Dharmasraya

3 Kelompok Tani Berburu Mancik Diareal Lahan Persawahan Mereka

.

Dharmasraya, pilarbangsanews.com – kelompok tani Mulia, Makmur dan Sentosa di wilayah Padang Bintungan ( Blok D Sitiung I) nagari Sialanggaung kecamatan Koto Baru lakukan goro antisipasi serangan Tikus sawah, Rabu (2/5).

Tikus sawah (Rattus orgentiventer) atau “mancik” dalam bahasa Minangnya merupakan salah satu hama penting dan momok yang menakutkan bagi petani padi sawah karena bisa menyebabkan kehilangan hasil produksi sangat tinggi. Apabila tanaman padi sudah terserang hewan pengerat ( rodentia) ini, niscaya akan terus bertambah, disisi lain tanaman yang diserang tidak dapat dipulihkan kembali. Kontras dengan beberapa jenis hama dan penyakit, jika dikendalikan akan dapat pulih kembali. Ironis memang, jika tidak ada antisipasi lebih awal, petani hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan akan kehilangan hasil bahkan lebih ekstrim lagi PUSO ( gagal panen).

Beranjak dari sebuah ungkapan yang berlaku di masyarakat, bahwa ” Mencegah lebih baik daripada mengobati” dan pengalaman pahit petani dimasa lalu, 3 kelompok tani yang berkekuatan 40 orang melaksanakan buru tikus dihamparan seluas 63,5 hektar sebelum dilakukan penanaman.

Didampingi oleh Koordinator BPP Koto Baru, Rais, A.Md, Penyuluh Pertanian M.Haris Chan, SP, POPT kecamatan Koto Baru H. Edi Suherman dan Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Pangan Dicky Wahyudi, S.Pt , petani sangat antusias kegiatan buru tikus yang seharusnya dilakukan oleh setiap kelompok tani menjelang turun ke sawah. ” Ucapan terima kasih kepada jajaran Dinas Pertanian yang telah mendukung kegiatan ini.

Mudah-mudahan musim tanam yang akan datang tidak ada serangan tikus dan produksi lebih meningkat” tandas Suyoto sebagai ketua kelompok tani Sentosa didampingi oleh Sukadi dan Alek Sartono sebagai ketua kelompok tani Mulia dan Makmur. Didasarkan dari usulan petani untuk bantuan tiran / emposan, Dinas Pertanian mengalokasikan sebanyak 9 dus atau 900 sumbu. Walaupun sebenarnya jumlah tersebut belum mencukupi karena pada awal pertanaman juga perlu dilakukan pengemposan lubang aktif sebagai sarang tikus.

Mengingat fatalnya serangan hewan yang sangat aktif pada malam hari dan perkembangan populasi yang bisa mencapai 1.270 ekor perpasang pertahun ini, pengendaliannya harus dilakukan secara terpadu baik secara fisik, hayati, sanitasi, kultur teknik, mekanik dan kimia. ” Efektifnya pengendalian harus terpadu dan melibatkan lingkungan sekitarnya” jelas Ir. Herizon selaku Kepala Bidang Pangan seraya mengapresiasi kelompok tani yang kreatif dan selalu belajar dari pengalaman.

Selanjutnya alumnus Fakultas Pertanian Unand angkatan 1981 ini juga menjelaskan beberapa tips terkait pengendalian hama ini diantaranya pembersihan lahan / sanitasi lingkungan, buru tikus secara langsung, tanam serentak, penggunaan musuh alami/predator seperti burung hantu, penggunaan rodentisida dan fumigasi (pengomposan).

” Dalam rangka pengaman produksi dan mengantisipasi kerugian petani , kegiatan buru tikus ini perlu dikembangkan kedepan. Sangat disayangkan, tanaman yang tumbuh subur tiba-tiba diserang oleh tikus” tandas Darisman, S.Si, MM.

Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian ini juga berharap mimpi petani jadi nyata dengan produksi usahatani yang optimal dan gembira saat panen dan lebih sejahtera tentunya.
(Dmc/nofsan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *