MENJAGA PANCASILA, MENJAGA INDONESIA
Oleh : Anton Permana.
(Tanhana Dharma Mangrwa Institute)
Banyak hal dari insiden teaterikal pengajuan RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) hasil inisiatif DPR RI ini yang akhirnya terbongkar kepada publik.
Sebuah insiden yang cukup membuat panas suhu politik nasional. Sebuah insiden yang “terpaksa” membuat para Ulama melalui MUI, para tokoh sepuh purnawirawan TNI/Polri di bawah komando mantan Wapres Bapak Try Sostrisno, berserta segenap elemen bangsa, Ormas Islam Muhammadiyah, NU, OKP, khususnya ummat Islam se Indonesia turun serentak menyatakan sikap tegas menolak RUU kontraproduktif ini.
Dari insiden ini, akhirnya secara tak langsung telah membuka mata kita, telah membangunkan kita, telah menyadarkan kita semua, mana kelompok masyarakat sebenarnya yang benar/benar Pancasilais.
Mana kelompok, tokoh, partai politik, dan masyarakat yang sejatinya benar-benar setia kepada Pancasila. Yaitu ; mereka yang tidak perlu teriak berkoar-koar seolah paling paham dan mengerti Pancasila, dan menuduh kelompok lain anti Pancasila. Tapi ketika Pancasila di ganggu, ketika Pancasila di utak-atik, mereka tampil terdepan menjaga Pancasila.
Jauh berbeda dengan kelompok yang suka teriak “Saya Pancasila dan Saya NKRI”. Mereka yang sok merasa paling nasionalis sejati. Tapi ketika Pancasila mau di ganti, diam saja. Tak terdengar suaranya. Tak nampak batang hidungnya.
Malah fakta konkritnya hari ini, justru kelompok mereka itulah yang mau mengganti dan mengkhianati Pancasila sebagai falsafah final kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia.
Dengan insiden RUU HIP ini kita akhirnya dapat menyimpulkan bahwa :
- Ketika Pancasila mau di rubah, di ganti, dan di kerucutkan sepihak pengertiannya ; Suka tidak suka, terima tidak terima, ternyata terbukti ummat Islam lah yang paling terdepan tampil serentak menjaga Pancasila.
Di bawah komando MUI, Muhammadiyah, NU, serta Ormas Islam lainnya, serentak menyatakan sikap menolak tegas upaya sistematis mengganti Pancasila melalui RUU HIP ini.
Bayangkan. Selama ini, ummat Islam selalu di sudutkan, di tuduh, di fitnah, di bungkam dengan stigma seolah anti Pancasila, anti Kebhinekaan, ehhhhh ternyata, hari ini ketika Pancasila mau di utak-atik justru ummat Islam lah yang paling keras menolaknya. Selama ini ummat Islam yang “di gebukin” dengan slogan anti Pancasila. Aneh bukan ??
- Insiden ini juga membuktikan kepada kita, bahwa mereka para kelompok yang selama ini mengaku saya Pancasila, mengaku seolah paling nasionalis, ternyata semua bohong. Semua hanya topeng.
Malah justru, kelompok merekalah yang mengusulkan, memperjuangkan RUU HIP ini di DPR RI. RUU yang sangat menyakitkan rasa kebangsaan kita semua. RUU yang telah menikam jantung negara kita dari belakang. Menggunakan pisau belati yang tajam. Dan tindakan ini sangat menyakitkan hati kita semua.
Kembali sejarah negara Indonesia yang berPancasila ini dikhianati oleh anasir jahat dari anak bangsa sendiri. Mirip upaya kudeta PKI di tahun 1965 yang mau mengganti ideologi negara menjadi Komunis. Tapi dengan pola yang berbeda. Tahun 1965 menggunakan kekerasan senjata dan pembunuhan, sekarang melalui upaya sistematis melalui jalur legislasi. Tapi goal utamanya tetap sama.
- Terbukti sudah, bahwa seorang yang Agamis itu pasti Pancasilais. Khususnya ummat Islam yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini.
Untuk itulah. Saatnya kedepan, sejak saat ini yang paling penting mulai kita waspadai itu adalah mereka para kelompok, anasir, tokoh, yang boleh di katakan sudah terpapar pemikiran komunisme, liberalisme, dan atheisme ini yang wajib dan perlu kita semua waspadai bersama.
Bagaimana pola gerak dan tingkah lakunya. Kita jangan mau lagi di bodohi mereka. Mulut manis berbisa ala PKI.
Mereka yang memakai baju Pancasila, tetapi sebenarnya pengkhianat Pancasila. Mereka yang memakai baju ulama, memakai symbol nasionalisme NKRI, tetapi sebenarnya antek-antek PKI gaya baru yang benci dan memusuhi Pancasila.
Seperti contoh ; Selalu membuat kebijakan dan upaya menjauhkan kehidupan beragama dari kehidupan bernegara. Selalu membuat kebijakan dan upaya, seolah Agama berbenturan dengan negara. Agama di pertentangkan dengan negara. Pola pemikiran ini persis murni gaya PKI.
- Perlu kita pertanyakan kepada kelompok minoritas lainnya di luar ummat Islam tentang komitmen bernegaranya terhadap Pancasila.
Ketika ada upaya merubah dan mengganti Pancasila seperti kejadian hari ini kemana mereka ? Dimana suara mereka ? Ini perlu kita pertanyakan sebagai bentuk komitmen dan kesetiaan kita semua kepada Pancasila ?? Kepada Indonesia ?
Jangan ketika ummat Islam di tuduh, di sudutkan dengan bahasa radikal dan anti Pancasila, suara mereka yang paling keras dan bising. Seolah paling Pancasilais dan nasionalis. Tapi ketika terjadi insiden RUU HIP ini, ehhh malah hilang bagai di telan bumi.
Kenapa hal ini perlu kita tekankan. Karena silahkan perhatikan. Baik itu di dalam group WA, di FB, IG, Twitter, dan media lainnya. Para kelompok ini begitu getol dan kompak memposisikan dirinya seolah paling Pancasila. Paling nasionalis. Dan dengan seenak perutnya ikutan mencaci maki, menyudutkan serta memfitnah apapun yang terkait dengan ajaran dan symbol Islam.
Para kelompok ini silahkan perhatikan mulut dan ucapannya begitu pedas, dan sewenag-wenang ikut campur urusan internal agama Islam. Dengan alibi Pancasila sebagai topeng.
Menuduh Islam Radikal, faktanya Islam selama ini yang banyak jadi korban. Menuduh Islam anti toleransi, padahal ummat Islam yang banyak di bully dan di caci maki. Menuduh Islam anti Pancasila, padahal itu semua trik licik untuk memaksakan kehendaknya. Agar ummat Islam meninggalkan ajaran agamanya.
Dengan insiden RUU HIP inilah akhirnya semua terbongkar semua. Ternyata, merekalah yang anti Pancasila, anti Bhineka, tak bisa menerima perbedaan, dan dengki terhadap agama lain di luar agamanya. Ini berbahaya !
Begitu juga bagi mereka para aparatur negara yang telah di sumpah setia akan setia kepada Pancasila dan UUD 1945. Kemana mereka semua ? Kok diam ketika Pancasila mau di ganti ? Takut kena copot dan tak dapat jabatan kali ya ??
Ini perlu kita bongkar bersama secara sportif. Agar kita tidak curiga dan kembali saling percaya.
Sambil memastikan, siapa saja di sekitar kita yang sudah terpapar pemikiran komunisme-liberalisme-atheisme hasil infiltrasi dan propaganda adu domba PKI yang ingin memecah belah sesama anak bangsa.
Ini mesti clear dan transparan. Mereka yang tidak peduli atas insiden RUU HIP ini, boleh kita indikasikan mereka itu sudah terpapar komunisme.
Apabila saat ini ada yang mau membenturkan agama dengan Pancasila, tidak suka terhadap symbol agama (jilbab, cadar, celana cingkrang), ritual ibadah, serta alergi dengan ajaran agama khususnya ajaran Islam yang mayoritas di negeri ini, boleh kita pastikan mereka itu sudah terpapar pemikiran komunisme dan liberalisme. Mereka pasti antek PKI!
Yaitu mereka yang kekeh menebar kebencian terhadap ajaran agama, menghasut dan melecehkan para tokoh ulama. Serta mereka yang selalu mengeluarkan statemen provokasi adu domba sesama anak bangsa, tetapi punya jabatan, kebal hukum dan tidak tersentuh hukum.
- Perlu kembali kita tegaskan bahwa, Pancasila sudah final dan mengikat sebagai falsafah kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Jangan coba-coba di utak-atik lagi.
Pesan rakyat Indonesia sudah jelas. Tolak dan cabut RUU HIP sekarang juga. Bukan ditunda !! DPR RI dan pemerintah jangan bermain api. Pancasila sudah final. Indonesia tidak butuh RUU HIP ! Semua sudah jelas dan tegas.
Pancasila adalah jalan tengah rumusan bernegara bangsa Indonesia yang majemuk. Indonesia memang bukan negara agama, tapi juga bukan negara tanpa agama. Indonesia adalah negara yang mengakui dan menjadikan Agama sebagai sumber hukum dan sumber dari segala kebaikan yang telah di kristalisasikan kedalam Pancasila.
Pesannya sudah jelas. Siapa yang tetap ingin merubah Pancasila ? Maka bersiaplah akan berhadapan dengan seluruh rakyat Indonesia. Salam Indonesia Jaya !!!
Jakarta, 20 Juni 2020.
Catatan: Isi artikel sepenuhnya tanggungjawab penulisnya.