Wartawan Infogunungkidul.com Diusir dalam Acara PDI Perjuangan
Wonosari, – Dugaan kekerasan terhadapy wartawan dalam bentuk intimidasi dan pengusiran kembali terjadi di Gunung Kidul, provinsi Yogyakarta. Kali ini menimpa Bambang Wahyu Widayadi wartawan www.infogunungkidul.com Minggu (18/3/2018).
Kepada wartawan ia menceritakan, sekitar pukul 09.05 Wib saya masuk ke area Gedung DPRD Gunungkidul, saat itu suasana masih sepi. lantas, saya duduk dibibir pintu barat ruang paripurna dan ketemu Suharno, SE, Ketua DPRD. Beliau wira-wiri, saya bertanya jam dimulainya Rakorda.
“Nanti jam 10: 00 Wib,” ujar Suharno singkat ditirukan Bambang Wahyu Widayadi Rabu (21/3/2018).
Kata Bambang, saat itu saya masih menunggu di depan pintu barat, dan saya bertanya ke Bambang Krisnadi, anggota DPRD DIY mengenai pengertian istilah Rakorda Diperluas.
“Rakorda hari ini ditambah pengurus ranting. Biasanya hanya sampai ke tingkat PAC,” jawab Bambang Kris.
Waktu itu, saya juga bertemu Sekretaris DPC PDIP, Drs. Sugito, tetapi tidak bertegur sapa.
Pukul 10.30 WIB saya bergeser ke pintu timur, acara dimulai. Seorang Satgas bicara, “Mau masuk apa di luar,” tawarnya.
Lantas, saya masuk, kemudian pintu pun di tutup. Saya sempat merekam beberapa video kegiatan seperti pembacaan teks Pancasila, sampai pidato pengarahan Idam Samawi selaku Pengurus DPP PDIP.
“Apa di sini ada wartawan? Tolong yang sikret gak usah ditulis,” pesan Idam ditirukan Bambang.
Mulai titik itulah saya diminta keluar oleh salah satu panitia. Saya digandeng Drs. Sugito, mendadak beberapa satgas mendekati saya, meminta agar semua rekaman dihapus.
Saya menuruti kemauan mereka. Sugito, Suhardi Santoso dan Budi Dwi Winasto meminta, agar saya pulang. Mereka adalah tokoh PDIP Gunungkidul.
“Saya mengambil SPM yang saya parkir di garasi barat Gedung DPRD. Selebihnya saya tidak tahu. Dengan sepeda motor saya pergi lewat gerbang barat. Termasuk jam kepulangan, saya tidak ingat,” ujar Bambang.
Dirinya tidak tahu kalau Rakorda Diperluas adalah tertutup.
“Sepemahaman saya, Gedung DPRD Gunungkidul adalah fasilitas publik,” demikian Bambang Wahyu Widayadi menjelaskan. (Rel)