Erman Tolantang

Mengalah Atau Berjuang Lawan Kecurangan ?

HIKAYAT
DODON TEA dan UMAR GALIE

Oleh Ermanto Tolantang (Komunitas Sansai Film, Padang, Indonesia)

Episode 1 s.d episode 21 bisa diklik disini;

Kuota Haji Ditambah Raja Arab, Dana Haji Kabarnya Terkuras. Kenapa?

Episode (22)

Mengalah Atas Kecurangan

Dengan mengantarkan rupa yang tampak agak letih, Umar Galie segera menyandarkan tubuhnya yang lunglai itu di pojok lepau yang sering juga digunakan Buya Bahar. Selain keletihan fisik, agaknya keletihan Umar Galie terlebih disebabkan oleh keletihan pikiran atas perkara-perkara kampung ini. Jangankan Umar Galie, orang setegar Buya Bahar pun mengakui bahwa dia mengeluh dan letih memikirkan perkara kampung yang terus-menerus dihadapinya.

“Bagaimana dengan keadaanmu sekarang Umar? Emak doakan semoga Umar sehat, baik sehat fisik maupun sehat pemikiran. Maksud Emak, pemikiranmu tidak terganggu oleh perkara-perkara kampung yang kita hadapi ini,” ujar Emak Iyai menggoda Umar Galie.

“Emak, menilik perkara demi perkara kecurangan yang kasat mata pada pemilihan kepala kampung kita ini, akankah kita harus mengalah Emak? Umar meminta pandangan dan motivasi dari Emak. Kadang-kadang muncul juga pemikiran di dalam diri Umar untuk mengalah dan membiarkan saja kecurangan itu menurut sekehendak hatinya sahaja lagi Emak. Jadi, biarkanlah kecurangan itu terjadi menurut sekehendak perutnya saja lagi,” Umar Galie mengeluh panjang kepada Emak.

“Untuk keluhan Umar itu, Emak jelas saja tidak setuju. Emak minta, Umar jangan berputus asa untuk memperjuangkan kebenaran di kampung ini. Kebenaran harus diperjuangkan walaupun itu sulit. Emak berharap kebenaran hanya bisa diperjuangkan oleh Umar dan Buya berdua sahaja. Yang lain tidak,” harapan Emak Iyai.

“Tidak adakah yang lain untuk memperjuangkan kebenaran agar benar atau tidaknya kecurangan demi kecurangan menjadi jelas perkaranya. Kita ingin terang duduk tegaknya perkara kecurangan itu di kampung ini,” ujar Umar Galie.

“Umar, untuk memperjuangkan kebenaran di kampung ini tidak mungkinlah Emak berharap kepada Dodon Tea dan Udin Kardus. Kalau itu Emak lakukan jelas saja seumpama Emak mempertaruhkan seonggok ikan asin kepada dua ekor kucing, ” jelas Emak Iyai.

Hati dan pemikiran Umar Galie tampaknya terkesiap juga dan termotivasi atas kalimat Emak yang terakhir itu.

“Iya Emak, Umar akan tetap laksanakan pinta Emak itu. Beberapa hari terakhir ini, Umar sempat berpikir kalau-kalau hanya Umar yang berjuang terhadap kecurangan-kecurangan tampaknya kasat mata terjadi. Angka-angka dan jumlah suara dipermainkan, digelembungkan, dan dikurangi secara tidak adil,” keluh Umar Galie.

“Kalau perkara pengelembungan suara itu, Emak jadi ingat dengan binatang pada malam hari di dalam bandar depan lepau ini,” ujar Emak Iyai.

“Maksud Emak binatang yang pada waktu kecil disebut kecebong dan besar menjadi kodong yang biasa menggelembungkan suara itu pasti ya,” sambung Umar Galie yang sembari tertawa bersama Emak Iyai.

“Binatang malam mancit bersayap yang suka melibas putik buah buahan itu namanya apa Don,” Umar Galie bertanya pada Dodon Tea.

“Menurut anak mellenial sekarang kalau enggak salah itulah yang disebut dengan kampret,” ucap Dodon menjelaskan.

“Benar sekali kau Umar. Kini Emak minta Umar dan Buya Bahar harus tetap berusaha untuk memperjuangkan kebenaran yang merupakan harapan masyarakat kampung ini,” ujar Emak Iyai yang nampaknya tak ingin membahas istilah Cebong dan Kampret.

“Tapi persoalannya menjadi terasa rumit juga Emak,” timpal Buya Bahar, saraya berkata, kubu sebelah pendukung calon kepala kampung kita ini, mereka pun berjuang demi sebuah kejujuran.

“Kalau begitu ayo sama sama berjuang melawan kecurangan, agar hasil pemilu kepala kampung kita benar-benar berkeadilan dan bekwalitas,” ujar Umar Galie manutup diskusi pagi ini.

Klik disini episode 23

Prof Mahmud…! Ini Hikayat DODON Tea dan UMAR Galie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *