intensif pada nilai-nilai dan gaya hidup yang berbeda dari budaya lokal.

Korean Wave telah mempengaruhi preferensi budaya generasi muda, di mana banyak dari mereka lebih memilih untuk mengikuti tren K-Pop dibandingkan kesenian lokal. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah penggemar K-Pop yang tidak hanya mendengarkan musik tetapi juga meniru gaya berpakaian dan perilaku idola Korea.

Tindakan ini berpotensi menggeser fokus mereka dari budaya asli Indonesia menuju budaya asing, sehingga mengurangi rasa kebanggaan terhadap warisan budaya lokal.

Fenomena ini menimbulkan krisis identitas nasional di kalangan remaja. Banyak yang mulai mengadopsi istilah dan praktik budaya Korea dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti menggunakan bahasa Korea dalam percakapan atau memilih produk-produk Korea daripada produk lokal.

Hal ini dapat menyebabkan generasi muda kehilangan keterhubungan dengan nilai-nilai tradisional dan identitas nasional mereka.

Korean Wave juga berpotensi memengaruhi nilai-nilai kewarganegaraan dan patriotisme. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh Korean Wave, semakin kecil perhatian generasi muda terhadap nilai-nilai kebangsaan. Misalnya, perilaku konsumtif yang tinggi terhadap produk-produk Korea dapat mengalihkan perhatian dari dukungan terhadap industri lokal, yang seharusnya menjadi bagian dari rasa cinta tanah air.

Budaya konsumtif yang berkembang di kalangan penggemar K-Pop sering kali ditandai dengan pembelian merchandise mahal dan partisipasi dalam acara-acara hiburan terkait Korea.

Kebiasaan ini tidak hanya menguras sumber daya finansial tetapi juga menciptakan kesenjangan antara minat terhadap budaya asing dan penghargaan terhadap budaya lokal.

Semuanya setuju bahwa K-culture memiliki dampak baik dan juga dampak buruk, maka tergantung bagaimana mahasiswa menanggapinya, usahakan untuk tetap peduli pada budaya lokal, ikut melestarikannya, dan menyebarkan pengetahuan tentang budaya lokal hingga ke seluruh dunia.

Jika pemerintah Korea bisa menyebarkan K-culture dengan baik hingga saat ini, maka begitu juga dengan kita, dimulai dari diri sendiri hingga tersebar ke seluruh dunia.

Dukungan pemerintah juga diperlukan, jika pemerintah membuat gambaran yang jelas terkait bagaimana cara mengenalkan budaya Indonesia hingga ke seluruh dunia, generasi muda bisa membantu mengembangkan ide untuk memperkenalkan budaya lokal sesuai zaman yang berkembang pada saat ini.

Ke depannya, saya berharap baik mahasiswa ataupun masyarakat biasa, bisa sama-sama bekerja membantu melestarikan budaya yang telah ada dan mengenalkan budaya lokal pada dunia.

*)Penulis adalah Mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Andalas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *