.

“GIRIANG GIRIANG PERAK” (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 15..

Bagi yang belum baca Bag sebelumnya dapat diklik dibawah ini;

“GIRIANG GIRIANG PERAK” (Oleh; Makmur Hendrik) Bag 14

Sambungan dari Bag 14….

Ada apa…!? tanya Datuk Sipasan.

Kedua perempuan yang kini sedang berangkulan saking takutnya itu masih tak bisa bersuara. Tapi salah seorang menunjuk pada sebuah batu yang berada dalam air. Beberapa orang melompat untuk melihat.
Mereka turun ke air. Lalu mengangkat sebuah benda yang menyebabkan kedua perempuan itu ketakutan. Seruan seruan tertahan terdengar dari mulut yang lain ketika benda diangkat itu ternyata sesosok mayat lelaki.

Tak ada bekas luka. Dan nampaknya lelaki itu baru mati. Mayat itu mereka letakkan di atas batu dekat Datuk Sipasan. Sebelum mereka mengenali mayat itu, seorang perempuan yang datang kemudian terdengar berseru.

Hei, dia salah seorang dari penyamun di Bukit Tambuntulang itu. Dia yang merangkak ke pedati Rukayah…. perempuan yang bernama Rukayah yang dia sebut itu ternyata salah seorang di antara yang terkejut tadi.

Berang Rukayah timbul tiba tiba. Dia mengambil sebuah batu sebesar kelapa kecil. Kemudian dengan menyumpah nyumpah, dia memukul kepala mayat itu.
Kurejam kau… jahanam … jahannam! Ini atas nista yang kau perbuat pada diriku… jahannamm!! perempuan itu menyumpah nyumpah sambil memukuli mayat tersebut. Datuk Sipasanlah yang akhirnya menenangkannya.
Tak baik menganiaya mayat. Betapa pun juga, dia kini adalah jenazah yang tak berdosa. Ruhnya yang berbuat jahat itu telah pergi….

Tapi dia telah menistai diriku…. pekik perempuan itu sambil menangis.
Dia teringat lagi betapa lelaki itu sore kemaren menggerayangi tubuhnya yang padat itu. Meremasi dadanya. Meremasi pinggulnya setelah merenggutkan kainnya. Dia menghimpitnya. Mengingat ini, perempuan itu tiba tiba melemparkan batu besar itu ke kepala mayat tersebut. Kemudian dia berlari ke pedatinya.

Di sana dia memeluk suaminya yang dalam pertarungan kemaren terluka parah. Dia menangis di dada suaminya. Si suami mengerti nista yang telah menimpa diri isterinya. Dia pegang kepala isterinya itu dan mengelusnya dengan lembut.

Tenanglah Rukayah… tenanglah. Jangan menangis juga. Tak ada yang perlu kau sesali. Tak perlu kau pikirkan. Engkau tetap isteri yang kucintai. Dalam pertempuran banyak hal yang bisa terjadi Rukayah….
Tapi Uda akan membenciku… Uda akan meninggalkan aku….

Siapa yang mengatakan itu? Aku bangga engkau melakukan perlawanan. Engkau telah berjuang melawan mereka. Dan aku bersyukur, engkau masih hidup. Engkau tetap ibu dari anak anakku. Aku takkan meninggalkan dirimu. Percayalah Rukayah….

Perempuan itu menangis lagi di dada suaminya. Sementara itu, di tepi telaga kecil di bawah air terjun Batang Anai tadi kaum lelaki masih mempertanyakan tentang sebab kematian penyamun tersebut.

Dia mati di atas sana. Dan jatuh kemari bersama air terjun…. Si Giring Giring Perak berkata perlahan. Semua orang menoleh padanya.
Di atas sana masih ada dua bangkai lagi. Yang satu di dalam goa. Yang satu tersangkut di dahan kayu….

Merekakah yang menculik Siti Nilam? Datuk Sipasan bertanya.

Si Giring Giring Perak mengangguk. Kemudian berjalan perlahan ke dekat api unggun. Yang lain bubar satu satu.

oOo

Pagi itu setelah mereka shalat Subuh berjamaah, anak muda berbaju serba putih itu kembali mengobati yang luka luka. Mengganti obat obat dari daun dan akar kayu yang dia pasang malam tadi. Perempuan perempuan bertanak. Mengeluarkan dendeng dan palai yang mereka bawa dari Pariaman.

Kenapa Datuk meninggalkan Pariaman…? tanya anak muda itu pada Datuk Sipasan, tatkala dia mengganti balut luka di rusuk datuk itu.

Belanda menyerang negeri itu sejak enam bulan yang lalu. Mereka berhasil menduduki pantai sebelah utara. Setiap hari mereka menyerang perkampungan….

Lalu Datuk meninggalkan kampung itu…?

Ya. Saya harus menyelamatkan sebahagian penduduk untuk tak jatuh menjadi tawanan dan budak. Banyak lelaki yang telah tertangkap, lalu dibawa dengan kapal dalam keadaan dirantai. Kabarnya mereka dijadikan budak belian di daratan Eropah, yang letaknya entah di mana. Yang perempuan dijadikan pemuas nafsu….

Kenapa tak menyusun kekuatan untuk melawan…?
Sudah kami coba. Tapi kekuatan kami amat terbatas. Apalagi di antara Penghulu Suku ada yang berkhianat. Lebih memerlukan uang dan pangkat daripada harga diri….

Kini apa rencana Datuk…?
Mengungsikan kaum wanita ke tempat aman. Lalu coba menghubungi kaum Paderi di Luhak Agam. Kami akan coba minta bantuan mereka melawan Belanda….

Ya, saya pernah mendengar nama Kaum Paderi disebut sebut….

Mereka adalah golongan Islam yang baru muncul. Dewasa ini pimpinannya adalah Tuanku Nan Renceh. Bermarkas di Kamang. Kami ingin menggabung diri dengan mereka….

Anak muda itu terdiam.
Hei Giring Giring Perak, maafkan, saya ingin bertanya lagi tentang dirimu. Boleh?

Anak muda itu mengangguk.

Saya sudah cukup lama mengenal daerah ini. Tapi seingat saya, tak seorang pun guru silat yang berdiam di Gunung Talang. Gunung itu terlalu angker dan angkuh. Malam tadi engkau bercerita bahwa engkau dan gurumu berdiam di sana. Begitu?
Anak muda itu mengangguk lagi.

Kalau saya boleh tahu, siapakah nama….

Bersambung ke Bag 16…

Catatan Redaksi : Foto diatas bukan gambar Siti Nilam tapi foto Ketua TP-PKK Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni tak ada kaitan dengan cerbung ini digunakan hanya sebagai foto ilustrasi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *