Ibadah Umrah Bisa Hentikan Perokok Berat ? (Bag 9)
Yang belum baca bag 1 s.d bag 8, klik dibawah ini ;
Ibadah Umrah dan Haji Sebaiknya Ketika Fisik Masih Kuat…. ( Bag 8)
Sambungan dari bag 8…
Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Malam pertama di Madinah, saya bangun pukul 0:15 Waktu Madinah atau pukul 4:15 WIB. Di Tanah Air jika bangun tengah malam apalagi menjelang subuh, saya batuk batuk, napas saya sesak. Napas yang sesak itu lama baru stabil, pulang dari Sholat Subuh kadang masih terasa sesak.
Alhamdulillah baru satu malam di Madinah, Allah SWT memberikan kesembuhan kepada saya. napas saya yang selama ini selalu sesak jika bangun di waktu subuh atau diwaktu tengah malam, kini tidak sesak lagi.
Selain do’a, ada 2 hal yang saya lakukan sehingga Allah menyembuhkan penyakit sesak nafas yang saya derita.
Pertama adalah; dua hari akan berangkat ke tanah suci, saya berobat kesalah seorang dokter ahli penyakit dalam di Painan ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan. Ketika berada di dalam kamar prakteknya sang dokter bertanya tentang penyakit saya sabagai bahan baginya untuk melakukan diagnosis.
“Batuk uda ini sudah lama ini dok, tapi bila dibawa berobat ndak mau, sekrang baru mau karena kami akan melaksanakan ibadah umrah, ” kata istri saya menjelaskan ke dokter ahli Penyakit Dalam itu.
“Oya…., kapan buk Haji mau Umrah? ” tanya Dokter ke istri saya. Sebelum dia mengajukan pertanyaan, saya telah disuruh dokter untuk berbaring di tempat tidur kamar prakteknya.
“Lusa kami berangkat dari Padang, dok, ” Jawab istri saya.
Dokter pun melakukan pemeriksaan dengan teliti terhadap nafas saya melalui alat Statescopynya.
“Sudah berapa lama bapak batuk?” tanya dokter.
“Sudah lama juga pak dokter, dah lebih setahun, ” jawab saya.
” Oh ya…, ini kalau tidak diobati susah nanti bapak sampai di Makkah, ” kata sang dokter.
“Iya Pak dotor, ” jawab saya.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter membuat resepnya. Kata dokter, saya dikasih obat untuk 10 hari.
“Sebaiknya memang begitu dok, makasih, ” ucap saya kepada pak dokter.
Kemudian yang kedua saya lakukan adalah saya berhenti merokok. Saya berjanji jika saya sempat nanti ke Tanah Suci, saya akan berhenti merokok secara total. Saya termasuk seorang perokok berat. Minimal saya bisa menghabiskan rokok 1,5 bungkus/hari.
Sudah lama keinginan untuk berhenti merokok itu ingin saya terapkan. Ampun susahnya tidak tangung tanggung. Rupanya saat saya ke tanah suci, saya diberi semacam Komintern yang kuat untuk berhenti secara total dari merokok yang dapat merusak kesehatan itu. Alhamdulillah itu bisa saya lakukan meskipun saat ini kadang kadang keinginan untuk merokok itu masih sangat kuat dan sering muncul menggoda.
Tapi karena komitmen dari dalam diri sangat kuat untuk berhenti, sampai sekarang saya masih basa menahan tidak merokok lagi.
Dengan berhenti saya merokok, kata si bebeb, face saya bertambah cerah dan sehat. Selama ini, menurut si bebeb, muka saya kelihatan lesu dan pucat. Tapi kini ganteng kembali, meskipun gantengnya itu hanya kembali sekitar 50 ℅ karena faktor usia (becanda).
Mutawif kami yang dari Padang, Buya Solsafad MA, tahu saya berusaha keras sedang berproses berhenti merokok menyarankan agar ibu ( istri saya maksud beliau) ikut berdoa di hadapan Ka’bah minta agar bapak benar benar melupakan rokok dalam hidupnya.
oooOooo
Kembali kepada cerita saya tentang bangun pukul 0;15 waktu Madinah. Saya langsung mandi. Habis mandi saya bangunkan papi Doli dan bapak Double D ( Rasyidin dan Amiruddin). Saya ingin mengajak mereka ke masjid.
“Ayo bangun Doli. Pak double D ayo bangun. kita ka masjid sekarang, ” kata saya membangunkan mereka.
