Jika Aku Mati Si Tegar Bisa Bersimpuh Dipisaraku….
PILARBANGSANEWS. COM. BUKITTINGGI,–
Baru belakangan kusadari, betapa tololnya aku, mau menitipkan Tegar kepada orang yang tak kukunal. Bagaimana kalau ibu EM itu berhati calaung (tidak elok), dibawanya Tegar, kemudian diberikan kepada orang lain, maka sangatlah kecil kemungkinan aku bisa bertemu lagi dengan darah dagingku.
Tapi setelah Pak Cha (Murshalman Chaniago SH MM, Kasubag Humas Dan Hukum RSAM Bukittinggi-pen) mengatakan Tegar kini ada dirumah Sakit dan mendapat perawatan prima serta disayangi oleh para perawat, batinku bersorak gembira, kegamangan dan kecemasanku melayang hilang seketika.
Pak Cha bersama pak satpam sedang melihat Tegar talalok (tertidur) pules
Pada kesempatan ini kepada Ibuk Elsa Madona yang baik hati, aku ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga pada beliau yang telah repot lantaran perbuatanku sehingga seharusnya beliau pulang habis berobat terlambat akibat harus menunggu aku saat aku menitipkan bayi dengan alasan ke WC tak kembali lagi.
“Ibu Elsa, ibu sedang dimana? semoga ibu membaca tulisan bapak yang menuliskan kisahku ini, terima kasih ya bu.. Nasib baik masih berpihak pada ku, beruntung aku memilih ibu Elsa. Sebelum Tegar kuserahkan kepada ibu Elsa, lama aku mencuri pandang ke beliau, diam diam kuamati semua orang yang ada diri Poliklinik itu, hatiku pada waktu itu berkata mungkin ibu Elsa lah orang yang bisa kupercayai untuk Tegar. Waktu itu aku sangat yakin diantara seramai itu pasien, pilihanku jatuh pada ibu Elsa Madona dan nama beliau itu belakanagan bari ku keketahui.
Baca kisah sebelumnya klik disini;
Walupun pada akhirnya ibu Elsa Madona menyerahkan Tegar Ke RSAM Bukittinggi, ini bukti ibu Elsa Madona telah menyelamatkan Tegar sehingga urung berpisah dengan ibunya yang durhaka ini.
Saat Pak Cha menanyai aku di ruangannya, Pak Cha berkali kali menyatakan, bahwa si Tegar ini ganteng, kini dalam kondisi sehat, selama dalam perawat RSAM, berat badan Tegar bertambah beberapa ons. Apakah ibu tidak menyesal meninggal anak ibu? Tanya Pak Cha.
Aku tak bisa menjawab dan merangkai kata kata bagaimana suasana kebatinan ku setelah menitipkan Tegar, melihat ibu ibu menggendong babynya, aku tak sanggup, ingin meraung sejadi jadinya melepaskan rasa rindu yang tak tertahankan pada si Tegar.
“Mmmm, namanya bagus itu, Tegar,” komentar Pak Cha
“Iya pak, itu sengaja kuberikan agar dia sebagai seorang laki laki tetap tegar ketika menghadapi gelombang hidup ini, jangan dia sama seperti ibunya,” jawabku pada pak Cha.
“Apakah ibu tahu bahwa tindakan ibu ini akan berdampak hukum?”
Persoalan hukum itu tidak terbayang sebelumnya sampai pak Cha menyebutkan aku akan tersandung persolan hukum, saat itulah aku baru tahu bahwa tindakan ku melanggar hukum di negara kita. Bukan hanya hukum Negara yang kulanggar tapi hukum Allah pun telah kulanggar. Astaghfirullah….
Pendidikan ku memang tamatan SMP tapi persolan hukum aku tidak mengerti. Yang ku tahu bila orang bersalah dia akan dihukum dan dijebloskan ke dalam penjara. Aku takut membayang itu. Tapi aku pasrah, apapun yang tejadi akan kuhadapi yang penting aku dapat kembali bersama putra ku yang disebut ganteng oleh pak Cha.
Pak Cha bertanya alasan ku kenapa tega menitipkan Si Tegar?
Kujelaskan sejak Tegar lahir pendapatan ku sebagai pengupas bawang berkurang, pekerjaan dilangsungkan, anak juga diasuh, hal ini membuat penghasilan berkurang.
Tiga hari sebelum tegar kutitipkan pada Bu Elsa di rumah sakit, pemilik rumah tempat aku kos meminta sewa rumah, aku hanya punya uang sepuluh ribu, sudah 2 hari tak makan nasi.
Lapar dan panik memikirkan sewa rumah, kondisi ini membuat aku harus menitipkan tegar….
“Trus ibu yang menulis kertas dengan nama dan alamat Tegar?” kata Pak Cha sambil menyodorkan selambar kertas kecil.
Iya pak…, sebab aku berharap kelak Tegar mencari ibunya. Kertas itu memang aku tulis dan aku taruh di dalam kantung plastik, agar ibu Elsa Madona tahu nama tanggal lahir serta kampung Tegar.
Kepada pak Cha tidak kusampaikan, selain tujuan untuk mengetahui identitas Tegar, nama, tempat tanggal lahir serta kampung Tegar untuk mengetahui identitas, juga aku berharap suatu saat kami bertemu kembali, seandainya aku telah meninggal dunia, kuberharap Tegar masih bisa mencari pusaraku, bersimpuh serta berdoa agar Allah mengampuni kesalahan ku sebagai ibu kandungnya yang pernah menitipkan dia kepada orang lain. Doa anak Sholeh pasti akan menyejukkan orangtuanya dialam kubur. Insya Allah…
Bersambung….