Jawa Barat

Netty Prasetiyani Sarankan Warga Cirebon Miliki 4 Komponen Ketahanan Keluarga

Cirebon, PilarbangsaNews

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali melanjutkan sosialisasi penguatan pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021. Kamis (21/10/2021) acara yang melibatkan anggota Komisi IX DPR RI sebagai mitra kerja BKKBN digelar di GOR Samiaji Pamengkang, Kecamatan Mundi, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Sebagai nara sumber utama, BKKBN menghadirkan Dr. Hj. Netty Prasetiyani, M.Si dari Komisi IX DPR RI, yang menyampaikan materi tentang upaya keluarga dalam mencegah stunting. Netty menyarankan kepada warga yang hadir mengikuti sosialisasi ini, agar memiliki empat komponen ketahanan keluarga.

“Ketahanan keluarga yang pertama yaitu fisik ekonomi, minimal keluarga punya tempat berkumpul, punya tempat berinteraksi, punya tempat saling bercengkrama namanya rumah. Bagaimanapun yang namanya keluarga, anggota keluarga kita harus terhindar dari panas, terik matahari dan hujan,” terang Netty Prasetiyani bersemangat.

Anggota Komisi IX DPR RI Dr. Hj. Netty Prasetiyani, M.Si

Ia melanjutkan, selain memiliki ketahanan keluarga yaitu ketahanan fisik ekonomi, keluarga Indonesia itu juga harus memiliki ketahanan psikologis, ketahanan sosial dan ketahanan spiritual. Tak sampai disitu, Netty juga menghimbau keluarga di Kabupaten Cirebon ini agar mengikuti program-program yang dimiliki BKKBN untuk terciptanya keluarga yang berkualitas.

“BKKBN punya BKB atau Bina Keluarga Balita, ibu-ibu yang punya anak dibawah lima tahun datangi BKB, bagi bapak yang punya anak remaja datangi BKR Bina Keluarga Remaja, keluarga yang punya lansia datangi BKL Bina Keluarga Lansia, bagi anak remaja yang senang beraktifitas, dorong, ada PIK Remaja Pusat Informasi Konseling Remaja ikut Genre Generasi Berencana,” beber Netty Prasetiyani panjang lebar.

Usai penyampaian materi dari anggota Komisi IX DPR RI, dilanjutkan dengan pemaparan Widyaiswara Ahli Utama BKKBN RI Dr. Wendy Hartanto, MA. Ia menitik beratkan pada upaya pencegahan stunting, yang dimulai dari keluarga.

Suasana sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana

Menurutnya, bahwa pertumbuhan anak yang paling penting itu dimulai sejak dari dalam kandungan. “Otaknya sudah mulai berkembang, otak sensor, kebenaran, keberatan, motoric, itu dimulai dalam kandungan. Kalau dia gagal tumbuh nanti akhirnya anak itu jadi bodoh, memang sekolah tapi tidak nangkap pelajaran sekolah, malas, sakit-sakitan, itu anak yang gagal tumbuh. Kalau anak bayi, ubun-ubunnya kan bergerak, itu dalam pertumbuhan,” kata Wendy Hartanto dihadapan para peserta sosialisasi.

Lebih lanjut Wendy Hartanto menjelaskan, ada beberapa ciri ibu yang tengah mengandung, yang bisa berpotensi melahirkan anak stunting. “Lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan, kalau kurang, berarti dia kurang gizi, kalau dia kurang gizi, nanti janin yang dikandungnya juga kekurangan gizi, karena makanan itu dari ibunya turun ke janinnya. Karena janin, anak itu berkembang mulai dari dalam kandungan,” ucap Wendy Hartanto melanjutkan.

Widyaiswara Ahli Utama BKKBN RI Dr. Wendy Hartanto, MA

Ditambahkan Wendy Hartanto, bahwa untuk mencegah stunting atau gagal pertumbuhan anak, perlu dijaga sejak 1.000 hari pertama kehidupan. “Ingat seribu hari pertama kehidupan itu mulai dari kapan, dari sel telur dibuahi, dari prosesi pembuahan didalam rahim ibu, sudah mesti dijaga dan perhatikan gizi ibunya agar anak nantinya tidak lahir stunting,” lengkap Wendy Hartanto.

Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis yang dialami anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Akibatnya mengalami gagal pertumbuhan, baik fisik maupun pertumbuhan otaknya.

Nara sumber dan Peserta sosialisasi

Untuk pencegahan stunting dapat dilakukan jika kita mengetahui penyebab dari stunting. Pertama, stunting disebabkan oleh kurang gizi kronis atau menahun. Jadi yang perlu menjadi perhatian adalah 1.000 hari kehidupan, yang dimulai dari masa pembuahan dimana janin itu terbentuk di dalam rahim, sampai bayi berusia dua tahun adalah masa yang rawan terjadi stunting. Ini adalah masa untuk mencegahnya dan itu bisa dilakukan oleh keluarga dengan pendampingan dari Kader KB dan Kader Posyandu.

Kedua, penyebab stunting itu adalah karena ibu hamilnya dan bayi yang sakit-sakitan. Dengan kondisi itu pasti pertumbuhan akan terganggu, karena zat atau gizi yang masuk ke dalam tubuh bayi akan habis terkuras melawan penyakit. Dengan demikian gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi kurang.
Ketiga, penyebab stunting adalah lingkungan yang tidak sehat, seperti air bersih dan jamban keluarga. Sebab lingkungan yang tidak sehat pada akhirnya akan menyebabkan penyakit, antara lain diare. (yah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *