BKKBN : Kualitas Penduduk Indonesia tak Sebanding Kuantitasnya
Bekasi, PilarbangsaNews
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menggelar sosialisasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Kamis (4/11/2021) di Desa Cicau, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Dalam pemaparan yang disampaikan nara sumber, DR. Drs Wahidin, M.Kes, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, diungkap jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 273 juta jiwa. Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia berada pada urutan keempat dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
Menurut Wahidin, meski Indonesia berada pada peringkat empat secara kuantitas, namun secara kualaitas, penduduk Indoensia masih jauh dibawah negara-negara lain di dunia.
“Penduduk kita nomor empat jumlahnya, tapi kalau tanya kualitasnya nomor empat nggak, jauh, kalau kita cerita indeks pembangunan manusia mungkin kesulitan. Saya selalu mencontohkan olahraga, sepakbola pernah masuk 32 besar nggak, belum pernah padahal penduduknya nomor empat, itu artinya kaitannya dengan kualitas. Penduduk kita banyak tapi kualitasnya belum tinggi,” kata Wahidin, saat menyampaikan materi dihadapan peserta sosialisasi.
DR Drs. Wahidin, M.Kes juga membandingkan Indonesia dengan Singapura, yang penduduknya hanya lima juta jiwa. “Singapura berapa penduduknya, ndak sampai lima juta, tapi itu negara hebat. Persaingan secara SDM kita selalu kalah, padahal penduduknya Singapura hampir sama dengan penduduk Kabupaten Bekasi. Bapak ibu tahu penduduk Kabupaten Bekasi berapa, 3,2 juta, hampir sama dengan penduduk Singapura, Jawa Barat penduduknya 48,27 juta, hampir 50 juta. Penduduk Indonesia hampir 20% nya ada di Jawa Barat,” bebernya.
Wahidin juga menjelaskan data pertambahan penduduk di Kabupaten Bekasi yang dinilai cukup tinggi, yaitu 3,6%. Artinya dalam satu tahun menambah penduduk hampir mendekati 20 ribu.
“20 ribu itu kalau di Indonesia timur itu satu kecamatan,” tambahnya.
Namun yang menggembirakan menurut Wahidin, angka Fertiliti Ratenya atau rata-rata anak dilahirkan oleh seorang wanita selama masa produktif yaitu 2 – 3 anak. “Ketika program KB dulu dimulai, jumlah anak yang dilahirkan perempuan itu 5 sampai 6 orang, saat ini antara 2 sampai dengan 3 anak per wanita,” ucapnya.
Dilanjutkan Wahidin, di kabupaten Bekasi PUS nya ada 555 ribu, yaitu pasangan suami istri yang istrinya masih dalam masa reproduksi. Hasil pendataan yang dilakukan tahun 2021, di Kabupaten Bekasi terdapat 18.726 orang yang sedang hamil. “Kalau 18 ribu itu melahirkan bareng, satu stadium itu penuh. Ini sudah ada program KB, bayangkan kalau tidak ada program KB. Sekarang saja sudah sulit mencari pekerjaan. Selain itu SDM kita juga belum bisa diandalkan, produktifitasnya orang Indonesia masih rendah,” tutup Wahidin.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI, Drg. Putih Sari menyampaikan program pemerintah yang dijalankan BKKBN berfokus kepada pembangunan keluarga, yang disebut juga bangga kencana (pembangunan keluarga dan keluarga berencana).
“Pembangunan nasional itu dimulai dari pembangunan keluarga, ada alasannya, karena keluarga itu merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karena dari keluargalah tempat melahirkan generasi-generasi penerus, tidak Cuma generasi penerus bapak ibu, tapu juga generasi penerus bangsa, karena kita semua bagian dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita juga punya kewajiban bagaimana membawa bangsa Indonesia ini kedepan menjadi lebih baik,” kata Putih Sari.
Menurut Putih Sari, pembangunan di Indonesia belum seimbang dengan jumlah pertumbuhan penduduknya. “Jumlah penduduknya sudah 270 juta, pembangunannya masih dibawah. Kita masih dalam kategori Negara yang berkembang, tapi jumlah penduduknya luar biasa. Nah harapannya dengan jumlah penduduk yang luar biasa ini, bisa dijadikan modal pembangunan,” lengkapnya.
Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN RI, Dr. Edi Setiawan, S.Si,M.Sc,MSE, mengatakan pada tahun 2045 Indonesia akan menikmati generasi emas, bonus demografi.
“Tahun 2045 kita akan bisa mencapai kesejahteraan jika kita bisa memanfaatkan bonus demografi itu, kalau kita bisa menciptakan sumberdaya-sumberdaya yang berkualitas. Nah sekarang bapak ibu, faktanya, satu dari tiga anak di Indonesia itu menderita stunting. Stunting itu adalah kekurangan gizi kronis yang terjadi pada seribu hari pertama kehidupan yang mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik dan perkembangan otaknya,” papar Edi Setiawan.
Jika anak-anak Indonesia banyak yang stunting, bisa jadi masa depan bangsa ini akan suram, karena Indonesia dilanjutkan oleh generasi yang tidak produktif. Karena itu mari kita bersama-sama bersatu untuk mencegah stunting ini,” ujar Edi Setiawan. (yah)