.

Ambisi Berkuasa Kalahkan Nilai Nilai Moral

Bandung, Pilarbangsanews.com,–

Kondisi masyarakat kita sekarang ini bener bener sangat memprihatinkan karena sudah kehilangan jati diri sbg bangsa yg selalu menjunjung nilai nilai kemanusiaan. Nilai nilai luhur warisan nenek moyang sudah berada pd titik nadir. Kerukunan hidup berbangsa dan kerukunan hidup beragama kini sudah semakin bias. Bangsa kita sudah semakin terkotak-kotak, ada sekat dan dinding penghalang ketika kita berbeda, baik agama, suku, etnis, bahasa bahkan pilihan politik.

Saya melihat faktor politik memberikan peran yg sangat signifikan terhadap merosotnya nilai nilai kehidupan berbangsa, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan beragama. Kita bisa melihat bagaimana segelintir org begitu sangat membenci kepada presidennya. Padahal kalo mau jujur banyak keberhasilan dan pencapaian presiden dibandingkan presiden presiden sebelumnya.

Dalam hal ini saya melihat Oposisi bener bener berhasil mempengaruhi pikiran bawah sadar masyarakat dengan memberikan informasi yg tidak berimbang. Mereka hanya memberikan informasi informasi negatif dan tidak sedikitpun memberikan apresiasi terhadap prestasi dan pencapaian pemerintah. Inilah yg membuat negara selalu gaduh. Oposisi mestinya punya tanggung jawab moral untuk tidak membuat kegaduhan di negara ini. Oposisi mesti mau jujur menginformasikan pencapaian Pemeritahan sekarang dibarengi dengan penawaran program alternatif yg lebih baik. Oposisi di negara negara Eropa mampu memainkan peran ini. Mereka mampu menjadi penyeimbang sehingga program yg dijalankan pemerintah terkontrol dengan baik. Bukan sebaliknya malah merecoki bahkan terkesan menghalangi apa yang sedang dikerjakan oleh pemerintah agar pemerintah jatuh di mata publik.

Sekali lagi saya merasa iba dan prihatin melihat kondisi masyarakat kita yg semakin hari semakin jauh dari nilai nilai luhur walaupun secara pisik berpenampilan agamis. Segelintir dari mereka rela menghalalkan segala cara, adu domba dan fitnah hanya demi ambisi kekuasaan. Tidak perduli bangsa terpecah sebagai taruhannya. Benar apa yg dikatakan leluhur dalam Uga Wangsit Siliwangi bahwa agama akan dijadikan topeng dlm merebut kekuasaan. Bangsa kita akan terkotak-kotak dan saling membenci. Nafsu angkara murka tersembur dari mereka yg mengaku faham akan agama. Jangankan ke mereka yg berkeyakinan lain, ke sesama muslim pun berani mengatakan munafik dan mengkafir kafirkan bahkan mempersekusi ketika tidak sehaluan dengan pemahaman mereka. Miris memang. Tapi saya masih punya optimisme bahwa kebenaran akan datang pada waktunya. Secercah cahaya akan menyingkap kegelapan. Semoga

Yan Sumaryana, penulis
Alumni SMA Bandung Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *