.

Enzo dan Idjon Djanbi Akankah Bernasib Sama?

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Dua foto diatas anda kenal? Kalau sudah kenal, tak usah dilanjutkan membacanya, stop saja, cari bahan bacaan dengan judul lain di media kita ini. Tulisan ini untuk mereka yang belum mengenal salah satu diantara 2 foto itu, dan tentu tulisan ini ditujukan sebagai bahan bacaan bagi pembaca yang tak mengenal keduanya.

Foto sebelah kiri, Enzo Zenz Allie, pemuda yang lulus sebagai Taruna Akmil, saat dia ditanya oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, ingin Menjadi Kopassus. Percakapan Panglima bersama Enzo mengunakan bahasa Perancis. Ternyata Panglima TNI kita sangat lancar juga Berbahasa Perancisnya.

Nama Enzo sempat diperbincangkan oleh sejagad di Tanah Air, pemuda blesteran Perancis-Indonesia ini, namanya terpapar sebagai simpatsan HTI sebuah organisasi Islam radikal di Indonesia. Lantaran diakun Facebooknya ada fotonya sedang membawa bandera Hitam bertulisan Kalimat Tauhid yang di Indonesia Bendera itu oleh Pembenci Islam dituding sebagai bendera HTI.

Beberapa petinggi di negeri ini ada yang meminta supaya Enzo mengundurkan diri jika memang ada indikasi sebagai simpatisan HTI.

Namun demikian sebanyak yang tak suka dan benci pada Enzo, yang sayang dan prihatin dengan masalah yang menimpa Enzo juga banyak.

Nah kita cukupkan saja isu Enzo terpapar dengan organisasi radikal, tak usah kita bahas lagi, karena Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa menyatakan tetap mempertahankan Enzo sebagai taruna Akmil.

Taruna Akmil blesteran ini dipertahankan tetap jadi Taruna Akmil pasti bukan karena simpatinya Kasad, melainkan memang berdasarkan hasil tes yang dilakukan terhdap dirinya tidak ditemukan induksi seperti yang diisukan itu.

Terus…, anda tadi sudah melihat foto yang disebelah kanan?

ITU Bukan Foto Ayah Enzo

Dia adalah seorang mantan tentara Belanda. Namanya Rokus Barendregt Visser.

Tak banyak yang tahu kalau si Belanda yang satu ini adalah sebagai Pendiri pasukan elit TNI AD yang kini bernama Kopassus.

Dibawah ini tulisan terkait Rokus Barendregest Visser alias Idjon Djanbi, disadur dari media Merdeka.com.

Idjon Djanbii adalah nama pemilik komandan pertama pasukan elite TNI AD yang kini bernama Kopassus. Komandan Teritorium III Siliwangi Kolonel Kawilarang meminta Mohammad Idjon Djanbi membangun pasukan komando. Pasukan kecil yang tangguh dan mampu bertempur di segala medan.

Dulunya Idjon Djanbi bernama Kapten Rokus Bernandus Visser. Mantan komandan sekolah terjun payung Belanda. Dia anggota pasukan elite Belanda yang akhirnya bersimpati pada perjuangan Indonesia. Visser kemudian keluar dari tentara Belanda. Menikah dan masuk Islam. Dia mengganti namanya menjadi Mohammad Idjon Djanbi dan menjadi petani bunga di Lembang.

Ketika diminta kembali memimpin dan mendirikan Kesatuan Komando Teritorium IIItahun 1952, bukan perkara mudah. Tak ada sumber daya manusia, peralatan dan dukungan dana. Tetapi pelan-pelan Idjon Djanbi mewujudkan sebuah pasukan komando yang handal dengan cucuran keringat dan tetesan darah.

Ternyata tak semua suka kepadanya. Walau sudah masuk Islam, menjadi warga negara Indonesia dan menjadi perwira TNI, tetap saja Idjon dianggap sebagai orang Belanda. Periode 1950an, sentimen itu memang tinggi. Apalagi Idjon Djanbi diangkat menjadi Mayor. Pangkat yang cukup tinggi kala itu.

Desas-desus Idjon Djanbi adalah mata-mata Belanda kerap dihembuskan sejumlah perwira yang iri. Inisial MID, Mohammad Idjon Djanbi sering dikaitkan dengan Militaire Inlichtingen Dienst, dinas intelijen militer Belanda.

“MID, itu katanya singkatan dari intelijen Belanda. Sering ada bisik-bisik itu dulu. Tapi saya tak percaya, banyak teman-teman juga tak percaya. Kalau yang muda-muda memang banyak yang percaya lalu jadi berbeda terhadap Pak Idjon,” kata Nadi (86), seorang pensiunan pasukan elite didikan Idjon saat berbincang dengan merdeka.com.

Soal tudingan mata-mata ini juga digambarkan dalam Dalam buku Inside Indonesia’s Special Forces yang ditulis Ken Conboy.

Salah satu perwira muda yang tak menyukai Idjon Djanbi adalah Letnan Benny Moerdani (kelak Panglima ABRI), yang baru lulus sekolah jadi instruktur. Benny mencurigai komandannya ini sebagai mata-mata. Tentu tak ada cukup bukti untuk membuktikan itu.

Sejumlah orang yang tak suka pada Idjon terus bergerak. Setelah Kesko TNI menjadi besar, keinginan mereka untuk mendepak Idjon semakin kuat. Kesempatan itu datang tahun 1956, Idjon digeser ke posisi yang tidak nyaman di pusat pelatihan.

Dia tahu dirinya disingkirkan, Idjon marah. Harga dirinya sebagai perwira terusik. Dia meminta keluar dari TNI dan dari kesatuan yang sangat dicintainya. Padahal susah payah Idjon membangun pasukan komando kebanggan Siliwangi itu benar-benar dari nol.

“Saya pribadi yakin Pak Idjon bukan mata-mata Belanda. Dulu dia sudah memilih keluar dri tentara Belanda dan memihak TNI. Dia juga sudah jadi petani bunga di lembang ketika bertemu Pak Kawilarang,” kata Nadi.

Idjon Djanbi digantikan wakilnya, Mayor Djailani. Dia memilih bekerja di perkebunan di sekiar Cianjur. Kariernya sebagai tentara dengan sederet prestasi berakhir sudah.

Setelah pensiun, tak jelas kelanjutan berita soal Idjon Djanbi. Begitu juga soal akhir hidupnya. Akhir kariernya tak secemerlang pasukan yang kini dikenal sebagai salah satu pasukan elite terbaik dunia.

AKANKAH SAMA

Enzo dan Idjon yang satu blesteran dan satu lagi bule, yang satu ingin masuk pasukan elit, dan yang satu lagi dialah yang mendirikan pasukan elite itu. Tapi karena ada ayang benci dan cemburu dengan kepinterannya, dia disingkir.

Jika nanti Enzo benar benar bisa masuk Kopassus, apakah akan mengalami nasib yang sama dengan Idjon jambi? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi kini Enzo telah lulus dari rintangan pertama…..(****)

Baca juga;

Enzo Dipertahankan, Fahira Idris: Semoga Dibalas dengan Prestasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *