In memoriam Mardinas N Syair, Saudara dan sahabat Sejatiku
Oleh : Rinaldi Dasar S.Pd M.Si *)
Innalillahi wa innalillahi rajiun, telah berpulang ke Rahmatullah saudara sekaligus sahabat kita, sdr. Mardinas N Syair, Ketua ketua DPRD Pesisir Selatan, 2009- 2014, Selasa, 5 Desember 2023, sekitar pukul 22.00 WIB di RSUP M. Jamil Padang.
Saya terakhir menjenguk Mardinas pada Hari Senin 4 Desember 2023. Dalam pertemuaan itu kami bersalaman selaku manusia saya mohon maaf. Tapi tangan kami lama sekali saling berpegangan. Tidak seperti biasa.
Saat kami berjabat tangan. Batin saya berbisik. Mungkin ini jabat tangan terkahir kami. Selanjutnya, saya sampaikan kalau saya mau ke Jakarta dan rencana pulang hari Rabu.
Dia pun terpana. YA Allah saya hampir saja menangis melihat bahasa tubuhnya serperti enggan melepas keberangkatan saya. Namun dia pun akhirnya berkata ” pai lah elok elok, jangan sampai ada masalah,” katanya.
Ternyata benar itu pertemuan terahkir, sekitar Pukul 21.00 saya dapat kabar beliau kritis. Dan satu jam setelah itu meninggal
Jadwal kepulangan saya awalnya Rabu jama 12. 00 saya batalkan. Diganti menjadi pukul 6.30.
Lagi lagi sial. Saya ketinggalan pesawat. Dan harus membeli tiket lagi dan berangkat jam 12.00 WIB. Harapan untuk bertemu jenazah pun pupus.
Ini takdir Allah tak dapat dibantah ikhtiar sudah maksimal. Sebagai pengisi waktu maka saya tulislah catatan ini.
Kami berdua ( saya dan Mardinas) adalah sahabat sejak kecil, dan juga saudara sepupu menurut garis ayah, (Badusanak bapak). Ayah saya merupakan adik dari orang tua Mardinas.
Sekolah kami sama. Mulai dari Jenjang dasar, kami sama murid MIS Ampuan, sama sekolah SMPN Lumpo sampai SLTA kami sama sama masuk SPGN Painan.
Kami juga sama sama menekuni dunia jurnalistik sejak SMP dan sampai SPGN Painan, kami sama sama wartawan Koran Masuk Sekolah (KMS) Singgalang dan mengelola majalah dinding sekolah. Dan terakhir sama sama wartawan Sumbar Mandiri.
Tak hanya itu untuk beberapa hal di luar pendidikan formal pun kami memiliki guru yang sama, seperti menulis puisi dan berita.
Namun saat melanjutkan ke perguruan tinggi dan setamat dari kuliah, ada yang berbeda diantara kami, Mardinas mengambil jalur politik dan menjadi anggota DPRD, puncak karirnya, ketua DPRD Pesisir Selatan. Sementara saya memilih menjadi guru SD, Kemudian berkat dorongannya Mardinas, bersama Alirman Sori dan da Sabay, saya pindah menjadi pegawai Pemkab Pesisir Selatan, di Humasy Kantor Bupati.
Seingat saya, sampai menginjak usia 53 tahun, kami tidak pernah baertengkar apalagi bacakak (berkelahi). Meskipun ada perbedaan pendapat paling banter kami hanya saling diam beberapa jam kemudian cair lagi.
Karir politik Mardinas, terbilang cemerlang. Tiga periode di DPRD, dari periode tersebut satu periode sebagai anggota, periode kedua PAW Wakil ketua menggantikan alm. Heri Atma Jumhari dan periode ketiga menjadi Ketua DPRD dari partai Demokrat.
Dalam politik dia merupakan tokoh muda yang memiliki potensi dan kemampuan debat yang luar biasa. Dalam membangun jaringan politik serta penguasaan forum kala memimpin sidang saat menjadi Ketua DPRD pun terbilang mantap.
Pasca reformasi dia bersama tokoh tokoh Golkar, seperti Alirman Sori, Erman Baktiar, alm. Heri Atma Jumhari, merupakan anggota DPRD Fraksi Golkar (tahun 2009 Madinas pindah partai ke Demokrat) yg disegani baik lawan maupun kawan.
Khusus bagi warga nagari Lumpo Mardinas sosok yang selalu dikenang karena jasa jasanya. Dimasa menjabat anggota DPRD banyak sekali karyanya untuk nagari baik pembangunan pisik maupun non pisik. Pisik seperti pembangunan jalan, jembatan berhasil diperjuangkannya. Dan di masanya Lumpo diperjuangkan untuk menjadi kecamatan, walau belum berhasil, tapi mampu memekarkan Lumpo 10 nagari, dan tak hanya itu saja dia juga berjuang seluruh nagari memiliki kantor sendiri tidak menumpang atau menyewa. Alhamdulillah sebagian besar dibangun dengan dana Dapilnya.
Selain itu, dia secara pribadi juga membangun SMK swasta di Lumpo dan sampai kini merupakan satu satu lembaga pendidikan SLTA di Lumpo.
Meski secara bisnis mendirikan sekolah swasta tidak akan memberikan keuntungan materi bagi dirinya.
Makanya, saya termasuk orang yang kurang setuju dengan rencana pendirian SMK saat itu. Tapi argumentasi bisnis dan materi yang saya ajukan kalah.
” Ini bukan soal materi. Tapi spirit moral anak nagari Lumpo. Di Lumpo belum ada SLTA dan itu tidak baik generasi kita. Tidak semua masyarakat mampu menyekolahkan anaknya ke Painan. Dan SMK pilihan bagi mereka,” katanya.
Selain itu alasannya, sekolah tsb juga dapat sebagai wadah menampung sarjana pendidikan yang ada di Lumpo.
Dan alasan yang sama kembali dikemukakan tahun lalu ketika berdiskusi soal renacana mendirikan jurusan asisten perawat. Hasiknya kini sudah ada siswa assisten keperawatan di SMKN Budi Darma. Meski tidak banyak. Yang jelas sejarah mencatat ada sekolah asisten perawat di Lumpo.
Karyanya terakhir bersama tokoh nagari Ampuan adalah merintis pembangunan Masjid Raya, kini masih terbengkalai.
Memang diakui sebagai manusia dirinya tentu tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan, selama menjalani karir politiknya.
Mudah mudahan kebaikannya akan dapat menghapus kesalahannya dan Allah mengampuni dosa dosanya dan menerima alamalannya serta memasukan ke Syurga Allah. Amiin ya yarabal alamin.
Atas nama keluarga saya mohon kepada seluruh masyarakat di mana pun berada untuk berkenan memaafkan kesalahannya. Baik yang disengaja maupun tidak. Selamat jalan saudarku…
*) Penulis kini menjabat Sekretaris Bawaslu Pessel