MENOLAK HOAKS (Tulisan Juhairi Tajalli)
Di sosial media ada orang yang tega membuat berita dusta (hoaks) dengan sangat meyakinkan. Disertai dengan data dan deskripsi yang yang sangat menarik. Barangkali tujuan si pembuat berita agar berita yang ia buat bisa viral. Sehingga namanya bisa tenar. Namun ujung-ujungnya ternyata berita yang ia buat tidak benar !
Tetapi kenapa banyak orang yang suka dan percaya bahkan rela menyebarkannya ? Akibatnya berita dusta akan terus mengalir dan terus berkembang. Apakah mereka menganut karakter praktis “sok tahu”. Atau dalam istilah Bahasa Banjar “pina panahunya”. Padahal hasilnya tentu saja bukan memberikan informasi yang benar. Bukan kedamaian yang dirasakan. Tetapi justru menimbulkan keresahan karena terjadi kesalahpahaman.
Terkadang ada orang yang katanya terjebak dengan berita dusta yang ia terima melalui berbagai sosial media yang ada. Karena penyebabnya tanpa pikir panjang langsung menyebarkannya kepada orang lain. Barangkali juga terbius dengan doa si pembuat berita. Karena biasanya ada pesan barang siapa yang memberikan like dan menyebarkan berita ini semoga diberikan rezeki yang luas.
Sebenarnya kita dikaruniai akal dan pikiran yang mendukung agar logika kita dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Agar apa yang kita lakukan sebelumnya dipikirkan terlebih dulu secara matang. Sehingga diharapkan tindakan kita tidak akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Fungsikan dengan sebaiknya akal pikiran atau logika kita yang sehat. Sebab apabila kita tidak berpikir panjang terlebih dulu dan langsung saja bertindak, maka akibat negatif akan mempengaruhi orang lain. Begitu juga akan berakibat sebaliknya kepada kita sebagai nara sumber berita. Termasuk penyambung berita atau penyebar berita.
Sedangkan langkah efektif yang sederhana yang harus kita lakukan terhadap berita dusta adalah dengan melawannya secara bijaksana. Ketika kita menerima sebuah berita maka hendaknya berpikir dan merenungkan sejenak. Maka biasanya akan menimbulkan perlawanan dengan kontrol logika kita. Sehingga tidak perlu ada like apalagi komentar. Dan biarkan saja berita tersebut berlalu seperti debu.
Jika kita terpengaruh dan memberikan apresiasi terhadap berita tersebut. Maka kita berarti telah memberikan dukungan akan kebenarannya. Padahal kita sendiri tidak mengetahui kebenarannya. Bahkan tidak terasa secara sukarela menyebarkannya. Padahal Allah sudah memberikan peringatan terhadap kita yang telah melakukan pelanggaran terhadap regulasi Allah di bidang informasi dan komunikasi melalui berbagai sosial media yang ada.
Bahwa kita jangan sampai mengikuti dan percaya begitu saja dari sesuatu yang belum kita ketahui kebenarannya. Apalagi dengan bergegas menyebarkannya. Karena apa yang kita lihat dan kita dengar akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Allah. Sehingga kita perlu berpikir berkali-kali membaca berita dusta. Dan berpikir lebih berkali-kali apakah berita dusta layak atau tidak layak untuk diteruskan.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra’ : 36.
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”