Tingkatkan Kepedulian dan Solidaritas, Bersama Kita Basmi Virus Corona
Oleh : Anton Permana.
Tak ada lagi yang kita harapkan dari negeri ini. Ketika berbicara formalistik fungsi negara secara konstitusional sesuai pembukaan UUD 1945 alinea kedua tentang kewajiban negara untuk melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Gagap, kebingungan, serta plin-plan adalah wajah pemimpin kita hari ini. Pandemic Corona yang telah diumumkan WHO membuat pemerintah kita hari ini kalang kabut. Antara memainkan akting cipta kondisi seolah Indonesia aman-aman saja, dengan fakta realitas yang ada. Antara kepentingan menjaga stabilitas sosial politik negara dengan fakta semakin banyaknya berjatuhan korban suspect covid-19 hingga menelan korban jiwa.
Kondisi gagap dan plin-plan ini semakin menambah kebingungan masyarakat. Disaat Gubernur DKI mencoba ‘quick response’ mengambil tindakan preventif (pencegahan) di ibu kota, yang terjadi malah bullyan, ejekan, bahkan sampai server center DKI pun diretas oleh hackers dab haters tak bertanggung jawab.
Disaat beberapa negara maju di dunia bertarung kompak antara pemerintah dengan rakyatnya, kita masih dihiasi dengan cuplikan video akting Presiden bermasker lengkap full tim dengan kru kameramennya. Persis kayak proses pembuatan film dan sinetron.
Disaat Italy, Arab Saudi, dan Vietnam, memutuskan ‘lock down’ sebagai tindakan tegas bertanggung jawab sebuah negara dalam melindungi nyawa rakyatnya, pemimpin kita masih sibuk tarik ulur plintat-plintut berkomentar membingungkan masyarakat. Kemaren bilang, penanganan virus corona diserahkan kepada pemerintah daerah masing-masing, tak berselang 24 jam berubah lagi mengatakan, “Keputusan lock down ada di pemerintah pusat”.
Disaat semua pemerintah daerah bersiap diri menjalankan amanah Keppres nomor 7 Tahun 2020 Tentang kondisi darurat nasional virus corona apakah itu dengan kebijakan lock down atau social distancing ? Kita kembali terusik dengan pemberitaan 49 TKA yang masih bebas masuk Indonesia dari China. Ketika pemerintah daerah mulai sibuk memghimbau masyarakat untuk stay di rumah, meliburkan sekolah, tidak bepergian kemana-mana ? Fakta yang kita lihat di social media dan televisi, WNA China masih seenak perutnya masuk Indonesia. Penjelasan dari pejabat terkait akan hal inipun tumpang tindah bertolak belakang.
Inilah wajah pemerintahan kita hari ini. Wajah bangsa yang baru saja ‘naik status’ menjadi negara maju oleh presiden Amerika Donald Trump. Wajah bangsa yang katanya negara demokrasi terbesar di dunia. Negara demokrasi tapi pemerintahannya anti kritik. Negara demokrasi yang doyan memenjarakan rakyatnya hanya untuk masalah sepele mengatas namakan hukum. Negara demokrasi yang menganggap kritik dari rakyatnya sebagai bentuk ujaran kebencian.
Secara kebutuhan pokok kita hari ini mungkin masih aman-aman saja. Tapi mesti diingat, kebutuhan sandang pangan kita hari ini itu hampir 60 persen dari import. Swasembada pangan kita hari ini adalah semu. Karena berasal dari import bukan dari hasil dalam negeri. Beras, tepung, gula, dan buaaanyak lagi komoditas pangan kita hari ini berasal dari import. Hal semacam ini kalau dalam perspektif ketahanan pangan nasional kita tergolong rapuh.
Jadi sangat wajar kalau pemerintah kita hari ini sangat ‘ngeri-ngeri sedap’ kalau mendengar istilah lock down. Karena kalau Indonesia lock down maka konsekuensinya segala kebutuhan pokok sandang pangan, energi, 270 juta rakyat Indonesia ditanggung oleh negara.
Mampukah negara kita untuk hal seperti ini ?? Kuatkah fundamental ekonomi negara kita mencover semua ini ? Dimana sebentar lagi jatuh tempo pembayaran bunga hutang ? Jatuh tempo pembayaran cicilan induk hutang ? Pemenuhan anggaran yang defisit ? Serta ancaman rush money atau penarikan modal dari negara investor ?
Sungguh tak terbayangkan kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa kita hari ini. Ketahanan nasional bangsa kita hari ini sangat diuji. Seberapa kuat keuletan, ketangguhan, kemampuan negara kita dalam memainkan geopolitik geostrategi pemerintahan baik secara domestik nasional dan global dalam menghadapi terjangan pandemic virus corona.
Dari titik inilah penulis akhirnya mencoba mengajak kita semua. Menggugah hati kita semua, suka tidak suka, terima tidak terima, inilah realita kehidupan bangsa kita hari ini yang harus kita terima dan hadapi bersama. Suka tidak suka, kita hari ini hidup bersama dalam satu payung kebangsaan bersama bernama Indonesia. Disinilah kita lahir, dan disini juga tempat hidup mati anak cucu kita kedepan.
Dengan kondisi seperti ini, tak ada kata lain lagi selain mari kita bangkitkan kesadaran diri, kepedulian diri, patriotisme, nasionalisme, kecintaan, pengorbanan, dan konstribusi kita kepada bangsa dan negara.
Mari kita hentikan sejenak kegaduhan politik caci maki dan saling menyalahkan. Saatnya kita bersama menatap ke satu titik, kesatu arah yang sama diluar sana bernama pandemic corona. Hentikan posisi saling berhadapan sesama kita. Hentikan posisi dan niat untuk saling menghabisi ala cebong dan kampret. Sekarang musuh kita sama yaitu corona. Dimana hanya akan bisa dihadapi dengan itikad serta motivasi persatuan kesatuan kita semua tanpa pandang bulu, pilihan politik dan SARA.
Yaitu dimulai dengan cara melahirkan kesadaran (self awareness), kepedulian sosial (social care)dalam bentuk konstribusi nyata kita kepada negara. Caranya ?
1. Dimulai dari diri kita sendiri, keluarga, dan lingkungan terdekat. Budayakan jaga kebersihan diri, dan lingkungan. Periksakan diri sedari dini untuk pencegahan. Lindungi diri kita, anak istri kita melalui petunjuk (protokol) kesehatan yang resmi dari pemerintahan.
2. Ketika ada himbauan untuk social distancing atau lock down. Patuhi dan ikuti. Persiapkan kebutuhan pokok rumah tangga secukupnya. Jangan panic buying. Jauhi keramaian. Jaga stamina tubuh, dan selalu berdo’a agar kepada Allah SWT agar musibah ini segera dijauhkan dari bangsa kita.
3. Kurangi bersosial media yang negatif. Tapi tetap kritis yang konstruktif sebagai bentuk kepedulian kita kepada bangsa ini. Abaikan provokasi, hasutan, propaganda ala buzzer yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Abaikan informasi yang membuat kegaduhan dan pembodohan. Tetap sediakan rasa takut untuk kontrol diri (tidak takabur) tapi jangan juga biarkan rasa takut justru mengendalikan diri kita.
4. Tetap awasi keluarga dan lingkungan kita. Karena ‘hidden carrier’ ini bisa datang dari mana dan kapan saja. Laporkan setiap tindakan, perbuatan, yang berpotensi membahayakan diri, keluarga dan lingkungan kita. Budayakan jujur dan terbuka ketika ada gejala suspect baik pada diri kita dan lingkungan kita. Catat nomor hand phone, call center, dan nomor penting lainnya untuk memudahkan koordinasi ketika terjadi hal yang luar biasa.
5. Tetap tenang, sabar, dan mari kita do’akan para petugas medis, TNI-Polri, para pemimpin kita yang saat ini sedang berada di garda terdepan mengatasi penularan pandemic corona.
Kita tidak tahu, sampai kapan ini terjadi. Tapi yang jelas, sebagai manusia yang beriman kita mesti sadar dan tetap ingat bahwasanya tak ada satupun daun yang jatuh, ranting yang patah terjadi diluar kehendak Allah SWT.
Virus corona tetaplah makhkuk ciptaan Allah SWT. Jadikan kondisi hari ini sebagai muhasabah dan instropeksi kita hari ini. Mungkin ini teguran dari Allah untuk mengingatkan kita semua. Agar kembali ingat bahwa ada zatu zat Yang Maha Agung, Maha Besar yang mungkin saja kita banyak lupakan selama ini.
Mungkin diantara kita ada yang sombong dan takabur. Mungkin di antara kita ini ada yang terlalu zalim dan semena-mena. Punya kuasa tapi zalim. Punya harta tapi dari hasil rampok dan aniaya. Punya wajah tapi penuh tipu kemunafikan dan dusta. Punya tangan tapi berlumuran dosa. Maksiat dimana-mana.
Artinya, secara tauhid (vertikal) kita harus sadar semua yang terjadi hari ini pasti juga akibat ulah manusia. Secara horizontal kita tetap mesti ikhtiar bersama, membangunkan ‘self protection system’ diri kita dan lingkungan kita.
Saatnya kita arif dan berlapang dada sejenak menyikapi kegagapan pemerintah kita hari ini. Anggap saja kita sejenak menjadi anak yang baik disaat bapaknya galau gulita. Anggap saja kita jadi anak yang baik saat bapaknya lagi stress dan panik melihat realita kehidupan yang ada. Disaat tekanan balas budi bayar hutang datang, disaat itupula musibah ini. Disaat akan menikmati hasil invansi jalur sutera, disaat itupula tiba/tiba berubah menjadi ‘jalur corona’. Semua tak ada yg sia-sia. Karena ada yang lebih punya kuasa atas segala bentuk makar manusia, yakni Allah SWT zat Yang Maha agung dan perkasa. Wallahu’alam.
Yogjakarta, 16 Maret 2020.
(Penulis adalah pengamat sosial-politik-pertahanan. alumni Lemhannas RI PPRA 58 tahun 2018).
Isi Artikel ini tanggung jawab penulisnya