Catatan Ringan Dari Rusunawa Painan (16) : Nyonya Besar saya Sembab Matanya Menangis
Rusunawa Painan, PilarbangsaNews,– Kemaren sore hari Senin (5/10/2020) menjelang ashar, lama si bebeb menagis. Sembab matanya, akibat kebanyakan mengeluarkan air mata kesedihan dan kecemasan.
Kemaren sore saya tidak berhasil membujuknya. Tak seperti biasa. Biasanya kalau dirumah dan tidak musim Covid-19, si bebeb jika menangis saya bujuk, dangan cara memangku dia sambil bergolek lamang di tempat tidur. Mukanya saya benamkan ke bahu saya bagian atas, dekat dengan pangkal lengan. Sehingga hidungnya mencium aroma tubuh saya.
Sesedih apapun peristiwanya yang dia hadapi dan rasakan, paling 10 menit dia sudah berhenti dari tangisnya kalau saya lakukan methoda diatas.
Kemaren sore cara itu tak bisa saya lakukan lagi, mengingat kami harus patuh dan menerapkan protokol kesehatan, jaga jarak. Kemaren saya membujuknya hanya dengan kata kata dengan jarak 1 meter.
Tidak perlu di cemaskan dan ditangiskan, nanti pada swab ke 4 In Sha Allah, Hajjah negatif hasilnya.
“Gimana lagi caranya ini, minum obat rempah rempah sudah banyak, apa saja rempah yang ditunjukkan kawan sudah diminum. Setiap hari minum madu, air zamzam dan makan kurma, yang dikirimkan oleh salah seorang anak kita di Painan ini, sudah aku lakukan. Hasilnya masih positif, kapan negatifnya, ” begitu isi ratapan si bebeb sambil menelungkup diatas tempat tidur di kamarnya.
“Ya sabar nanti sembuh itu. Lihat uda enjoy aja meskipun pada awalnya negatif tapi pada swab ke dua positif. Yang penting kita tidak merasakan apa apa, nafsu makan tak patah, ” kata saya dari atas difan tempat tidur saya
Sebenarnya hasil swab ke-3 dari si nyonya besar, belum benar benar pasti telah positif .
Cuma berdasarkan pengalaman di Rusunawa yang saya alami sebelumnya, hasil swab saya yang terkonfirmasi positif tidak diumumkan lewat grup whatsapp. Di Rusunawa Painan ada grup whatsapp, anggotanya terdiri dari para pasien dan perawat serta dokter.
Lewat grup inilah para pasien berkomunikasi satu sama lain untuk menyampaikan informasi terkait dengan pelayanan selama isolasi.
Tadi ada salah seorang dari kelompok kami yang karena gembira, keras keras membacakan bebarapa nama anggota klaster kami, si A, si B, si C, si D, si E, si F serta Y besok sudah boleh pulang.
Mendengar suara itu si bebeb keluar, dan bertanya; aku bagaimana hasil swabnya.
“Ndak ada doh diumumkannya, ni,” jawab yang ditanya.
“Kalau ndak ada diumumkan berarti aku positif tu mah, ” Begitu kesimpulan dari bebeb.
Dan memang sebelumnya nama saya juga tidak diumumkan, ternyata setelah ditanya ke grup itu, saya hasilnya positif.
“Uda dulu tak juga diumumkan, hasilnya positif, aku mungkin juga positif hasil swab aku yang ke empat, ” Kata si bebeb mulai merengek penuh kecemasan dan rasa sedih.
Sedih mengingat nasib, orang sudah sembuh dan diperbolehkan pulang, sementara kita hasil swabnya masih positif.
oooOooo
Saya lihat di grup itu yang menyampaikan informasi adalah dr Reyantis. Kebetulan saya baru SMS an bersama beliau. Beliau adalah adalah Kabid Pelayanan medik pada Dinas Kesehatan Pesisir Selatan.
Dalam penanganan kasus Covid-19 dr Reyantis sabagai Ketua Penanganan medik Covid-19 Kabupaten PESISIR SELATAN.
Langsung buk dokter yang ramah ini saya pencet nomor handphone nya. Hanya sebentar nada panggil berbunyi, dr Reyantis mengangkat telp saya.
“Assalamu’alaikum buk dokter. Maaf ambo menganggu. Ambo pak YY yang di Rusunawa itu, buk, ” kata saya memulai pembicaraan.
”O ya, apa yang bisa saya bantu, pak, ” Jawab buk dr Reyantis.
“Ini buk Kabid a, nyonya ambo Hj Isnimal bagaiman hasil swabnyo, buk dokter?, ” saya bertanya.
“Tunggu bentar yo pak, saya lihat dulu daftarnya, ” kata Buk dokter.
“Okey buk Kabid, ” Jawab saya dan telp diputus.
Tak sampai 2 menit menunggu masuk panggilan dari bu Dr Reyantis. “Pak YY.. , hasil test ibuk negatif pertama, pak.” kata dr Reyantis.
“Alhamdulillah…..,” kalimat pujian kepada ALLAH SWT keluar dari mulut saya, saya panggil nyonya besar yang lagi di kamar mandi buang aie kecil. Dia biasanya memang begitu kalau menghadapi masalah galau dan kacau, dia sering pipis (dalam bahasa Minangkabau itu sebut dengan tapanca-panca kajambannyo) . Kepada nya saya informasikan bahwa Hj hasil swab hajjh negatif pertama, “
Si yang punya diri (si bebeb maksudnya) bersorak gembira saraya menyebut Alhamdulillahirobbill’alamin.
“Nyonya ambo menangis dia buk dokter, ” kata saya.
Kata-kata saya itu di potong oleh dr Reyantis dari balik handphone disebelah sana, dengan nada sedikit ketawa, dokter menyarankan pada saya untuk pindah kamar.
“Pak…., bapak kan satu kamar dangan ibu. Bapak pindah kamar, mau kan? ” kata bu Kabid ini.
“Okey buk…., tapi pindah nya ke kamar depan saja yo buk, ” Pinta saya ke buk dokter yang kami belum pernah ketemu, soalnya saya baru komunikasi dengan beliau baru sehari sebelumnya yakni pada hari Sabtu.
“Sekarang, pak YY dikamar nomor berapa, diatas atau dibawah?”
“Kamar nomor 213. Kalau dapat ambo pindah ke kamar 212 saja, kebetulan kamar 212 kosong penghuninya yang satu kloter dengan kami telah 2 kali nagatif hasil swabnya. Dan mereka diperbolehkan pulang hari ini Selasa 6 Oktober 2020.
” Ya nanti kita lihat dulu ya pak YY, bagaimana baiknya, ” kata buk dokter.
“Okey buk dokter. Mksh buk dokter. Assalamu’alaikum ww, “
Dijawabnya “alaikumsalam ww, dan percakapan Pertelphon saya dengan buk dokter berakhir sampai disitu.
Si bebeb tak mnangis lagi senyuman nya kembali ceria. Saya pun kini merasa lega meskipun harus pindah kamar dari si bebeb, dami si Covid 19 agar tak saling menular.
Sebenarnya saya pernah diingatkan oleh adik saya Dr Budi Mulyadi DT Nan Sati, S.Kep, AGAR tidak sakamar dengan istri. “Mana tahu nanti saling menularkan antara uda dan Uni,” katanya.
Tapi saya diamin saja. Sekarang setelah dianjurkan oleh buk dr Reyantis, saya nurut aja deh…. Agar tak berlama lama berbulan Madu di Rusunawa Painan ini.
Bersambung…..
Baca juga;
Catatan Ringan Dari Rusunawa Painan (15) ; Uji Swab 2 X Nagatif Baru Pasien Diperbolehkan Pulang