MAKNA IJITIMAK ULAMA 3 DAN RESOLUSI JIHAD 10 NOVEMBER 1945.
Oleh : Anton Permana.
Dapat hadir bersama-sama dalam ijitimak ulama 3 semalam, adalah suatu kebanggan tersendiri bagi penulis. Berkumpul, saling bersalaman, berpelukan, antar sesama ulama, aktifis dan tokoh nasional.
Tak jarang bulu kuduk ini terasa merinding dan haru. Bagaimana tidak, ribuan manusia berkumpul tanpa pamrih. Wajah wajah tulus bersih para kiyai, ustad, habaib, tak lupa emak-emak militan berhimpun dalam satu ghiroh semangat, satu perasaan, satu tujuan, satu cita-cita untuk memuliakan negeri ini. Dan mereka ini berkumpul dari seluruh perwakilan se Indonesia dengan biaya sendiri, akomodasi sendiri.
Tak ayal, mata ini yg sebelumnya sudah ngantuk terjaga lagi, tubuh ini yang semulanya penat dan letih, tiba-tiba segar kembali. Jiwa ini yang kadang-kadang mulai jenuh bangkit bersemangat kembali. Seolah ada semacam sebaran energi magis yang menyebar diruangan aula lt 10 hotel Lorin tersebut. Subbahanallah. Allahu Akbaru.
Kegiatan ini berjalan begitu hangat dan apik. Standar pengamanan dan sterilisasinya juga tidak main-main. Mulai dari ring 3 oleh para jawara-jawara, pendekar silat baik dari Banten, Betawi, maupun padepokan Jawa Barat lainnya. Tidak lupa para mujahid laskar FPI dgn khas pakaian putih-putihnya. Selanjutnya di ring 2, banyak juga pria berbadan tegap, jenggotan, berpakaian hitam dan loreng khas mujahid timur tengah seperti Hamas. Di ring 1, baru berjejer dgn rapi pria berbaju batik tegap (kembali dengan khas jenggot) dan ID card VVIP di saku kirinya. Amazing. Jangan harap anda yang tidak punya ID card resmi kegiatan bisa tembus naik ke lt 10 (atas). Karena ketatnya pengamanan. Penulis juga sempat kewalahan menembus lantai atas karena tak dapat ID akibat terlambat datang. Mesti dijemput dulu oleh peserta yang ikut didalam.
Semua ini tentu tidak bisa terjadi sedemikian rupa, kalaulah tidak ada sebuah motivasi yg sangat besar. Apalagi kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Bapak Prabowo Subianto. Dan kehadiran Prabowo dikegiatan ini bukan sekedar basa-basi seperti pidato, buka acara lalu pulang. Tetapi Prabowo dengan khidmad mengikuti bahkan ikut juga berdiskusi merumuskan point-point hasil ijitimak ulama 3 ini.
Ini adalah sebuah pesan yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh penguasa hari ini. Ada puluhan juta rakyat yang siap menunggu instruksi dari para Ulama yang berkumpul ini. Ini bukan asal kecap doang. Aksi 411, 212, bahkan tumbangnya Ahok dengan hina adalah buah hasil dari gerakan para ulama yang turun gunung. Bahkan hasil Pilpres dan Pemilu hari ini membuktikan bahwa, Ulama masih pegang kendali sosial politik rakyat Indonesia.
Hal ini mengingatkan kita kembali kepada aksi heroik para pejuang pendahulu kita 10 November 1945. Yang turun berbondong-bondong kemedan tempur melawan Sekutu hasil dari resolusi Jihad yang disuarakan para ulama. Dahsyat dan sangat fantastis hasilnya. Sekutu yg ketika itu sudah begitu percaya diri dan anggap remeh bangsa Indonesia, akhirnya menyerah dan hengkang dari bumi pertiwi.
Dan penulis merasakan satu aura yang sama antara ijitimak ulama 3 ini dengan resolusi jihad 10 November 1945. Dengan rangkaian makna seperti dibawah ini :
1. Ijitimak Ulama adalah bukti bahwa kondisi negara dalam keadaan super darurat. Fungsi negara mati. Aparat lumpuh. Sendi penyelenggara pemilu (mulai dari KPU, Bawaslu, KPUD, PPK) membeku bak batu. Yang terjadi pada Pilpres dan Pemilu hari ini bukan lagi kecurangan, tetapi sudah kejahatan luar biasa kepada negara dan kedaulatan rakyat.
Dan ulama adalah tempat terakhir ummat mengadu. Ulama lah tempat rakyat berkonsolidasi. Sebagaimana rakyat Suroboyo menghadapi ultimatum tentara sekutu ketika itu. Cuma bedanya sekarang, kalau dulu yang hadapi tentara asing dengan ancaman ultimatumnya, sekarang yang dihadapi adalah mantan tentara dengan ancaman seruan ‘perang total’ nya kepada rakyat yang telah memberinya makan selama jadi tentara.
2. Ijitimak ulama selayaknya resolusi jihad November 1945. Sebuah seruan dari ulama panutan ummat untuk dijadikan dasar, payung syariat dalam mengambil sebuah keputusan penting atas nasib bangsa dan negara.
Dan ingat wahai penguasa. Ketika ijitimak ulama ini sudah dikeluarkan, berarti rakyat sudah tak peduli lagi dengan pangkat dan jabatan mu apa. Rakyat sudah tidak peduli lagi kamu punya senjata, baracuda, pistol gas air mata atau apa saja. Sebagaimana para kakek pejuang terdahulu ketika resolusi jihad melawan sekutu. Jiwa raga telah disiapkan untuk bangsa dan negara. Bambu runcing pun akan kami jadikan senjata melawan baracuda dan gas air mata. Hidup mulia atau mati syahid.
3. Ijitimak ulama akan menjadi guidence rakyat untuk melakukan jihad total kepada penguasa jahat. Yang telah merampas kedaulatan rakyat dengan kejahatan pemilu. Ada 3 tahapan ancaman soliditas dalam bernegara yaitu ; Disorientasi, Fisfungsi, dan Disintegrasi. Artinya, secara orientasi dan fungsi rezim sekarang ini sudah terbukti secara terang benderang lari dari konstitusi negara. Dan mau memaksakan kemenangan paslon 01 dengan brutal dan sadis. Ratusan petugas penyelenggara KPU dan Bawaslu pun sampai kehilangan nyawa yang ‘katanya’ karena kelelahan.
Rakyat seakan dibuat bodoh, dengan propaganda adu domba diksi hoax, ujaran kebencian, dan anti pancasila. Padahal itu semua adalah trik teori kontradiksi rezim ini membolak balikan fakta dengan sihir media. Rakyat dipaksa percaya, sedangkan kejahatan didepan mata. Rakyat dibungkam diam, sedangkan kejahatan terjadi siang dan malam. Rakyat yang melawan malah dijadikan penjahat oleh aparat. Tayangan berulang-ulang kemenangan paslon 01 versi quick count adalah strategi NLP untuk merusak otak dan opini massa. Karena kesalahan yang disampaikan berulang-ulang akan bisa berubah menjadi seolah kebenaran. Dan ini wajib dilawan serta dibumi hanguskan.
Ijitimak ulama hari ini akan menjadi muara dari akumulasi kemarahan rakyat atas tindakan brutal rezim hari ini.
4. Ijitimak ulama dan resolusi jihad adalah jawaban atas keraguan rakyat atas berbagai macam sihir berita dari media hari ini. Yang secara massive terus memberitakan seolah paslon 01 menang. Dengan berbagai macam cara mulai dari DPT siluman dan orang gila, sampai dengan pembakaran kotak kardus suara dan salah input data. Ratusan petugas KPU pun meregang nyawa.
Ijitimak ulama dan resolusi jihad juga bagaikan in charge energi baru yang dahsyat bagi rakyat. Setelah tak ada lagi yang bisa dipercaya dari penguasa hari ini. Kita punya Bawaslu tapi bisu, kita punya Polisi tapi hatinya mati, kita punya TNI tapi masih menahan diri, kita punya kampus dan profesor tetapi malah jadi provokator, kita punya media tapi banyak buat berita dusta dan tipu daya. Ijtimak ulama adalah jawaban konkrit dari kegalauan ummat hari ini. Ijtimak ulama pasti dilahirkan oleh orang-orang yg sholeh, tulus, dan tentu saja mempunyai bashirah (kepekaan mata batin) yang bersumber dari kalam Illahi.
5. Ijitimak Ulama sama dengan resolusi jihad 10 november 1945. Yaitu memberikan pesan TEGAS, bahwa rakyat tidak akan pernah menyerah. Rakyat tidak akan pernah mundur satu centimeterpun. Rakyat tak akan gentar sedetakpun. Karena pintu jihad sudah dibuka. Syahid adalah mulia, sebagai puncak tertinggi dari cita-cita mukmin beriman.
Resolusi jihad 1945 menghasilkan sekutu menyerah dan mengakui kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak mereka akui. Begitu juga dengan Pilpres hari ini. Kalau dulu Soekarno secara de facto jadi Presiden Indonesia tidak diakui secara de jure oleh penjajah Belanda dan sekutu. Hari ini Prabowo adalah presiden Indonesia secara de facto hasil Pilpres 2019 sebenarnya, yang dicoba dirampas oleh KPU dan penguasa secara de jure. Dan untuk melawan ini semualah lahir ijitimak ulama sebagaimana lahirnya resolusi jihad 1945.
Semoga ijitimak ulama tadi malam. Menjadi exit point yang paling sedikit mudharatnya, dari pada langkah revolusi yang pasti akan menghancurkan Indonesia dan membuat asing tertawa bahagia bertepuk tangan.
Lebih baik para pengkhianat bangsa yang kita singkirkan dan hancur leburkan, dari pada harus mengorbankan masa depan bangsa. Dan mari kita kawal dan berjuang bersama-sama para ulama dan para tokoh nasionalis yang masih ada merah putih di dadanya. InsyaAllah !
Jakarta, 02 Mei 2019.
Catatan: artikel ini tanggung jawab penulisnya