“Ambo nanti saja bangunnya, setelah waktu subuh masuk, “Jawab pak Amiruddin Dt Rajo Intan.
” Wakden iyo juo, bekolah. Hari malam baru, ” pak Rasyidin menimpali.
“Doli bagaimana?” saya bertanya pada papi Doli.
“Iya pa, tunggu sebentar pa, doli ikut sekarang, ” jawabnya.
Masjid Nabawi rupanya tengah malam ditutup. Sebagian lampu yang menerangi ruangan masjid dipadamkan, namun ada beberapa pintu yang dibuka. Jadi kalau ada jemaah yang datang ingin melaksanakan sholat malam (qiyam mullaik) di dalam masjid masih bisa dan tidak dilarang oleh otorisas setempat.
Papi Doli ambil foto dulu menjelang masuki pintu gerbang bagian Barat Masjid Nabawi
Setelah saya dan Papi Doli masuk kedalam masjid Nabawi lewat pintu 32, kami lihat masjid masih kosong. Hanya beberapa orang ada didalam masjid yang luas itu sedang menunaikan sholat.
Saya ajak doli masuk ke masjid kubah Hijau. Didalam masjid bekas rumah Rasulullah SAW itu ramai jemaah disana. Kelihatan berdesak-desakan ingin menunaikan sholat sunah di Rawdah.
Melihat ramainya jemaah yang memadati masjid Kubah hijau itu, saya dan Doli malam itu mengurungkan niat masuk kedalam masjid untuk menunaikan sholat sunah, tapi mencoba keluar masjid lewat sisi makam/kuburannya Rasulullah.
Saudara kita dari Bangladesh dan Pakistan lebih fanatik lagi kelihatannya. Mereka mencoba mengelus elus pagar kuburan Rasulallah dan meratap.
Namun aktifitas seperti itu tak akan dibiarkan berlangsung lama oleh polisi setempat. Mereka akan mengatakan;
Haji..Haji…. Khuruj (keluar)!”
“Mundur!”
“Maju!”
“Thoriq! (jalan!)
“Laa!” (tidak)
Petugas itu melarang jemaah berlama lama mengelus-elus kuburan Rasulallah selain tidak disunahkan, juga Jika dibiarkan lama lama, desak-desakan para jemaah akan sulit dihindari. Agar ada pemerataan maka polisi di Madinah tidak membenarkan ada jemaah yang dapat menghalangi akses jemaah lain.
Masjid Kubah Hijau.
Mesjid Kubah Hijau adalah sebuah nama dari masjid yang berada bersebelahan dengan masjid Nabawi. Sesuai dangan namanya Kubah masjid ini berwarna hijau.
Bergambar dengan latar belakang masjid Kubah Hijau.
Persis dibawah Kubah hijau itu makam Nabi Muhammad SAW. Di Masjid tersebut juga ada kuburan dua sahabat nabi yaitu Abubakar dan Umar serta rumah-rumah istri nabi dan juga Raudhah – tempat yang diyakini sebagai taman surga.
Menurut hadis Al-Bukhari dari Abu Huraira, Nabi Muhammad pernah bersabda, “Antara rumahku dan mimbar adalah taman surga.”
Kini Raurdhah atau taman potongan dari surga itu berada di dalam kompleks masjid Kubah hijau tersebut.
Al Samhudi dalam ” Wafa Al-Wafa ” mengatakan kubah pertama dibangun di situ sesudah 650 tahun, pertama kalinya pada tahun 1279 (678 H) oleh Sultan Qalawun, terbuat dari kayu.
“Kubah Hijau yang kita lihat sekarang ini sebetulnya adalah kubah bagian luar. Ada kubah bagian dalam yang lebih kecil, dan ada nama Nabi
Kubah itu berbentuk persegi di dasar, dan persegi delapan dari atas serta direnovasi setelah terbakar beberapa kali.
Menurut Ensiklopedi Al Jazeera, Sultan Ghazi Mahmud pada masa kekhalifahan Usmani sempat membangun ulang kubah itu.
Kunjungan ke masjid Kubah hijau tidak menjadi bagian dari ibadah haji dan umrah, tapi para jemaah umumnya tidak puas melakukan ibadah tersebut tanpa mengunjungi Masjid Nabawi, berada di dalamnya dan mengucapkan salam ke arah makam Nabi Muhammad.
Baca disini sambungannya;