Cerita Bersambung

GIRIANG GIRIANG PERAK (Oleh: Makmur Hendrik) Bag 82

Wajah Gampo Bumi mulai memucat. Tiba tiba ada suara berderak. Dan sebuah lolongan panjang terdengar dari mulut Gampo Bumi. Lehernya patah, dan tulang rusuknya remuk akibat pitingan dengan tenaga batin yang luar biasa itu. Semua orang yang ada di sana pada tertegun.

Yang sedang bertarung berhenti. Sungguh mengerikan. Lidah Gampo Bumi terjulur. Matanya terbeliak. Darah mengalir dari sela bibirnya. Wajahnya menyeringai menahan sakit. Dan dia mati terkulai, jatuh ke tanah.

Seorang penguasa Bukit Tambuntulang yang ditakuti menemui kematian yang tragis di Kampungpisang. Tubuh Harimau Kumbang kakak seperguruan paling tua dari Tambuntulang itu menggigil. Dan tiba tiba dia meraung panjang.

Raungannya mirip raungan marah seekor harimau. Murid tertua dari Bukit Tambuntulang yang bergelar Harimau Kumbang ini memang memiliki ilmu yang jauh lebih tinggi dari kedua adik seperguruannya.
Tiba tiba lelaki bertubuh hitam legam ini merunduk rendah. Kedua tangannya membentuk cakar harimau.

Dia menunduk makin rendah. Dan tiba tiba sekali tubuhnya melambung disertai geraman yang menegakkan bulu roma. Dia melambung ke arah Datuk Nago. Datuk Nago beruasaha mengelak. Namun alangkah cepatnya serangan Harimau Kumbang. Kedua tangannya tetap saja berhasil mencengkam punggung Datuk Nago. Terdengar kain robek dan Datuk Nago terpekik. Kulit punggungnya terkelupas dan darah merembes keluar.

Semua orang yang ada di sana, termasuk Tuanku Nan Renceh dan si Giring giring Perak, benar benar terkejut melihat kecepatan lelaki ini. Pandeka Sangek, murid kedua Harimau Tambuntulang, berbuat hal yang sama. Mereka sama sama mengeluarkan Silat Harimau Tambuntulang yang jarang dilihat.

Orang yang pernah merasakan kehebatan Silat Harimau ini adalah si Giring Giring Perak, tatkala berhadapan dengan Pandeka Sangek di Hutan Silaiang sebelum mereka pindah ke Balingka dahulu. Saat itu anak muda ini berhasil dilukai perutnya oleh Pandeka Sangek.
Kini Pandeka Sangek menerjang ke arah Datuk Berbaju Kafan, Tuo Secabik Kain Sekayu Kasah dari Koto Anau. Sementara itu Harimau Kumbang yang benar benar marah kepada Datuk Nago yang telah membunuh Gampo Bumi, kini menyerang dengan jurus jurus simpanannya.

Dia kembali merunduk dan menyerang dengan silat yang amat cepat. Dan suatu saat, di antara gerak mundurnya Datuk Nago dari Painan itu kembali kemasukan cakaran Harimau Kumbang. Cakaran itu menuju ke perutnya.
Datuk Nago menghimpun tenaga batin dan melindungi dada serta perutnya dengan ilmu kebal yang bernama Tahan Buayo Lalok yang tersohor itu. Siapa pun tadi sudah melihat kehebatan ilmu kebal datuk itu. Yaitu tatkala pisau pisau beracun Gampo Bumi terpukul jatuh semuanya tatkala membentur dada dan perutnya.

Kini ilmu kebal itulah yang dia pakai untuk menanti serangan Harimau Kumbang. Selain melindungi dirinya dengan ilmu kebal yang tangguh dari Painan itu, datuk ini juga melancarkan serangan dengan mengirimkan sebuah tendangan ke arah Harimau Kumbang.

Yang pertama sekali mendarat adalah cakaran tangan Harimau Kumbang ke perut Datuk Nago. Sesaat setelah itu tendangan Datuk ini mendarat pula di perut Harimau Kumbang. Tubuh Harimau Kumbang terpental empat depa kena tendangan yang telak itu.

Tapi sebaliknya terdengar raungan yang dahsyat dari mulut Datuk Nago. Perutnya yang dilindungi oleh tenaga kebal yang tangguh itu ternyata tak berdaya menghadapi serangan Harimau Kumbang yang ditakuti ini.

Perutnya robek dan ususnya keluar. Benar benar mengerikan. Datuk Nago terbeliak. Semua orang terkejut bukan main. Datuk Nago menahan isi perutnya yang terjulai keluar dengan telapak tangannya. Dia bergerak maju mengejar Harimau Kumbang.

Sebaliknya Harimau Kumbang yang terpental kena tendangan itu, hanya merasa pusing sejenak. Sesaat kemudian dia maju lagi dengan serangan yang berbahaya. Saat mereka bertemu kembali terdengar raungan yang dahsyat dari mulut Datuk Nago. Dan kali ini tengkuknya kena ditampar oleh cakaran Harimau Kumbang.

Cakaran yang mirip tamparan seekor harimau. Tak ampun lagi, tengkuk Datuk Nago patah. Guru Gadang silat dari Painan ini menemui ajalnya saat itu juga. Benar benar luar biasa ketinggian ilmu Harimau Kumbang ini.

Amat jarang orang melihat dia muncul, apalagi berkelahi. Sudah sejak puluhan tahun yang lalu dia selalu menyembunyikan diri seperti gurunya Harimau Tambuntulang. Kini dia muncul, dan ternyata ilmunya tetap saja amat tangguh.

Kematian guru silat dari Pesisir Selatan itu amat tragis. Ilmunya sesungguhnya amat tangguh dalam ukuran pesilat pesilat di Minangkabau dewasa ini. Buktinya dia sanggup menewaskan Gampo Bumi. Bahkan barangkali dia masih akan sanggup melawan dan mengalahkan Pandeka Sangek, murid kedua Tambuntulang.

Kedua penyamun murid Tambuntulang ini saja sudah amat kesohor. Jarang tandingannya di Minangkabau saat itu. Tetapi, Harimau Kumbang memang benar benar bukan lawan Datuk Nago. Bukan karena ilmunya yang masih rendah. Tidak.

Pesilat pesilat di Minangkabau tahu benar siapa Datuk Nago. Seorang pendekar dan guru silat jujur dan disenangi karena suka membuat humor. Juga mempunyai ilmu yang disegani. Meskipun dia belum menganut agama Islam, karena Islam saat itu baru berkembang di bahagian pantai saja, yaitu dimana pedagang pedagang dari Aceh dan Gujarat banyak singgah, tetapi dia amat simpati pada perjuangan agama Islam tersebut.

Buktinya dia bersedia membantu melawan Belanda kelak di Painan. Kesediaannya itu sudah dia nyatakan disaat rapat di Balairung sebelum si Giring Giring Perak muncul. Tuanku Nan Renceh, Rajo Tuo dan Tuo Lintau bukannya tak berniat membantu Datuk Nago tadinya.

Bersambung ke bag. 83

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *