.

Debat Icak Icak Mestinya Juga Dibenci

BATANG KAPEH, PILAR BANGSA NEWS,–

Debat Icak Icak itu bahasa Minang, kalau ditranslistkan ke bahasa Indonesia dibaca debat-debatan atau main debat-debatan.

Lha kok beraninya anda bilang main debat-debatan?

Kalau saya berani lantas saya mau diapain?

“Ow kamu nantang ya,”

“Gak saya tidak nantang,”

“Kamu bilang debat presiden itu debat debatan, itu kamu sudah melecehkan KPU. Bahaya lho melecehkan lembaga Pemilian Umum itu.”

“Siapa yang bilang debat presiden debat debatan. Saya gak bilang begitu. Kamu kok mikirnya lompat lompatan. Orang tak bilang itu kamu bilang begitu.”

Lantas kamu mau nerusin bilang apa dengan debat Icak Icak itu?

Saya mau bilang hindarilah berdebat. Sebab berdebat itu sesuatu pekerjaan yang sia sia yang akan menyisakan sakit hati bagi yang kalah, dan Nabi Muhammad SAW pun mengatakan Allah benci pada orang suka berdebat.

“Ah kamu nyebut nyebut Allah… Nyebut nyebut Agama, ini dunia bung, ini politik jangan campur adukkan politik dengan agama,”

Ow Ndak boleh ya kalau membahas politik kita sebut sebut agama?

Ya gak boleh lah, ini urusan dunia, bukan urusan akhirat.

“Kalau gak boleh nyebut agama saat membahas urusan politik, kita hilangkan saja Ketuhanan Yang Maha Esa dari sila pertama Pancasila itu. Kita ganti dengan dengan kalimat yang lain. Setuju?”

“Ow kalau itu tidak, saya bukan ateis dan bukan pula komunis.”

Nah kalau kamu seorang yang mengaku beragama Islam ini hadist dan ayat yang melarang kita berdebat.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ

“ Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya. “(HR. Bukhari, no. 4523; Muslim, no. 2668)

Allah berfirman dalam ayatNya;

ادِعِ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَه

“ Serulah manusia di jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .” (QS. An-Nahl: 125) (Penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Surat Al-Baqarah: 124. Dinukil dari Syarh Al-Kabair , hlm. 217-218)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46]

Nabi bersabda:

اِقْرَأُوْا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوْبُكُمْ فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُوْمُوْا عَنْهُ

“Bacalah Al-Qur`an selama hati-hati kalian masih bersatu, maka jika kalian sudah berselisih maka berdirilah darinya”. [Shohihain]

Dan dalam Al-Musnad dan Sunan Ibnu Majah –dan asalnya dalam Shohih Muslim- dari ‘Abdullah bin ‘Amr :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ وَهُمْ يَخْتَصِمُوْنَ فِي الْقَدْرِ فَكَأَنَّمَا يَفْقَأُ فِي وَجْهِهِ حُبُّ الرُّمَّانِ مِنَ الْغَضَبِ، فَقَالَ : بِهَذَا أُمِرْتُمْ ؟! أَوْ لِهَذَا خُلِقْتُمْ ؟ تَضْرِبُوْنَ الْقُرْآنَ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ!! بِهَذَا هَلَكَتِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ

“Sesungguhnya Nabi SAW pernah keluar sedangkan mereka (sebagian shahabat-pen) sedang berselisih tentang taqdir, maka memerahlah wajah beliau bagaikan merahnya buah rumman karena marah, maka beliau bersabda : “Apakah dengan ini kalian diperintah?! Atau untuk inikah kalian diciptakan?! Kalian membenturkan sebagian Al-Qur’an dengan sebagiannya!! Karena inilah umat-umat sebelum kalian binasa”.

Bahkan telah datang hadits (yang menyatakan) bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah kepada sebuah ummat. Dalam Sunan At-Tirmidzy dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja””.

Banyak hadist yang menyatakan debat itu tidak baik. Tapi kenapa kita suka berdebat? Kenapa kita sepakati ada debat presiden? Padahal tidak ada hubungan seorang yang pandai berdebat akan pintar memimpin.

Hasil dari perdebatan itu yang kalah akan terkapar karena separoh nyawanya telah tercabut dari ubun ubunnya.

Makanya Abak gaek (kakek) saya kalau dia masih hidup dia tak akan memilih pemimpin yang pandai berdebat, sebab kalau nanti dia salah saat tampuk kekuasaan sudah ditangannya, masyarakat tak akan bisa memprotes, karena dia pintar bersilat lidah. Pintar berdebat, kata ayah gaek saya identik dengan pintar bacaliah (berbohong) seribu alasan bisa dibuat seolah olah dia tak harus memikul tanggung jawab kesalahan yang telah diperbuatnya.

Nah sekarang kita mau pilih yang mana? Terserah kita masing masing dibilik suara pada 19 April 2019 mendatang…. Yang jelas ambo tidak terpengaruh dengan hasil debat itu… (YY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *