.

MEMBEDAH PKI LAMA DAN PKI HARI INI: PKI GAYA BARU!

Oleh : Anton Permana.
(Tanhana Dharma Mangrwa Institute)

Sastrawan Taufik Ismail dalam puisinya mengungkap bahwa ada sebuah aliran politik di dunia yang telah membantai 120 juta nyawa manusia dengan kejam selama 74 tahun di 75 negara di dunia.

Kalau kita rata-ratakan itu sama dengan membunuh 4.400 manusia setiap hari selama 74 tahun. Ideologi apakah itu? Jawabannya adalah Yaitu ideologi komunisme. Dan pembunuhan ini adalah pembunuhan terbesar sepanjang sejarah dunia jauh mengalahkan jumlah korban gabungan perang dunia pertama dan kedua.

Di Indonesia, aliran ideologi pemikiran ini diadopsi dan dijalankan oleh sebuah Partai bernama PKI (Partai Komunis Indonesia). Bahkan partai komunis ini sudah mengobok-obok bumi nusantara ini sebelum negara bernama Indonesia ada. Dimulai dari masa penyusupan kedalam Syarikat Islam hingga SI pecah menjadi SI putih dan merah. Hingga pemberontakan PKI tahun 1926 terhadap kolonial Belanda. Hingga pemberontakan di tahun 1948 oleh Muso di Madiun, serta pemberontakan yang dipimpin oleh DN Aidit pada tahun 1965 yang kita kenal dengan G/30/S/PKI.

Ideologi komunisme ini sangat berbahaya dan kejam. Dimana revolusi menggunakan senjata adalah pusat gravitasi perjuangan dalam mendapatkan kekuasaan.

Sebagai bangsa yang besar kita jangan pernah melupakan sejarah alias “Jasmerah”. Bagaimana kebiadaban PKI ini di Indonesia. Tak terhitung jumlah korban kebiadaban PKI ini membunuh, menyiksa, membantai, menteror, mengintimidasi siapa saja kelompok masyarakat yang dianggap berlawanan dengan agenda komunisme.

Tak peduli apakah itu tokoh agama, ulama, polisi, pejabat, santri, kiyai, kesultanan raja, wanita, orang tua, bahkan tentara pangkat Jendral pun mereka bantai dan kubur hidup-hidup.

Dan untuk perlu pemahaman dan penadalaman literasi agar tidak jadi korban tipu menipu serta pembodohan PKI. Yang memang spesialis tukang fitnah, jago memutar balik kan fakta, pencuci otak ulung, piawai memghasut mengadu domba, dan penebar kebencian atas musuh-musuhnya melalui pembunuhan karakter.

Tercatat jelas dan faktual dalam sejarah, bagaimana sejak tahun 1945 melalui Badan Direktorium Pusat PKI membentuk laskar bernama “Ubel-Ubel” mengambil alih kekuasaan Tanggerang dari Bupati Agus Padmanegara.

Tanggal 9 desember PKI Banten menculik dan membunuh Bupati Lebak Raden Hardiwinangun di Jembatan Sungai Cimancak.

Tanggal 12 desember 1945. Ubel-Ubel membunuh tokoh nasional Otto Iskandar Dinata.

Tanggal 3-9 maret 1946 : PKI Langkat Sumatera menyerbu istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura dan membunuh Sultan bersama keluarganya dan menjarah harta kekayaannya.

Tanggal 19 agustus 1948 PKI Surakarta membuat kerusuhan membakar pameran HUT RI ke-3 di Sriwedari Surakarta Jawa Tengah.

Tanggal 18 September 1948, Kolonel Djokosunojo dan Sumarsono mendeklarasikan negara Republik Soviet Indonesia dengan Muso sebagai Presidennya.

Dalam fase ini, ribuan masyarakat dibunuh dan dibantai PKI dengan sadis. PKI menculik para Kiyai di pesantren Magetan dan menguburnya di desa Koco, kecamatan Bendo dalam sebuah sumur tua. Ditemukan 108 kerangka manusia terkubur dalam sumur neraka itu.

Disaat ini pula PKI membunuh 20 polisi dan membantainya di Madiun. Tanggal 21 September menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr Iskandar, Camat Margorejo, lalu jenazahnya dibuang ke sumur Dukuh Pohrendang desa Kedungringin kecamatan Tujungan kabupaten Blora.

Selama tanggal 18-21 September 1948 itu, PKI menciptakan dua ladang pembantaian dan 7 sumur neraka di Magetan untuk membuang jenazah korban yang mereka siksa dan bantai.

Selanjutnya tanggal 6 Agustus 1951, gerombolan eteh dari PKI menyerbu asrama polisi di Tanjung Priok dan merampas senjata api yang ada.

Namun hebatnya PKI ketika itu sangat pandai mengambil hati Soekarno dan tidak dibubarkan bahkan bisa ikut Pemilu pada Tahun 1955.

Dan kedekatan PKI dengan Soekarno inilah yang dianggap menjadi pemicu dan perpecahan antara Soekarno dengan para sajabat seperjuangannya seperti Kahar Muzakar, Kartosuwiryo, Daud Beureuh yang melahirkan protes, koreksi perlawanan berujung perang saudara PRRI, DI/TII, dan Permesta.

Sampai akhirnya pada tahun 1960 Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM menggabungkan antara Nasionalis, Agama, dan Komunis. Yang tentu saja semakin memantik protes keras rakyat, ulama dan TNI ketika itu.

Secara bertahap akhirnya sampai PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno dimana DN Aidit dan Nyoto diangkat sebagai Menteri Penasehat.

Sejak PKI masuk dalam lingkaran kekuasaan inilah, mereka melakukan agitasi penggiringan opini sesat dalam pusat kekuasaan untuk melumpuhkan satu persatu tokoh dan kelompok masyarakat.

Parpol Masyumi berhasil dibubarkan melalui Kepres no. 200 Th 1960 tertanggal 17 Agustus. Selanjutnya GPII dibubarkan. HMI dibubarkan. Buya Hamka, KH Yunan Helmi Nasution, KH Isa Anshari, KH Mukhtar Gazali, KH EZ Muttaqien, KH Soleh Iskandar, KH Dalari Umar semua di penjara tanpa pengadilan. Partai MURBA juga dibubarkan karena menentang PKI. Tapi ditutupi dengan tuduhan mendukung PRRI, menentang Nasakom dan anti semangat perjuangan revolusi ala Soekarno.

Semua keraguan, protes rakyat Indonesia saat itu akhirnya semua terbukti nyata. Setelah menguras habis energi bangsa Indonesia melalui propaganda adu domba dan perang saudara hingga pemaksaan untuk operasi ganyang malaysia, PKI menikam negara Indonesia melalui pemberontakan G/30/S/PKI pada tahun 1965.

Dengan isu fitnah Dewan Jendral yang anti Nasakom, PKI menggunakan tangan pasukan Cakrabirawa menculik 6 orang Jendral senior TNI AD ketika itu kemudian menyiksa, membunuh, membantai, menguliti, dan kemudian menguburnya kembali di sebuah sumur tua di Lubang Buaya.

Tidak hanya itu, PKI juga menyiksa dan membantai peserta training PII di desa Kanigoro kecamatan Kras kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan wanitanya dan merusak menginjak injak kitab suci Alquran.

PKI juga membunuh Pelda Soedjono dalam insiden perkebunan karet Bandar Betsi. PKI juga meracuni ratusan anggota GP Anshor dan kemudian membantainya. Beruntung ada yang berhasil lari dan meloloskan diri dan jadi saksi hidup.

PKI juga membunuh Brigjen Katamso Dharmokusumo dan Kolonel Sugiono. Kapten Piere Tandean, dan juga putri Jendral AH Nasution Ade Irma Suriani yang berumur 5 tahun.

Artinya, PKI itu tidak mengenal agama. Tak mengenal institusi. Tak mengenal jenis kelamin dan usia. Pokoknya siapa saja yang berlawanan dengan agenda PKI wajib dihabisi. Apapun caranya.

Barulah pada masa Orde Baru, setelah TNI bersama rakyat dan ulama berhasil menumpas PKI hingga terbitlah TAP/MPRS/XXV/1966 yang secara resmi membubarkan PKI dan menjadikan PKI sebagai partai terlarang di Indonesia.

Pada masa Orde Baru tahun 1968-1998, PKI tidak berkutik dan lumpuh di bawah kekuasaan Orde Baru. Sampai pada akhirnya, melalui gerakan masive bawah tanah dan dukungan dari anasir asing, memboncengi lahirnya gerakan reformasi yang memaksa Soeharto mengundurkan diri maka tumbanglah Orde Baru.

Terlepas dari isu negatif dan kesalahan Orde Baru, tetapi yang jelas pada masa Orde Baru Indonesia bersih dari rongrongan PKI. Dan tumbangnya Soeharto adalah langkah awal perubahan fundamental politik di Indonesia. Para anak dan kader PKI yang sudah terkubur sekarang sudah bangkit lagi. Hingga ada yang berani tampil terbuka membuat bukua “saya bangga jadi anak PKI”. Anak PKI masuk parlemen. Dan yang terbaru ucapan selamat HUT PKI yang ke-100 tahun secara terbuka sebagai bentuk show of force dan agitasi sugesti antar sesama anak dan kader PKI.

Lalu bagaimana dengan PKI hari ini? Apa modus dan pola gerakannya?

Perlu kita jelaskan. Pasca kegagalan 1965, PKI hari ini sudah belajar banyak dan meng-up grade diri dan pola gerakannya. Sehingga PKI itupun terbagi ke dalam empat kelompok atau faksi.

1. PKI radikal.

Yaitu kelompok genetis, biologis, dan ideologis PKI. Mereka yang berasal dari keturunan langsung anak-anak kandung kader PKI. Kelompok ini tetap menjadikan jalur revolusioner perjuangan menggunakan senjata menjadi agenda utama dalam merebut kekuasaan. Apapun kondisinya.

Karena bagi kelompok ini “pakem atau gezah” sebuah perjuangan tertinggi itu tetap melalui kekerasan revolusi. Revolusi adalah pusat gravitasi perjuangan dimana hal ini (revolusi) akan menjadi sumber hukum untuk merubah total ideologi dan haluan negara menjadi komunis secara total. Seperti apa yang dilakukan Mao Tse Tung mengkudeta kepemimpinan China demokratik melalui revolusi dan menjadikan China hari ini negara komunis terbesar di dunia.

Kelompok ini sangat keras, idealis, tangguh dan terlatih. Karena memang tujuan hidup matinya untuk komunisme.

2. PKI Opportunis.

Yaitu kelompok yang bergabung, direkrut, atau berafiliasi dengan PKI untuk sebuah keuntungan pribadi. Demi uang dan jabatan. Yang memanfaatkan kekuasaan PKI juga untuk bisa hidup dan eksis. Seperti kelompok Liberal, LGBT, atau mereka yang anti agama dan berlindung didalam tubuh PKI kalau berkuasa.

Namun apabila saatnya nanti PKI runtuh atau kalah dalam perang atau kontestasi politik, PKI kelompok ini yang akan keluar duluan dan berkamuflase jadi bunglon dengan kekuatan baru selanjutnya. Orientasi mereka ini hanyalah keuntungan, kepuasaan, jabatan, dan materi.

3. PKI borjuis.

Yaitu kelompok PKI yang hanya ikut-ikutan karena terbius oleh bujuk rayu dan cuci otak ala PKI. Mereka ini bisa dari kelompok pembenci agama (khususnya anti Islam), dari para non-muslim radikal, penganut Syiah, kelompok gay dan LGBT, yang merasa nyaman dengan buaian janji manis PKI.

PKI borjuis inilah yang dimanfaatkan knowledge atau pengetahuan dan sumber dayanya untuk menjalankan agenda-agenda PKI. Apakah itu adu domba, menebar kebencian, menghasut, menebar fitnah, hingga penyusupan.

4. PKI garis serong.

Kenapa kita namakan garis serong? karena tak ada PKI garis lurus. Yaitu : kelompok yang masih ragu-ragu, was-was atau sadar akan bahaya kalau agenda PKI yang ketiga kalinya ini mengkudeta Indonesia jadi komunis akan gagal kembali.

Kelompok ini adalah dari para anak keturunan PKI yang masih trauma dan takut. Bahkan juga ada yang sudah sadar. Bahwa mereka hanya dijadikan umpan yang dimanfaatkan elit global saja untuk merevolusi Indonesia.

Kelompok ini mereka yang sebenarnya sudah nyaman dan cukup dengan kondisi hari ini. Punya hak politik dan ekonomi kembali. Bisa jadi ASN lagi. Dan hidup berdampingan dengan masyarakat secara normal.

Kelompok PKI garis serong ini tahu resiko dan konsekuensi seandainya upaya mengembalikan “PKI reborn” ini pasti akan melahirkan perlawanan keras dari rakyat Indonesia bersama TNI. Kalau sempat gagal, mereka tak membayangkan akan dikejar-kejar, dibumi hanguskan tanpa ampun oleh rakyat Indonesia.

Dan PKI garis serong ini, sadar walaupun saat ini kembali masuk dalam pusaran kekuasaan, tapi mereka tidak yakin akan berhasil untuk merubah Indonesia menjadi Komunis. Apalagi kalau China sebagai sponsor utama kalah perang dengan Amerika. Apalagi kalau terjadi perang saudara antara rakyat Indonesia dengan PKI gaya baru. Traumatik masa lalu dan kesadaran logika masih jadi pikiran utama mereka.

Namun PKI garis serong ini tak berdaya melawan kekerasan hati para PKI ideologis radikal di atas, yang begitu percaya diri dan yakin akan berhasil mengganti Indonesia menjadi negara Komunis atas sponsor China dan para naga.

Nah jadi kalau kita simpulkan, sebenarnya PKI itu secara internal juga pecah dan tidak solid. Terlebih untuk PKI jenis nomor (2,34). Mereka sejatinya setengah hati. Tidak semilitan PKI radikal yang militan. Bagi mereka kondisi hari ini sudah lebih dari cukup. Bisa hidup enak, punya kekuasaan, kebal hukum, hidup normal dan bebas. Dan ini akan bisa berubah total terbalik menjadi mimpi buruk yang lebih parah lagi dari tahun 1965. Resikonya sangat besar kalau kalah lagi.

Lalu bagaimana dengan metode gerakan mereka hari ini?

PKI hari ini adalah Komunis Gaya Baru atau disingkat KGB. Yaitu, mereka yang telah menggunakan cara baru dari “hard power” murni menjadi “soft power”. Yaitu melalui perencanaan strategis yang matang, bertahap, dan terukur.

KGB tidak serta merta mengandalkan pada perekrutan banyaknya anggota, tetapi lebih mengutamakan kepada bagaimana masuk ke dalam sistem, merubah aturan dan regulasi untuk memuluskan agendanya.

Bagi KGB boleh partai apa saja, tapi warna dan ideologinya bisa diwarnai dengan prinsip dan pemikiran PKI. Agama, media, organisasi massa dan sumber baya ekonomi bagi KGB saat ini asalah sarana dan instrumen bukan musuh lagi.

PKI gaya baru ini, dalam program KKM (Kelompok Kerja Musuh) masuk infiltrasi dan merebut posisi-posisi strategis baik itu dilembaga negara, organisasi massa, dan media massa. Untuk berkamuflase membumikan pemikiran-pemikiran komunisme bertopengkan pluralisme, matrealistis, dan liberalisme.

Seperti ; Jangan campur adukkan agama dengan politik. Membuat framing agama adalah musuh ancaman negara. Membenturkan agama dengan budaya nusantara. Menebar kebencian dan menjatuhkan apa saja yang terkait simbol agama dengan isu radikalisme, anti bhineka, intoleransi dan anti Pancasila.

Mendukung apa saja pemikiran dan prilaku yang bertentangan dengan agama yang membuat manusia senang. Seperti melegalkan zina, LGBT, syurga bagi Narkoba, kehidupan matrealistis dan hedonis.

Dalam teori analisa ancaman “Fishbone of Threat”. Ancaman itu terbagi dua yaitu ; pembawa ancaman dan objek ancaman. Dimana ancaman itu dibagi lagi menjadi dua yaitu, Intensi (intention) yang terdiri dari keinginan (desire) dan harapan (expectation). Yang kedua adalah capabilty (kapasitas) yang juga terdiri dari pengetahuan (knowledge) dan sumber daya (resource).

Dan dalam analisa ancaman terhadap KGB ini TNI AD pada tahun 2016 skornya adalah (16,5) yang berarti tinggi (high). Dengan rincian : desire (4), expectation (4), knowledge (4,3), resource (4,25), intention (8), capabilty (8,55). Dan untuk hari ini diperkirakan sudah naik menjadi 19-20 (accute).

Secara “analisa Pestelo” terhadap ancaman KGB ini, mereka lebih fokus mengutamakan kepada pendekatan ekonomi, legal, dan organisasi. Yaitu menguasai perekonomian untuk menunjang gerakan dalam skala organisasi (kelembagaan) politik (partai politik), untuk kemudian secara bertahap merubah regulasi dan undang-undang yang memuluskan agenda PKI gaya baru ini menguasai semua lini dan sendi negara.

Dimana intinya adalah bagaimana melalui produk regulasi ideologi komunisme ini bisa hidup lagi di Indonesia, kemudian ikut politik secara legal, memenangkan Pemilu dan Pilpres baru merubah secara total haluan ideologi negara menjadi komunis setelah kuat, besar.

Lalu apa solusinya l? Nah ini dia pertanyaan yang paling tepat. Yang jelas, kesadaran masyarakat secara kolektif terhadap ancaman nyata PKI gaya baru hari ini sudah semakin tinggi. Contohnya, saat ini sudah 21 provinsi mendeklarasikan anti dan tolak PKI. Tapi itu saja tidak cukup, perlu aktivasi dan langkah besar yang lebih strategis dan presisi. Yaitu :

1. Melakukan penyadaran kolektif, membangun satu kesepahaman melalui perang opini, perang argumentasi untuk menggalang kekuatan di masyarakat. Baik melalui sosial media, diskusi, seminar dan aksi nyata deklarasi di lapangan secara serentak. Sebagai pesan kepada PKI ini bahwa rakyat Indonesia tidak main-main.

2. Mengaktivasi kesepahaman menjadi serbuah gerakan bersama seluruh komponen masyarakat. Termasuk saudara kita yang dari muslim dan non-muslim yang terlena dicuci otak oleh PKI yang memang jago akan hal itu. Tekankan PKI itu pada saat kuat akan menghabisi apapun agama yang ada. Karena mereka benci dan anti agama.

Jadi kuncinya, PKI akan kuat kalau kita yang lemah. PKI itu berani kalau kita takut daj berpecah belah. PKI itu jumawa kalau kita mau di bodoh-bodohi dengan isu pemutar balik kan fakta.

3. Gerakan ini serentak dan mendesak partai politik agar kembali kepada UUD 1945, dan menolak RUU HIP, RUU Omnibus Law, mencabut UU Corona dan UU Minerba yang disinyalir sangat merugikan negara.

4. Memberi pemahaman bahwa, institusi dan lembaga yang ampuh menumpas gerakan PKI ini adalah TNI dan lembaga inteligent. Untuk itu kita desak legislatif untuk merevisi penguatan untuk TNI dan lembaga inteligent agar bisa bertaji kembali menjadi alat pertahanan negara dan menjadi mata telinga negara. Karena kalau TNI dan rakyat bersatu, maka PKI bukanlah apa-apanya walaupun didukung China.

Dan jangan mau dihasut lagi, diadu domba untuk membenci TNI. Karena keberhasilan pertama PKI itu pasca orde baru adalah, berhasil membumi hanguskan apa saja yang berbau orde baru. Termasuk peran TNI. Padahal itu hanyalah strategi PKI melumpuhkan TNI sebagai alat pertahanan negara.

5. Mulai siapkan sistem pertahanan diri, sistem perlindungan diri, pemahaman dasar-dasar militer apakah melalui latihan bela negara atau latihan fisik lainnya. Untuk persiapan terburuk terjadi. Karena diperkirakan, para PKI ideologis sudah siap sedia menyiapkan tentara rakyat (kader PKI) bersenjata untuk perang saudara. Kalau informasi ini betul, ini sangat berbahaya agar seluruh rakyat Indonesia siap siaga.

6. Boomingkan penyadaran dan himbau para tokoh nasional agar rembuk bersama. Para tokoh bangsa, tokoh agama, raja-raja nusantara, purnawirawan TNI-Polri, para pendekar, jawara, Kiyai, santri, ulama, romo, pendeta, tokoh adat, termasuk para pimpinan partai politik, TNI-Polri aktif agar semua kembali duduk bersama. Bahwa ancaman PKI baru itu bukan hantu dan ilusi lagi. Semua nyata terang benderang.

7. Kompak serentak dan memberikan dukungan baik moril dan materil terhadap siapa saja anak bangsa, pejuang yang ditangkap alias kriminalisasi. Kita bisa belajar kepada Amerika hari ini. Satu saja warganya tewas ditangan polisi bernama George Flyod, seluruh warga kulit hitam serentak turun kejalan. Negara sekelas Amerikapun panik kalau sudah rakyat yang turun. Tapi tentu turun dengan cara yang damai bermartabat.

1

8. Pastikan dan yakinkan bahwa PKI itu adalah nyata bukan hantu lagi. Para anak PKI dan pendukung PKI itu juga manusia, makan bakso, makan ayam penyet, dan kalau mati pasti juga dikubur. Artinya, pilihan ada pada kita. Mau mati disembilih PKI atau bangkit melawan hari ini ?

Apakah hal ini akan terus dibiarkan? Padahal yang diperjuangkan adalah nasib bangsa, nasib kita semua.

Jangan sampai terlambat. Penyesalan di akhir tiada guna. Kalau terus dibiarkan, kita tidak tahu siapa lagi korban setelah ini. Bisa anda, bisa kita, bisa juga saya. Wallahu’alam.

Batam, 04 Juni 2020.

*) Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *